Bab 22 Biru yang Malang

by Ally Jane 21:47,Jan 23,2021

Setelah Jenna pamit pulang dan menolak diantar Dira, Jeremy langsung bertanya pada wanita itu,
“Apa kau dekat dengan pria bernama Biru itu?”
Dira mengangguk. “Aku menitipkan Jenna padanya, jadi kau tak perlu khawatir tentang adikmu itu.”
“Aku tidak khawatir tentang Jenna.” tukas Jeremy. Justru pria bernama Biru itu yang mengusiknya. “Tapi, kau benar-benar tidak punya pria masa lalu, kan?”
Dira mengerutkan kening bingung, lalu menggeleng. “Apa kau mendengar rumor tentangku di luar sana?”
Jeremy berdehem. Bukan dari luar sana, tapi dari Jenna. Apa Dira bahkan tahu jika Biru mencintai … ehm, menyukainya?
“Tapi, apa saja yang kau tahu tentang Biru? Apa baik-baik saja jika Jenna bersamanya? Anak itu mungkin kelabakan menghadapi Jenna,” singgung Jeremy.
“Aku tahu semua hal tentang Biru. Dia orang yang baik, dia tidak mudah marah, dia pekerja keras. Jenna pasti akan aman di bawah bimbingannya.”
Dalam hati, Jeremy mendengus mendengar itu. Lihat saja apa yang akan terjadi padanya karena Jenna. Jeremy berharap semoga Jenna benar-benar membuat masalah besar untuk pria itu.
***
Biru sudah nyaris tidur di atas tempat tidur ketika merasakan kasurnya bergerak karena beban tubuh seseorang di sebelahnya. Kantuk Biru seketika lenyap ketika ia membuka mata dan menoleh ke samping, lalu mendapati Jenna berbaring di sebelahnya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Biru sembari melompat duduk dan menjauh dari gadis itu.
“Tidur,” jawab Jenna.
“Tidurlah di sofa!” usir Biru.
“Kau akan membiarkan seorang gadis tidur di sofa, sementara kau tidur di tempat tidur yang nyaman?” Jenna menatap Biru dengan mata madunya.
“Seorang gadis? Apa kau bahkan bersikap seperti seorang gadis? Sembarangan tinggal bersama pria asing, berpakaian seperti pria, meninju orang …”
Jenna menjentikkan jari, memutus omelan Biru. “Sekarang kita berada di pemahaman yang sama. Kau benar. Aku memang menganggap diriku bukan seorang gadis. Dan aku benci akan identitasku itu. Karena itu …” Jenna menepuk tempat tidur di sebelahnya dengan santai, “kita bisa tidur bersama, kan? Toh, aku tidak tampak seperti seorang gadis di matamu.”
Biru berusaha menahan emosi mendengar itu. “Kau mengancam akan menuntutku atas tuduhan pelecehan.”
Jenna tertawa. “Karena aku cerdas,” sahut gadis itu enteng. “Aku tahu harus bagaimana memanfaatkan kenyataan bahwa aku adalah seorang gadis. Dan aku memanfaatkannya dengan sangat baik. Tapi sejujurnya, aku lebih suka adu tinju dengan seseorang daripada mengakui tentang gender-ku.”
Gadis yang licik dan manipulatif.
“Jika kau tak mau tidur di sebelahku, kau bisa tidur di sofa,” ucap Jenna santai sembari menyelipkan tubuh di balik selimut.
Seketika, Biru beringsut keluar dari balik selimut dan turun dari tempat tidur. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Biru menyambar bantalnya dan keluar dari kamar itu. Setelah membanting pintu kamarnya, Biru pergi ke ruang tamu dan membanting bantalnya ke sofa.
Gadis itu benar-benar menguji kesabaran Biru di setiap kesempatan. Namun, Biru juga tak bisa mengusir gadis itu begitu saja. Biru pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin, lalu kembali ke ruang tamu dengan sebotol air mineral dingin. Biru meneguk air minumnya dan menoleh ke samping, tapi kepala yang tiba-tiba muncul di sisi tembok ruang tamu, membuat Biru seketika tersedak hebat saking kagetnya.
“Apa yang kau lakukan di situ?!” bentak Biru sembari meletakkan botol minumnya ke meja.
“Aku juga haus. Berikan itu padaku,” pinta gadis itu.
Biru mendesis kesal. “Tak bisakah kau muncul dengan cara seperti orang normal?” omelnya. “Dan lagi, kau bisa mengambil minum sendiri ke dapur.”
“Terlalu jauh. Berikan botol yang kau minum tadi,” buru Jenna sembari mengulurkan tangan, meminta.
Meski kesal, Biru menyambar botolnya dan berdiri untuk menyerahkan botol itu pada Jenna. Gadis itu lantas langsung minum dari botol itu. Setelahnya, Jenna mengusap bibirnya dengan punggung tangan dan menatap ke arah bibir Biru.
“Apa kau tahu, kita barusan melakukan ciuman tidak langsung?” sebut Jenna.
Biru terbelalak mendengar itu. “Apa-apaan …”
“Biar kutebak, aku adalah gadis ciuman pertamamu. Meski itu ciuman tidak langsung.” Jenna mendengus geli.
“Kau …”
“Atau, kau mau mencoba ciuman langsung?” Jenna tiba-tiba melangkah mendekat ke arah Biru.
Biru seketika mundur ketika gadis itu semakin dekat. “Jangan macam-macam!” bentak Biru. Hingga kemudian, lutut belakang Biru menabrak sofa, membuatnya jatuh ke belakang dan mendarat di sofa.
Biru refleks menahan napas ketika Jenna yang sudah tiba di depannya, membungkuk di atasnya. Gadis itu mendekatkan wajahnya ke wajah Biru. Ia sudah akan merentangkan tangan ke depan untuk menahan tubuh gadis itu, tapi berhenti sebelum tangannya menyentuh tubuh Jenna, teringat fakta penting bahwa Jenna adalah seorang perempuan.
Biru memalingkan wajah ketika bibir Jenna nyaris menyentuh bibirnya. Lalu, dirasakannya embusan napas Jenna di telinganya, membuat bulu kuduk Biru meremang. Biru menelan ludah dengan susah payah.
“Mundur!” bentak Biru.
“Dasar Bodoh,” ucap Jenna di telinganya.
Biru mengerutkan kening, tapi masih tak berani berpaling menghadapi gadis itu.
“Bukankah sudah kubilang, aku tidak tertarik pada pria cupu sepertimu?” bisik Jenna di telinganya. “Aku lebih tertarik pada orang seperti bosmu.”
Biru seketika menoleh ke depan bersamaan dengan Jenna yang menarik diri dan tersenyum geli, tampak terhibur.
“Melihat reaksimu, sepertinya tebakanku tadi benar,” ucap Jenna kemudian. “Aku gadis ciuman pertamamu, kan?”
Biru tak menjawab dan menuding wajah Jenna dengan marah. “Jangan pernah lagi dekat-dekat denganku!” semburnya.
“Dan kalau aku masih dekat-dekat denganmu?” tantang gadis itu.
“Aku akan memecatmu!” ancam Biru. Ia tahu, itu ancaman pengecut, tapi ia sudah kehabisan akal menghadapi keusilan gadis di depannya itu.
Jenna mendengus meledek. “Pengecut,” cibirnya. “Hanya itu yang bisa kau lakukan untuk menghadapiku?”
Masa bodoh!
“Tapi, tidak masalah. Aku sudah cukup bermain-main denganmu malam ini,” ucap Jenna seraya tersenyum puas. “Sampai jumpa besok pagi.” Gadis itu bahkan masih berani melambaikan tangan pada Biru sebelum masuk ke kamar.
Biru memejamkan mata dan menarik napas dalam, menghitung sampai sepuluh dalam hati, baru kemudian membuka mata lagi. Baru beberapa hari gadis itu masuk dalam hidupnya, tapi dia sudah mengacaukan hidup Biru di setiap kesempatan yang ada.
Biru bahkan tak bisa protes untuk itu.
***
Ketika Jenna kembali ke kamar tidur, ia menoleh ke meja samping tempat tidur dan melihat kacamata Biru di sana. Jenna menelengkan kepala, berpikir sejenak, sebelum akhirnya berbaring.
Biru.
Sepertinya, Jenna harus mencari tahu tentang pria itu. Alasan Biru hanya diam saja menerima perlakuan tidak menyenangkan Jenna ini, benarkah hanya Dira? Atau, sebenarnya ada alasan lain yang dia sembunyikan?
Jenna kemudian mengulurkan tangan untuk menjangkau kacamata pria itu, lalu sengaja menjatuhkannya ke bawah. Ini ucapan selamat malam Jenna untuk Biru. Biru yang malang.
***

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

65