Bab 5 Air Mata Dewa

by Rezaarihta 05:20,Jun 21,2021
Di Alam Iblis.

Tampak sebuah Bangunan tua dan juga paling tinggi terlihat dibangun di tengah tengah pemukiman Iblis.

Bangunan tersebut adalah Istana dari kekaisaran Iblis.

Telah 2000 tahun lebih Sang Kaisar telah di segel di Neraka, posisi Kaisar Iblis juga digantikan sementara oleh saudaranya yang dikenal sebagai Iblis darah.

Iblis Darah tentunya juga sangat kuat, kekuatannya hampir setara dengan Sang Kaisar, ranah Kultivasinya berada di lapisan langit awal.

Sebuah Kultivasi yang sangat mengerikan, ia setara dengan Dewa Dewi yang tinggal di alam Dewa.

"Lapor..... Seorang tamu datang menghadap Yang Mulia." Ucap salah satu penjaga Istananya.

"Siapa??? Aku tidak merasakan kehadiran seseorang disini." Ucap Iblis darah.

"Dia... dia adalah.." ucap Penjaga keringat dingin.

Sebelum ucapan penjaga tersebut selesai, sebuah kilatan hitam tiba tiba masuk ke dalam Istana.

"Aku....." Ucap kilatan tersebut berubah menjadi seorang pria muda dengan seluruh matanya berwarna hitam.

Iblis juga memiliki kemampuan untuk merubah tubuh mereka seperti manusia, tubuh asli mereka hanya akan ditunjukkan sewaktu bertarung.

"Kau.... apa yang kau lakukan disini." Bentak Iblis darah langsung berdiri dari Singgasananya sambil menodongkan pedang.



Di Camp Camp Pasukan Tombak Emas.

Wajah wajah para Prajurit tampak cemas mendengar laporan dari prajurit yang bersama Panglima Feng sewaktu menyerang Istana kerajaan Chen.

"Aku tidak menyangka jika di dalam kerajaan ini memiliki Kultivator yang sangat kuat." Ucap Prajurit.

"Kau benar... sebelum ini semakin kacau... Sebaiknya kita melaporkan situasi ini kepada kekaisaran." Ucap Prajurit lainnya.

"Hais... apa kau bodoh... jika kau melaporkan itu... sama saja kau menghancurkan karir Panglima Feng di hadapan Kaisar, terlebih lagi Panglima Feng akan dibebaskan fajar nanti." Balas Prajurit lainnya.

Sontak ia terdiam dan memikirkan sesuatu untuk mengakhiri persoalan ini.

"Sebaiknya kita menunggu Panglima Feng saja... kita tidak boleh bertindak gegabah." Ucap prajurit tersebut kembali.

Akhirnya mereka sepakat dan menunggu kebebasan dari Panglima Feng.


Di Dalam Istana Kerajaan Chen.

"Ikutlah aku... aku akan menunjukkan sesuatu untukmu." Ucap Raja Chen berjalan ke arah balkon istananya.

Panglima Feng dan juga Jendral Chen Hua berjalan di belakang Raja.

"Lihatlah tumpukan mayat disana." Ucap Raja Chen menunjuk ke sebuah bukit yang terletak cukup jauh.

Untuk melihat hal itu, semua orang harus melapisi matanya menggunakan tenaga dalam.

"APA??? Mereka..." Ucap Panglima Feng terbata bata.

"Mereka adalah Pasukan Pedang Langit yang dipimpin oleh Panglima Jian." Ucap Raja Chen.

"Mereka aku bunuh karena berani memasuki wilayah kami." Ucap Jendral Chen Hua.

Panglima Feng tampak kebingungan atas pernyataan kedua orang yang ada didepannya.

Sebelumnya mereka mengatakan jika mereka membenci pertumpahan darah, tetapi kini mereka menunjukkan kekejaman mereka.

"Jangan bingung seperti itu, Mereka dibunuh karena pantas untuk mati, Mereka berani menyakiti wanita dan juga anak anak, dan kau bisa masuk ke dalam wilayahku karena kau pernah berteriak 'Jangan sakiti anak anak dan juga wanita' Sebuah pernyataan yang indah." Balas Raja Chen.

Panglima Feng tampak malu atas pujian yang diberikan oleh Raja Chen dan hanya bisa menundukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Aku berharap sepulang kau dari sini... kita bisa menjadi seorang teman anak muda." Ucap Raja Chen.

"Teman??? Hamba tidak pantas Yang Mulia." Balas Panglima Feng.

"Hahahaha kau tidak mengerti.... kau akan menjadi seorang yang penting kelak di masa depan, Aku telah meramalkan masa depanmu." Ucap Raja Chen tersenyum.

Panglima Feng hanya tersenyum dan berterima kasih atas pengalaman dan juga ilmu yang diberikan oleh Raja Chen.

Raja Chen menyentuh kening Panglima Feng dan kepala Panglima Feng bercahaya sangat terang.

"Aku memberikan sebuah anugrah kepadamu... kau akan bisa mengubah wajahmu sekali dalam seumur hidup." Ucap Raja Chen.

Sontak Panglima Feng sangat senang atas pemberian dari Raja Chen tersebut dan berlutut kepada Raja Chen.

Karena tidak ingin mengkhawatirkan pasukannya, Panglima Feng akhirnya memutuskan untuk kembali malam itu juga.

Kudanya berlari cukup kencang ke arah camp camp pasukannya dan membuat pasukan Tombak Emas langsung bersiaga.

"Itu Panglima Feng." Ucap prajuritnya senang.

"Selamat datang Panglima." Balas seluruh prajurit hormat.

"Terimakasih... sebaiknya kita langsung kembali ke kekaisaran... aku ingin melaporkan sesuatu... Cepat persiapkan kuda kuda kalian... aku ingin malam ini juga kita kembali." Perintah Panglima Feng.

Sontak Prajurit prajuritnya tampak kebingungan dan heran atas sikap Panglima Feng.

Mereka hanya bisa mengikuti perintahnya dan kembali bersama Panglima Feng.


Di Sebuah Gubuk Tua.

Tampak sebuah keluarga tinggal di dalam gubuk sederhana tersebut.

Sepasang suami istri tersebut tinggal bersama seorang anak yang masih bayi.

"Sayang... anak kita kedinginan." Ucap Sang suami melihat bayinya tampak menggigil.

Istri buru buru mencari kain untuk menghangatkan tubuh bayi, tetapi tidak ada satupun kain yang tersisa.

Sang suami langsung membuka pakaiannya dan memberikannya kepada istrinya.

"Pakaikan ini kepada anak kita... dia lebih membutuhkan." Ucap Sang suami.

Walaupun udara malam tersebut sangat dingin dan hujan terus mengguyur, rasa cinta dan kasih sayang dari seorang orang tua kepada anaknya telah mengalahkan dinginnya udara malam itu.

Tapi bayi tersebut masih tetap kedinginan dan menggigil.

Kali ini giliran Sang Ibu yang menanggalkan pakaiannya dan membalut anaknya.

Mereka bertiga saling berpelukan untuk menghangatkan tubuh bayi tersebut, walaupun Sang istri dan sang suami rela kedinginan, mereka mencoba untuk terus menghangatkan bayi tersebut.

Pemandangan tersebut tampak diperhatikan oleh seorang Dewa dari atas Langit.

Dewa tersebut tampak meneteskan air matanya dan tetesan air matanya tersebut berubah menjadi sebuah cahaya yang masuk ke dalam tubuh anak bayi tersebut.

'Berbahagialah wahai anak manusia... kau memiliki orang tua yang kaya akan kasih sayang dan cinta... walaupun aku adalah seorang Dewa tertinggi... aku sangat iri kepada dirimu... jadilah anak yang kuat dan berbakti kepada orang tuamu... aku menurunkan seluruh yang aku miliki untukmu... jadilah kuat... aku menunggumu!!!' ucap Dewa tersebut dan di dengar oleh bayi tersebut, bahkan langit di kedua Alam mendadak gemuruh.


DI Alam Dewa.

Seluruh Istana dan juga kediaman kediaman para Dewa Dewi tiba tiba bergetar hebat seakan seluruhnya akan menjadi hancur.

"Ada apa ini??? Bagaimana bisa guncangan sehebat ini terjadi di Alam Dewa." Ucap Dewa takdir.

"Apakah kau menulis takdir seperti ini?" tanya Dewa petir.

"Tidak... aku bahkan tidak mengetahui hal ini." Balas Dewa takdir.

Bahkan Dewa naga yang selama ini tertidur di kolam Dewa tiba tiba keluar.

"Ada apa ini... bahkan guncangan ini membuatku terbangun." Teriak Dewa Naga yang terbangun menggunakan wujud naganya.

Dewa Naga tiba tiba mendapat sebuah pengelihatan di masa depan.

"Hahahahaha.... aku tidak percaya ini... Hahahahah." Teriak Dewa Naga yang masih terbang mengelilingi alam Dewa.

"Hei Naga mabuk... apa yang kau lakukan?" Tanya Dewa Awan.

"Kalian tidak perlu tahu... hahahaha... aku sungguh senang saat ini... hahahah." Ucap Dewa Naga yang tidak berhenti tertawa.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

224