Bab 8 Feng Shui yang Tampan

by Rezaarihta 05:24,Jun 21,2021
Di Sebuah Kota Kecil.

Tampak banyak sekali antrian para Pedagang maupun Kultivator terlihat sedang mengantri untuk masuk ke dalam Kota kecil tersebut.

Untuk masuk ke dalam kota tersebut memerlukan sebuah token pengenal sebagai akses.

Token terbagi atas beberapa, yaitu: Token Emas untuk para bangsawan, Token hitam untuk Pedagang, Token putih untuk Pengembara.

Terlihat juga seorang Pemuda yang menjadi pusat perhatian para gadis gadis di Gerbang kota tersebut.

"Uhhh.. siapa Pemuda itu... dia sungguh menawan sekali." Ucap gadis gadis tersebut terpukau.

Di saat Pemuda tersebut mengeluarkan token miliknya untuk diperiksa, terlihat token berwarna putih.

"Yah... aku kira tadi seorang bangsawan." Ucap gadis gadis tersebut sedikit kecewa.

Setelah penjaga kota memeriksa Pemuda tersebut, ia diperbolehkan untuk masuk ke dalam Kota dan meninggalkan antrian.

Tetapi sewaktu ia berjalan masuk, sebuah rombongan kereta kuda mewah melewatinya dan hampir menabrak pemuda tersebut.

"Huffft.... aku harus sedikit bersabar, orang orang ini sungguh sombong." Ucap Pemuda tersebut sedikit kesal.

Tampaknya ucapan dari pemuda tersebut di dengar oleh salah satu prajurit yang menjaga rombongan kereta.

Prajurit tersebut lantas turun dari kudanya dan menghampiri Pemuda tersebut.

"Hei... apa yang kau katakan tadi... cepat ulangi." Bentak prajurit tersebut marah.

"Maaf Tuan... saya tidak mengatakan apa-apa." Balas Pemuda tersebut berbohong untuk menghindari masalah.

"Ingat... jika kau hanya Pengembara... jangan berani berani untuk menghalangi jalan dari Putri Bangsawan..." Ucap Prajurit tersebut.

"Baik Tuan... saya salah." Balas Pemuda tersebut menundukkan kepalanya sambil tersenyum.

Tapi Senyuman Pemuda tampan tersebut membuat Prajurit tersebut salah paham, dan mengira Pemuda yang ada di depannya mengejek.

Ia langsung mengeluarkan pedangnya dan menodongkan senjata ke arah leher pemuda tersebut.

"Apa kau mau mengejekku sialan." Bentak prajurit kembali.

"Apa yang kau katakan... aku tidak melakukan apa apa... jadi mengapa aku harus salah lagi?" tanya pemuda tersebut sedikit terpancing emosi.

"Kau sungguh tidak tahu diri... mati saja kau..." Teriak Prajurit sambil mengayunkan pedangnya.

Kerumunan yang menatap kejadian tersebut telah pasrah akan nyawa dari Pemuda tersebut.

Tapi ekpektasi dari semua orang buyar seketika, ketika Pemuda tersebut menangkap bilah pedang dengan mudah menggunakan jari jarinya.

"Apakah kau meremehkanku... kau sudah kuberikan rasa hormat... tapi kau malah bertindak lebih jauh lagi." Ucap Pemuda tersebut mematahkan pedang tersebut.

Sontak kerumunan menjadi ricuh melihat apa yang dilakukan Pemuda tersebut.

Sedangkan Prajurit tersebut tampak mundur.

Akhirnya rombongan kereta mewah tersebut berhenti dan prajurit lainnya menghampiri Pemuda tersebut.

"Sialan.... apa yang kau lakukan.... berani sekali kau mengganggu Bangsawan." Teriak salah satu prajurit.

Pemuda tersebut lantas dikepung oleh segerombolan prajurit dan mencoba membunuhnya.

"Hahahaha... aku tidak mengira akan melihat pertumpahan darah lagi." Ucap suara lembut dari dalam kereta Kuda.

Terlihat seorang wanita keluar dari kereta tersebut dan menatap prajuritnya.

"Itu.... itu Nona Xiao Ying." Teriak semua orang terkejut.

Sontak seluruh penduduk langsung berlutut dan memberi hormat.

"Apa yang kalian tunggu... bunuh pemuda itu..." Teriak Xiao Ying.

Prajurit lantas menyerang Pemuda tampan tersebut, tapi pemuda tampan tersebut seakan akan mempermainkan para prajurit.

Ia hanya menghindar dan mendorong tubuh prajurit.

"Apa hanya segini kemampuan dari prajurit Keluarga Bangsawan Xiao." Teriak Pemuda tersebut.

"Bunuh dia... bawakan kepalanya untukku." Bentak Xiao Ying marah.

Tapi Kultivasi dari prajurit yang hanya berada di lapisan Perak tidak berdaya dengan Pemuda yang jauh di atas Kultivas mereka.

"Baiklah... akan kubungkam mulutmu itu." Ucap Pemuda tersebut tersenyum.

Ia langsung menghilang dari pandang seluruh orang dan muncul tiba tiba di belakang para Prajurit, ia langsung menebas leher para Prajurit tersebut menggunakan pisau kecil.

Satu persatu kepala Prajurit terlihat menggelinding di tanah, darah telah membasahi sekitar area pertarungan.

Semua itu membuat bulu kuduk dari Xiao Ying berdiri dan terjatuh lemas.

Akhirnya tidak ada yang tersisa dari Prajuritnya.

"Dimana mulut sombongmu tadi?" tanya Pemuda tersebut tiba tiba berada di hadapan Xiao Ying.

"Siiaappa... kau...?" tanya Xiao Ying bergetar ketakutan.

"Oh... namaku Feng Shui... ingat itu..." Ucap Pemuda tersebut yang tak lain adalah Mantan Panglima tertinggi kekaisaran Tombak Emas.

Semua orang tidak mengenal siap Feng Shui, mereka hanya mengenal orang yang ada didepannya tersebut adalah Kultivator yang sangat kuat.

"Kali ini aku mengampuni dirimu... tapi sekali lagi kau berani bermain main dengan nyawa seseorang... akan kubunuh kau." Ucap Feng Shui dingin.

Xiao Ying tidak lagi berbicara dan hanya terdiam kaku.

Feng Shui kembali berjalan ke arah kerumunan kota dan meninggalkan Xiao Ying sendiri.

Kini Feng Shui sedang mencari sebuah restoran untuk mengisi perutnya.

"Hais... orang orang tadi membuatku sangat lapar." Ucap Feng Shui sambil mengelus elus perutnya.

Tapi sesuatu menarik perhatiannya, ia melihat sebuah toko yang menyediakan peralatan Kultivator.

"Hmm... tampaknya aku harus sedikit menyembunyikan wajah tampanku ini..." Ucap Feng Shui yang tidak ingin membuat para wanita terus mengikutinya, karena sedari tadi ia berjalan, Feng Shui selalu saja menjadi pusat perhatian.

Ia masuk ke dalam toko dan mencari sebuah caping yang bisa menutupi wajahnya.

"Tuan.... adaaa.. yang bisa saya bantu?" tanya pelayan toko tersebut yang tampak mengeluarkan darah dari hidungnya.

"Nona... apakah anda sakit??? Darah..." Ucap Feng Shui heran.

"Eh.. saya baik baik saja Tuan..." Jawab Pelayan tersebut buru buru mengelap darah dari hidungnya.

'Hais... aku sedikit terkejut respon para wanita.' Pikir Feng Shui.

Ia dibawa oleh pelayan laki laki ke sebuah lantai untuk mencari caping, tetapi ia tidak menemukan caping yang cocok untuknya.

"Tuan... sebenarnya kami memiliki sebuah cara untuk menutupi wajah anda." Ucap Pelayan pria tersebut.

"Apa itu?" tanya Feng Shui penasaran.

Pelayan tersebut mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi sebuah Topeng Hitam.

"Wah... aku menyukainya... aku akan membelinya." Ucap Feng Shui langsung tertarik.

"Harganya cukup mahal Tuan... Sekitar 20 koin perak." Ucap Pelayan tersebut.

Tak perlu pikir panjang... Feng Shui langsung melemparkan sebuah koin emas dan pergi dari toko tersebut.

"Tuan... Ini terlalu banyak." Ucap Pelayan tersebut terkejut.

"Ambil saja lebihnya untukmu." Balas Feng Shui tanpa menoleh.

Terdapat 3 jenis koin untuk yang ada di Alam Manusia, yaitu: Emas, Perak dan Perunggu.

1 koin Emas setara 100 koin Perak.
1 Koin Perak setara 10 Koin Perunggu.

Feng Shui akhirnya bisa berjalan jalan dengan bebas di kota tersebut tanpa takut menjadi pusat perhatian lagi.

Ia kini mengenakan topeng Hitam tersebut dimanapun dan kapanpun.



Di Sekte Bunga Api.

Sekte Bunga Api adalah salah satu Sekte yang mempunyai pengaruh besar di Alam Manusia.

Mereka termasuk ke dalam Sekte Aliran Putih.

Banyak jenius jenius bela diri yang lahir dari Sekte tersebut dan juga murid murid yang ada di dalam Sekte adalah anak anak para Bangsawan.

Sekte Bunga Api memiliki 3 jenis murid.
1. Murid Luar.
2. Murid Dalam.
3. Murid Inti.

Tampak Xian Tian, anak dari Kaisar Pedang Langit, terlihat sedang berjalan masuk ke dalam Sekte.

Sepanjang jalan ia menjadi pusat perhatian karena ia salah satu jenius bela diri Sekte.

Xian Tian masuk ke dalam jenis Murid Inti.

Dimana Murid Inti dilatih langsung oleh tetua tetua sekte Bunga Api.

"Tuan muda... Izinkan hamba untuk mengadu kekuatan denganmu." Ucap salah satu murid dalam menghampiri Xian Tian.

Xian Tian bahkan tidak peduli dan terus berjalan.

Sekali lagi murid dalam tersebut merayu Xian Tian untuk bertarung.

Tiba tiba Xian Tian mengibas tangannya dan murid Dalam tersebut langsung terpental hingga menabrak bangunan yang ada di belakangnya.

"Lapisan Raja..." Ucap semua orang terkejut melihat perkembangan cepat Xian Tian.

"Sampah tidak berhak untuk menyentuh berlian." Ucap Xian Tian angkuh.

Ia terus berjalan ke arah kediaman Tetua 1 yang juga guru Xian Tian.






Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

224