Bab 4 Kegagalan Panglima Feng

by Rezaarihta 05:17,Jun 21,2021
Di Gerbang kerajaan Chen.

Tampak Panglima Feng dan Pasukannya telah bersiap untuk menggempurnya kerajaan kecil tersebut.

Serang dimulai dengan menghancurkan gerbang gerbang utama wilayah kerajaan tersebut.

"Duar..... Duar......" Suara ledakan terjadi dimana mana, sontak para penduduk langsung terbangun dari istirahatnya dan membuat keadaan menjadi kacau.

"Semua masuk......" Teriak Panglima Feng.

Seluruh pasukan berkuda Panglima Feng memasuki perumahan penduduk.

"Pasukan Kekaisaran Tombak Emas datang....." Teriak warga yang melihat kedatangan Panglima Feng.

Semua orang tahu, jika kekaisaran Tombak Emas mempunyai ciri khas senjata menggunakan Tombak yang berlapis emas dan juga senjata tingkat Raja.

Tapi perasaan aneh mendera Panglima Feng.

'Ini aneh... tidak ada satu pun prajurit musuh yang datang.' pikir Panglima Feng.

Tiba-tiba Panglima Feng melihat sebuah Istana yang tak jauh dari Pemukiman penduduk.

"Jaga tempat ini..... dan beberapa orang ikuti aku." Ucap Panglima Feng langsung pergi bersama beberapa orang ke arah Istana.

Tak lama mereka akhirnya tiba di Istana kerajaan Chen.

Benar saja yang dipikirkan oleh Panglima Feng, Semua prajurit yang seharusnya menjaga penduduk semua berada di Istana.

Panglima Feng langsung membentuk bola tenaga dalam dan melemparkannya ke arah gerbang Istana.

"Duar....." Sontak gerbang tersebut hancur berkeping keping.

"Kita diserang...." Ucap Prajurit Istana.

Panglima Feng tidak berhenti disana, ia lantas melompat dari kudanya dan menerjang para Prajurit Istana yang mencoba menghadangnya.

Ia tampak bertarung dengan seluruh prajurit prajurit tersebut dengan tangan kosong.

Tiba tiba saat bertarung sebuah cahaya meluncur ke arah Panglima Feng dan membuatnya terpental.

"Siapa itu..?" teriak Panglima Feng.

"Pulanglah anak muda... kami tidak sedang menerima tamu." Ucap Laki laki tua berjubah putih yang sedang melayang di atas langit.

'Dia terbang.... Dia pasti sudah mencapai ranah yang tinggi.' pikir Panglima Feng.

"Maafkan aku senior... tapi aku harus melaksanakan tugasku." Ucap Panglima Feng sambil mengangkat tangan kanannya.

Langit menjadi gelap dan kilatan petir terus menyambar tepat di atas kepala Panglima Feng.

'Pemanggilan rupanya.' batin laki laki tua tersebut mengerutkan keningnya.

"DUAR......." Petir tiba tiba menyambar ke arah Panglima Feng.

Setelah petir menyambar langit menjadi cerah kembali.

Kini setelah petir menyambar, terdapat sebuah tombak berkilau di tangan kanan Panglima Feng.

"Tombak Dewa Petir..." Ucap Laki laki tua tersebut.

"Baiklah... kita lanjut pertarungan kita." Ucap Panglima Feng.

Panglima Feng langsung melompat ke atas langit dan menerjang laki laki tua tersebut.

Laki laki tua tersebut hanya menggelengkan kepalanya melihat kerasa kepala dari Panglima Feng.

Ia menghindari serangan Panglima Feng dan turun dari atas Langit.

Panglima Feng tidak berhenti disana, ia melemparkan Tombak tersebut langsung ke arah laki laki tua tersebut.

Sontak laki laki tua tersebut langsung menangkap tombak tersebut, tetapi tombak tersebut langsung mengeluarkan petirnya dan membuat laki laki tua tersebut terstrum.

Di saat laki laki tua tersebut tidak memerhatikan lawannya, Panglima Feng telah berada di depannyanya dan memukul dada laki laki tua tersebut.

Ia langsung terpukul mundur beberapa langkah, serangan demi serangan terus terjadi dan membuat Pertarungan menjadi lebih cepat.

Kini hanya terlihat bentrokan cahaya karena kecepatan dari kedua orang tersebut sangatlah cepat.

"Kau telah melakukan kesalahan besar Nak." Ucap Laki laki tua tersebut.

Ia tampak berhenti dan memejamkan matanya sejenak.

Tiba tiba ia mengeluarkan sebuah aura hitam yang sangat gelap dan juga padat.

Aura tersebut adalah Aura pembunuh, hanya Kultivator tinggi yang bisa menggunakan teknik ini.

Aura tersebut seakan Seperti gelombang tinggi laut yang menerjang Panglima Feng.

Panglima Feng tidak lagi bisa menghindarinya dan mencoba menahan aura tersebut, tetapi na'as terjadi.

Panglima Feng tidak lagi bergerak dan terdiam kaku seperti patung sambil memegang Tombak petirnya.

Jiwanya kini telah beku karena kekuatan Aura laki laki tua tersebut.

Laki laki tua tersebut menatap Prajurit Prajurit Panglima Feng yang tersisa.

"Kembalilah ke tempat kalian.... Panglima Feng akan kembali saat fajar tiba..." Ucap Laki laki tersebut dengan pelan.

Pasukan Panglima Feng yang tersisa langsung berlari keluar dari Istana tersebut dan pergi begitu saja.


Di Dalam Istana kerajaan Chen.

Laki laki tua yang sebelumnya telah mengalahkan Panglima Feng berjalan ke arah sebuah ruangan.

Ruangan tersebut adalah tempat Raja Chen mengadakan pertemuan dengan petinggi kerajaan lainnya.

"Bagaimana Jendral?" tanya Seorang yang tak lain adalah Raja Chen.

Raja Chen berumur 35 tahun dan menjabat setelah ayahnya meninggal dunia.

"Semua telah terkendali Yang Mulia." Ucap laki laki tua tersebut yang berna Jendral Chen Hua.

"Apakah kau membunuhnya??? Aku harap kau tidak membunuhnya." Balas Raja Chen.

"Seperti yang anda perintahkan.... aku tidak membunuh panglima itu." Ucap Jendral Chen Hua.

"Bagus... baiklah bawa Panglima itu ke dalam." Balas Raja Chen.

Raja Chen memiliki kepribadian berbeda dengan raja raja maupun kaisar lainnya, ia bukanlah orang yang menyukai pertumpahan darah, selama ia menjabat, ia ntah berapa kali memukul mundur pasukan musuh yang menyerang.

Tetapi ia tidak pernah membunuh Pasukan musuh, kecuali musuh tersebut memiliki kualifikasi untuk dibunuh.

Kualifikasi itu hanya diketahui oleh para petinggi Istana dan juga Raja Chen sendiri.

Tak lama, akhirnya Panglima Feng yang masih terpatung dibawa ke hadapan Raja Chen.

"Lepaskan Jiwanya." Ucap Raja Chen.

Jendral Chen Hua langsung mengayunkan tangannya, seketika Panglima Feng tersadar dan terjatuh lemas.

Raja Chen langsung turun dari singgasananya dan membantu Panglima Feng berdiri.

"Bangunlah anak muda." Ucap Raja Chen ramah.

"Kau..." Ucap Panglima Feng melihat kehadiran laki laki tua yang sebelumnya menjadi lawannya.

"Tenanglah... kau berada di dalam Istanaku... Aku tidak ingin ada pertarungan disini." Ucap Raja Chen.

"Istana??" Balas Panglima Feng terkejut.

Kini ia mengetahui jika orang didepannya tersebut adalah Raja Chen dan sekelilingnya adalah Petinggi Petinggi kerajaan.

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan dari wilayah kami?" Tanya Raja Chen.

"Ini hanya perintah dari kekaisaran Tombak Emas Yang Mulia.... Terlebih lagi wilayah kerajaan Chen masuk ke dalam wilayah Kekaisaran Pedang Langit yang menjadi musuh bebuyutan kekaisaran Tombak Emas." Balas Panglima Feng hormat.

"Hahahahaha jadi seperti itu.... Hais... Permusuhan akan terus mendatangkan kehancuran.... Tapi aku ingin mengoreksi sesuatu yang salah dari ucapanmu." Ucap Raja Chen.

"Apa itu Yang Mulia?" tanya Panglima Feng.

"Kami bukan bawahan Kekaisaran Pedang Langit." Balas Raja Chen tersenyum.

"Apa maksud anda??? Tidak mungkin ada kerajaan yang bisa hidup tanpa ada kekaisaran di atasnya." Ucap Panglima Feng terkejut.

"Hahahaha itu benar adanya.... dan apakah kau penasaran mengapa tidak ada prajurit kekaisaran yang menghadang kalian jika kalian menyerang wilayah kami??" Ucap Raja Chen.

"Hamba sangat penasaran... tidak mungkin kami akan menyerangnya dengan semulus ini Yang Mulia." Balas Panglima Feng.

"Aku akan memberitahukan faktanya." Ucap Raja Chen tersenyum.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

224