Bab 24 Biru dan Aga
by Ally Jane
23:13,Jan 23,2021
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi Jenna masih belum keluar dari kamar tidur. Tadinya, Biru berniat meninggalkan gadis itu, tapi entah kenapa, kakinya tak bisa melangkah meninggalkan suite room itu. Biru memutuskan untuk membangunkan Jenna dan mengajaknya makan malam.
Biru mengetuk pintu kamar itu, tapi tak ada jawaban. Setelah tiga kali mengetuk dan tetap tak ada jawaban, Biru memutuskan membuka pintu kamar itu. Jenna tak mengunci pintunya. Namun, ketika Biru masuk ke kamar itu, dilihatnya ruangan itu sangat gelap. Sementara, ia melihat gerakan di atas tempat tidur.
“Jay?” panggilnya. Tak ada jawaban. “Jenna?” Lagi-lagi tak ada respons.
Biru mendekat dan akhirnya bisa melihat Jenna yang masih memejamkan mata, tapi tampak bergerak gelisah dalam tidurnya.
“Mama … Papa …” Gadis itu terus memanggil orang tuanya dalam tidurnya.
Biru membeku di tempat selama beberapa saat. Dadanya seketika terasa sesak, ia kesulitan bernapas. Biru kemudian berbalik, sudah berniat pergi, tapi kakinya tak mau bergerak.
“Kakak …” Suara Jenna terdengar seperti isakan.
Biru mengernyit. Lalu, di luar kendali otaknya, tubuhnya sudah bergerak, berbalik dan menghampiri Jenna, lalu mengusap kepala gadis itu lembut. Biru tak mengatakan apa pun dan hanya mengusap kepala Jenna sampai gadis itu berhenti mengigau. Biru perlahan mengangkat tangannya dari kepala Jenna setelah gadis itu tenang. Saat itulah, ia melihat tangannya gemetar.
Tanpa menatap Jenna lagi, Biru segera berdiri dan pergi dari ruangan itu. Ia harus pergi dari sini. Ia butuh pergi dari sini dan menjauh dari Jenna. Setelah mengambil ponselnya dari meja ruang tamu, Biru keluar dari ruangan itu. Namun, sosok yang berdiri tepat di depan pintu membuat Biru luar biasa terkejut.
“Kenapa kau keluar dari kamar itu?” tanya pria yang berdiri di depan pintu kamar itu. “Bukankah Jenna yang seharusnya ada di sini?”
Biru memalingkan wajah tanpa menjawab.
“Apa ini? Setelah bertahun-tahun menghilang, aku tak menduga kau akan muncul seperti ini.” Pria itu mendengus.
Biru kembali menatap ke depan, ke arah pria yang di pesta tadi mendekati Jenna. Pria yang dijodohkan dengan Jenna. Aga.
“Dia masih tidur. Jangan mengganggunya,” ucap Biru dingin.
Aga mendengus. “Aku akan membangunkannya.”
Ketika Aga hendak masuk, Biru menahan bahunya. “Jangan ganggu dia, kataku.”
Aga mendengus tak percaya. “Apa yang kau lakukan ini? Apa kau tahu apa hubunganku dengan Jenna? Aku adalah orang yang akan menikah dengannya.”
“Aku tahu dan aku tidak peduli,” jawab Biru ketus. “Tapi, itu bukan berarti kau bisa mengganggu tidurnya.”
Aga menelengkan kepala dan tersenyum sinis. “Apa tujuanmu mendekatinya?”
“Jangan samakan aku denganmu. Aku tidak sedikit pun berniat untuk memanfaatkannya,” tandas Biru.
Aga tergelak. “Kenapa kau naif sekali? Siapa pun yang mendekati Jenna Lewis, pasti punya tujuan penting di baliknya. Dia adalah gadis yang akan bermanfaat dalam banyak hal.”
“Pergilah,” usir Biru.
Aga mendengus geli. “Jangan sok pahlawan. Kita berdua tahu, kita bukan orang baik bagi Jenna.”
“Dengar. Aku tidak peduli apa rencanamu padanya, atau apa hubunganmu dengannya. Tapi, saat ini aku tak bisa membiarkanmu mengganggu tidurnya,” tegas Biru.
Aga tersenyum sinis, tapi kemudian dia mundur dan mengangkat kedua tangannya. “Baiklah. Sepertinya, hari ini aku harus mundur. Kita sudah bertahun-tahun tidak bertemu dan sepertinya suasana hatimu begitu buruk.”
Biru tak menjawab. Pun ketika Aga melambaikan tangan padanya sembari tersenyum sinis, Biru tak menanggapinya. Ia masih berdiri di pintu suite room itu hingga beberapa saat setelah Aga pergi. Pun setelahnya, alih-alih pergi, Biru kembali masuk ke suite room itu.
Ia tak bisa meninggalkan Jenna sendirian saat ini.
***
Jenna kembali menutup pintu kamarnya ketika Biru masuk kembali ke suite room dan menutup pintunya. Ia berdiri di balik pintu dan memikirkan apa yang barusan terjadi.
Biru dan Aga. Ada hubungan apa mereka berdua? Jenna tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi ketika ia hendak keluar kamar tidur dan melihat Biru bersama Aga, Jenna urung keluar. Meski begitu, ia hanya mendengar tentang kalimat Aga yang mengatakan jika dia dan Biru sudah bertahun-tahun tak bertemu. Itu berarti, Aga dan Biru saling kenal.
Namun, apa hubungan mereka? Sahabat? Mengingat percakapan mereka, sepertinya bukan itu. Lalu, apa? Musuh?
Jenna melirik ke arah pintu. Siapa sebenarnya pria bernama Biru itu?
Kecurigaan pertama Jenna adalah kacamata pria itu. Di kantor, Jenna tak memperhatikannya. Namun, di rumah, pria itu punya kebiasaan yang berbeda. Yaitu, kebiasaan melepas kacamata dan masih bisa melihat dengan baik meski tanpa itu.
Ada beberapa hal di balik kacamata itu. Pertama, pria itu tidak ingin orang-orang mengenalinya, jadi dia berusaha mengubah penampilannya. Kedua, ada kemungkinan pria itu sedang kabur. Sama seperti yang dilakukan Jenna beberapa tahun terakhir.
Namun, apa alasannya?
Pertama, dia adalah kriminal. Kedua, dia adalah penipu. Ketiga, dia berasal dari keluarga seperti keluarga Jenna. Keluarga pengekang yang menyebalkan.
Pikiran Jenna teralihkan ketika kenop pintu di belakangnya diputar. Jenna seketika berbalik dan mundur ketika pintu itu dibuka perlahan. Biru tampak terkejut ketika melihat Jenna di balik pintu.
“Kau sudah bangun?” tanya pria itu.
Jenna mengangguk.
“Barusan?” Pria itu tampak waspada.
Jadi, percakapannya dengan Aga tadi adalah percakapan yang seharusnya tak didengar Jenna.
“Ya,” dusta Jenna.
Biru berdehem dan melangkah mundur. “Kalau kau sudah bangun, ayo pulang.”
Pulang. Sudah sejak lama Jenna mendengar kata itu. Namun, ketika Biru berbalik, Jenna menatap punggung pria itu dengan ragu. Apa dia juga sama seperti orang lain, yang kebanyakan mendekati Jenna untuk memanfaatkannya?
“Kita makan malam di luar saja sebelum pulang,” ucap Biru lagi. “Kau mau memesan makanan hotel atau makan di luar?”
Jenna tak langsung menjawab. Hingga pria itu berhenti melangkah dan berbalik menatap Jenna.
“Kau mau makan apa?” tanya pria itu lagi. “Kali ini, pastikan kau tidak bermain-main dengan makananmu. Aku benar-benar tidak akan menerima apa pun permintaan Dira lagi jika sampai kau melakukan hal seperti di kafe waktu itu.”
“Kenapa? Kau takut aku akan mati? Atau, kau takut disalahkan? Atau, kau takut Dira kecewa padamu?” tanya Jenna.
Biru tak menjawab dan kembali berbalik memunggungi Jenna.
“Aku tidak akan pergi sampai kau menjawabku,” Jenna berkeras.
“Dira,” jawab Biru. “Dialah alasanku melakukan semua ini. Kau tahu perasaanku padanya.”
Jenna mengernyit. “Benarkah hanya karena itu?” Jenna memastikan.
Biru kembali menatap Jenna. “Menurutmu karena apa lagi? Menurutmu, kenapa aku mau menerima pengacau sepertimu masuk ke hidupku?”
Jenna mendengus tak percaya. “Jangan khawatir. Apa yang kulakukan sebelum-sebelum ini hanya sapaan ringan. Aku bahkan belum memulai apa pun.”
Biru melengos kasar. “Apa pun yang kau lakukan, aku tidak peduli.”
Jenna tersenyum sinis. Lihat saja sampai kapan pria itu bisa tidak peduli.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved