Bab 21 Pertemuan Keluarga
by Ally Jane
14:50,Jan 23,2021
Jenna menepati janjinya untuk ikut makan malam bersama kakeknya, Jeremy, Dira, dan kakek Dira. Pagi tadi, Biru menyusulnya ke atap apartemen bersama Dira. Wanita itu memberikan kesepakatan yang tak bisa ditolak Jenna.
“Jadi, mulai hari ini, aku tidak akan dikawal bodyguard, tidak akan dikurung di rumah, dan tidak akan dipaksa menikah, kan?”’ Jenna menyebutkan semua penawaran yang diberikan Dira tadi pagi.
Dira mengangguk, sementara kakeknya menggeram kesal, tapi tak membantah.
“Iya kan, Kek?” Jenna memastikan.
“Ya,” jawab kakeknya dalam suara geraman rendah.
Jenna hampir bertepuk tangan. Hebat sekali Dira, bisa membujuk kakeknya yang luar biasa keras kepala dan selalu berpikir dirinya yang paling benar. Ah, Dira juga punya karakter yang sama. Kakeknya, Jeremy, dan Dira. Mereka bertiga punya isi kepala yang sama. Karena itu, mungkin lebih mudah bagi mereka untuk mencapai kesepakatan.
Jenna memotong steak yang sudah disajikan di meja di depannya dan memasukkannya ke mulut. Sudah dingin. Memang, tadi Jenna datang sangat terlambat. Ketika semua sudah selesai makan, Jenna baru tiba. Menurut Dira, mereka sudah menunggu Jenna selama setidaknya hampir satu jam. Jenna sengaja melakukannya, ingin mengetes kesabaran kakeknya.
Jika di waktu biasanya, kakeknya mungkin sudah pergi setelah lima menit menunggu. Namun, karena Dira, kakeknya bahkan menunggu hingga hampir satu jam. Jenna penasaran, sepenting apa Dira bagi kakeknya hingga kakeknya begitu menurut pada wanita itu?
“Kau tidak pulang ke apartemenmu,” singgung kakeknya.
Jenna mengangguk sembari memasukkan potongan steak berikutnya. “Aku punya tempat tinggal baru.”
“Di mana?”
“Begitu Kakek tahu tempat tinggalku yang sekarang, aku akan pindah lagi,” sahut Jenna enteng. “Kakek tetap ingin tahu?”
Kakeknya mengembuskan napas kesal, tapi tak bertanya lagi dan menyambar gelas minumnya, meneguk isinya hingga gelas itu kosong.
“Di mana pun kau tinggal, pastikan kau tidak membuat masalah,” ucap kakaknya dengan nada dingin.
“Kau mengkhawatirkanku?” cibir Jenna.
“Aku khawatir kau akan membuat masalah dan diusir. Toh, sekarang tidak ada lagi bodyguard yang akan melindungimu,” sahut kakaknya.
Jenna memutar mata. Tentu saja. Ini Jeremy. Untuk apa dia mengkhawatirkan Jenna?
“Kau tidak mau tinggal di rumah Kakek saja?” kakek Dira tiba-tiba menawari. “Kau sepertinya cukup dekat dengan Dira.”
Jenna menatap Dira dan kakek wanita itu bergantian, lalu menggeleng. “Kalian sudah dengar apa kata Jeremy tadi. Aku bisa membuat masalah. Siapa yang tahu apa yang akan kulakukan di rumah kalian,” ucap Jenna. “Aku bahkan bisa mencuri sertifikat rumah dan menjualnya, seperti di sinetron-sinetron itu.”
Jeremy yang duduk di sebelah Jenna sampai tersedak mendengar itu.
“Ah, dan satu lagi.” Jenna menatap kakeknya, lalu kakaknya. “Aku tidak akan menikah kecuali aku jatuh cinta dengan pria itu. Seperti Remy dan calon istrinya.”
Jenna lalu menatap Dira dan tersenyum manis. “Kisah cinta Bu Dira sangat terkenal di kantor. Semua orang memuja-muja cerita romantis itu.”
Dira tampak tenang dan tersenyum. “Kau juga pasti akan menemukan orang itu nanti, Jenna. Orang yang tepat untukmu, orang yang bisa membuatmu jatuh cinta.”
Jenna memutar mata, lalu menatap kakeknya. “Kakek, bisakah namaku diubah menjadi Jay? Aku lebih suka dipanggil Jay daripada Jenna. Nama Jenna terdengar seperti anak manja,” protesnya.
Kakeknya melotot galak. “Jangan macam-macam atau aku akan mencoretmu dari Kartu Keluarga.”
Jenna mengangguk. “Itu lebih bagus lagi. Jadi, aku bisa benar-benar hidup bebas semauku.”
Kakeknya menggeram marah. “Kau pikir, kau bisa hidup bebas jika tak punya apa pun? Kau bisa melakukan semua yang kau mau karena aku memberimu fasilitas itu,” tuding kakeknya.
“Coba saja,” sahut Jenna santai. “Coret aku dari Kartu Keluarga, dari daftar warisan Kakek, dan sebagainya. Kita lihat, apa yang terjadi padaku nanti.” Jenna memasukkan sepotong steak lagi ke mulutnya dan tersenyum geli. “Tapi, aku bisa mempertaruhkan semua saham perusahaan yang kumiliki atas namaku, aku akan lebih bahagia saat itu nanti.”
“Anak tidak tahu diri!” maki kakeknya. Lalu setelahnya, kakeknya berdiri dan lebih dulu pergi meninggalkan meja itu.
Kakek Dira menghela napas, lalu berbicara pada Jeremy dan Dira, “Kalian temani Jenna makan. Kakek akan menenangkan kakek Remy dulu.” Lalu, kakek Dira juga meninggalkan meja itu.
“Kau memang paling hebat dalam membuat orang lain kesal,” celetuk Jeremy sembari meneguk minumannya dengan santai.
Jenna mengangguk mengakui. “Aku jadi khawatir dengan pemilk tempat tinggalku sekarang.”
Jeremy menoleh padanya. “Kau tinggal di rumah orang?”
Jenna mengangguk.
“Jenna,” panggil Dira.
Jenna menatap ke depan, ke arah wanita itu. “Hm?”
“Aku sudah menepati janjiku, jadi kau juga harus menepati janjimu,” tegas Dira.
Jenna menarik napas dramatis. “Aku hanya harus bekerja keras di kantor, kan?”
Dira mengangguk.
“Tidak masalah,” sahut Jenna. “Tapi, kau juga tahu kan, aku tidak bisa bekerja?”
Dira mengangguk lagi.
“Itu berarti, sekeras apa pun aku berusaha, aku mungkin akan mengacau. Atau bahkan, aku bisa membuat kantormu bangkrut,” lanjut Jenna.
“Kurasa, Biru tak akan membiarkan itu terjadi,” sahut Dira.
“Ah, benar.” Jenna menoleh pada Jeremy. “Kau harus berhati-hati pada pria itu.”
Jeremy mengerutkan kening. “Siapa?”
“Biru,” sebut Jenna.
Jeremy menatap Dira, mengangkat alis penuh tanda tanya.
“Salah satu karyawanku,” terang Dira. “Dia yang kemarin bersama Jenna ketika Jenna masuk rumah sakit.”
Jeremy mendengus tak percaya. “Ah, dia yang membuat Jenna masuk rumah sakit?”
“Bukan dia yang membuat Jenna masuk rumah sakit,” tepis Dira. “Dia hanya tidak tahu jika Jenna alergi telur.”
“Apa kau menyukainya?” Jenna bertanya tanpa basa-basi pada Dira.
Dira menatap Jenna dengan kening berkerut bingung. “Apa?”
“Biru,” sebut Jenna. “Apa kau menyukainya?”
Dira mendengus geli. “Apa yang kau pikirkan sebenarnya, Jenna?”
“Aku yang bertanya lebih dulu. Apa kau menyukai Biru?” tuntut Jenna.
“Ya,” jawab Dira. “Dia adalah karyawan yang baik. Selain sekretarisku, dia adalah orang kepercayaanku. Dia adalah orang yang membantuku di perusahaan sejak awal aku merintis perusahaan itu. Dan aku sangat berterima kasih padanya, untuk banyak hal. Karena itu, aku meminta padamu, jangan terlalu menyulitkannya. Jika dia ingin memecatmu, aku benar-benar tidak akan membelamu nanti.” Dira begitu tegas dan tak ragu sedikit pun ketika mengucapkan itu.
Khas Dira. Wanita itu tahu apa yang dia lakukan, tahu apa yang dia inginkan. Sayangnya, Biru bukan salah satu dari hal yang dia inginkan. Biru yang malang. Dia akan patah hati jika mendengar ini.
Jenna menoleh pada kakaknya. “Dengar, kan? Biru adalah orang sepenting itu bagi calon istrimu.” Jenna kemudian mendekat pada Jeremy dan berbisik padanya, “Dan alasan Biru melakukan semua itu untuk Dira adalah karena dia mencintai Dira.” Jenna tersenyum licik ketika menarik diri dan melanjutkan memotong steak di piringnya, menyuapkan sepotong steak sembari melempar senyum pada Dira.
“Berkat kau, ini akan jadi semakin menarik.” Jenna berkedip pada calon kakak iparnya itu.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved