Bab 5 Part 5. Menjadi Lemas
by Dinda Tirani
16:24,Oct 09,2023
Pov. Dina.
Hari ini semoga saja bisa menjadi hari keberuntunganku.
Ibunya Mas Ali mengajakku berkunjung ke rumah Mas Ali.
Akhirnya ... impianku akan menjadi nyata. Setelah sekian lama, aku punya kesempatan untuk bertemu dengan Mas Ali. Pujaan hati yang selalu kurindukan. Pangeran tampan yang selalu kuimpikan.
Selama ini aku selalu mengikuti Mas Ali di semua sosial medianya.
Tak jarang aku mengirimkan pesan untuknya. Dari pesan-pesan yang sopan, mengajak berkenalan, sampai mengirimkan foto-foto yang memperlihatkan keseksianku. Berharap dia akan tergoda, dan mengajakku berkencan. Tapi justru dia memblokirku. Tidak apa-apa, mungkin dia memblokirku karena memang belum pernah melihatku secara langsung.
Tak hilang akal, aku pun membuat akun palsu untuk mengikutinya. Dan aku melihat, beberapa kali wajahnya tampak lewat di beranda Facebook palsuku, tapi sayang dia selalu mengajak istrinya, dengan mengunggah kata-kata yang romantis. Membuatku cemburu saja. Tapi aku tetap berpikir positif. Bisa jadi itu ulah Ellinna yang membajak Facebook Mas Ali, agar kelihatan seperti orang yang beruntung. Iya, kan?
Biar orang lain yang melihatnya akan mengira, bahwa dia memiliki suami tampan yang begitu mencintainya.
Menurut cerita Bu Jamilah, istrinya Mas Ali itu tidak bisa membuat anak, alias mandul. Orangnya sangat sensitif dan pencemburu. Posesif.
*****
Pagi-pagi sekali, Bu Jamilah sudah sampai di rumahku. Bu Jamilah adalah teman sekolah ibuku. Bahkan katanya, mereka sebenarnya sudah menjodohkan aku dengan Mas Ali. Tapi Mas Ali sudah terlanjur punya pacar. Padahal aku sudah sangat mengharapkan perjodohan itu.
Kudengar ibuku bercerita banyak tentangku.
"Milah, kamu gak bakalan nyesel, kalau punya menantu seperti Dina. Dia itu pinter masak. Hampir masuk tv menjadi chief."
Ibuku terus memujiku setinggi langit.
Sampai kulihat mulutnya berbusa-busa. Sambil jari tangannya menunjuk-nunjuk ke sembarang arah. Mungkin saja karena saking semangatnya, atau mungkin juga karena ingin memamerkan cincin barunya. Hampir semua jari tangan ibuku, dipenuhi dengan cincin imitasi. Yang terbaru, adalah cincin dengan motif ular naga, yang panjangnya hampir sama panjang dengan jarinya. Cincin itu melilit dari pangkal hingga ke ujung jarinya. Sampai-sampai jarinya tidak bisa di tekuk. Ah, biarkan saja ....
"Tapi kok aku tidak pernah melihatnya, ya? Padahal tiap hari aku nonton acara masak-memasak, loh," jawab Bu Jamilah.
"Ya gak jadi, wong ada yang iri, terus masakan Dina disabotase, dikasih garam satu gelas. Ya jelas keasinan, gak jadi menang lomba masaknya."
Ibu mencebikkan bibirnya.
"Ya sudah gak apa-apa, gagal jadi chief. Besok semoga bisa sukses jadi istrinya Ali. Eh, rumahnya Ali itu, dilengkapi dengan dapur yang sangat mewah. Nanti Dina pasti suka. Dina, kamu panggil saja aku, dengan sebutan Ibu, atau Mama, ya?"
Ibunya Mas Ali sepertinya sangat menyukaiku, sampai-sampai minta dipanggil dengan sebutan Ibu, atau Mama. Kuiyakan saja. Dulu saat aku masih kecil, ibunya Mas Ali sering ke sini, kadang bersama Mas Ali. Begitu aku sudah besar, ibunya Mas Ali selalu ke sini sendirian saja. Mas Ali tidak mau ikut, katanya. Ketika ibuku mengajakku berkunjung ke rumah Bu Jamilah, Mas Ali jarang ada di rumah.
Kami hanya beberapa kali bertemu. Tapi wajah Mas Ali yang sangat mempesona, sungguh tidak bisa kulupakan.
Meskipun aku juga sudah beberapa kali berpacaran dengan orang lain, namun jika ada kesempatan untuk memilih, aku akan memilih Mas Ali, meskipun sekarang dia sudah beristri.
Sebenarnya aku juga punya kandidat lain yang kaya raya, namanya Bagas. Bahkan aku sama Bagas sudah berpacaran, sudah pernah 'begituan'. Sayang, wajahnya tidak setampan Mas Ali.
*****
Hari ini, bahkan ibunya Mas Ali langsung menyuruhku untuk membawa pakaian ganti yang banyak. Dia menceritakan tentang rencananya untuk kembali melanjutkan perjodohan kami yang tertunda. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku sangat senang, mendengarnya.
Lihat saja Ellinna, akan kurebut kembali, apa yang seharusnya menjadi milikku.
Sebenarnya aku kurang setuju, jika harus pura-pura jadi pembantu.
Masak iya, sekolah sampai sarjana kok ujung-ujungnya cuma jadi pembantu. Meskipun sekolahku tidaklah pintar , tapi masak iya jadi pembantu. Enggak banget, deh. Tapi sudahlah tidak apa-apa.
Pepatah "Seribu jalan menuju Roma", sepertinya tidak berlaku di sini, karena ternyata hanya ada satu jalan untuk masuk ke rumah Mas Ali, yaitu menyamar menjadi pembantu. Dengan menyamar menjadi pembantu, aku punya kesempatan dua puluh empat jam, untuk menggoda Mas Ali. Bisa tinggal satu atap dengannya. Syukur, jika nanti Mas Ali mau melipir ke kamarku.
Sengaja aku memakai baju dengan belahan dada yang rendah. Aku ingin memberikan kesan yang seksi saat pertama bertemu dengan Mas Ali. Bagaimanapun Mas Ali adalah laki-laki normal, dia pasti akan tertarik saat melihat penampilanku. Dina yang sekarang sudah bukan lagi Dina yang dulu. Dina yang sekarang adalah Dina yang bening, Dina yang bohay. Kamu bakalan pangling, saat bertemu denganku, Mas!
Sesampainya di rumah Mas Ali, aku diajak Bu Jamilah ke dapur, katanya mau masak-masak buat Mas Ali. Siapa takut? Meskipun aku gagal menjadi chief di tv, tapi tetap saja aku bisa masak. Meskipun tidak begitu pandai.
Ternyata dapurnya sangat mewah, menurutku. Ada mini barnya juga. Banyak sekali perabotan mewah. Ah, aku semakin tidak sabar ingin menjadi istrinya Mas Ali.
Tidak apa-apa, aku rela, meskipun harus jadi yang kedua. Sungguh aku rela.
Sedang asyik ngobrol dengan Bu Jamilah, tiba-tiba ada wanita yang sangat cantik, menghampiri kami. Dia tersenyum sangat cantik sekali. Aku tahu itu istrinya Mas Ali. Ternyata aslinya lebih cantik dari fotonya. Tiba-tiba saja nyaliku menjadi ciut. Apalagi saat bersalaman, dia seperti menekan tanganku, dan tatapannya meremehkan aku. Seketika aku menjadi seperti kerupuk yang tersiram air.
Tapi aku tetap tidak boleh menyerah.
Sudah kepalang tanggung. Aku harus terus maju. Aku punya modal fisik yang tidak kalah cantik, ditambah lagi dukungan dari Bu Jamilah. Apalagi Ellinna adalah wanita mandul, sedangkan rahimku sangat subur. Aku harus percaya diri.
Menjelang maghrib, terdengar mobil masuk ke halaman. Pasti itu Mas Ali. Benar saja, Ellinna sudah menyambutnya di halaman rumah. Aku pun tidak mau kalah, langsung berjalan cepat keluar rumah, sambil membenarkan rambutku, dan menarik baju bagian dadaku, agar tampak lebih seksi. Tak lupa, akupun memasang senyum yang paling manis.
Tapi ... sepertinya Mas Ali sama sekali tidak menyadari keberadaanku.
Daaaannn ... oh, my God, pemandangan apa yang kulihat. Kulihat Mas Ali menciumi wajah Ellinna, kemudian menggendongnya ke lantai atas. Ellinna pun menjerit-jerit manja, sambil meronta-ronta, sampai kerudungnya terlepas. Dan itu apa?! Leher Ellinna penuh dengan merah-merah. Sungguh membuatku menjadi sangat cemburu.
Bahkan Mas Ali sama sekali tak pernah memandangku meski hanya sedetik saja.
Sakit sekali rasanya ... Aku seperti orang bodoh saja. Seketika tulang persendianku menjadi lemas ....
Pandanganku seperti berkunang-kunang ....
Bersambung
Hari ini semoga saja bisa menjadi hari keberuntunganku.
Ibunya Mas Ali mengajakku berkunjung ke rumah Mas Ali.
Akhirnya ... impianku akan menjadi nyata. Setelah sekian lama, aku punya kesempatan untuk bertemu dengan Mas Ali. Pujaan hati yang selalu kurindukan. Pangeran tampan yang selalu kuimpikan.
Selama ini aku selalu mengikuti Mas Ali di semua sosial medianya.
Tak jarang aku mengirimkan pesan untuknya. Dari pesan-pesan yang sopan, mengajak berkenalan, sampai mengirimkan foto-foto yang memperlihatkan keseksianku. Berharap dia akan tergoda, dan mengajakku berkencan. Tapi justru dia memblokirku. Tidak apa-apa, mungkin dia memblokirku karena memang belum pernah melihatku secara langsung.
Tak hilang akal, aku pun membuat akun palsu untuk mengikutinya. Dan aku melihat, beberapa kali wajahnya tampak lewat di beranda Facebook palsuku, tapi sayang dia selalu mengajak istrinya, dengan mengunggah kata-kata yang romantis. Membuatku cemburu saja. Tapi aku tetap berpikir positif. Bisa jadi itu ulah Ellinna yang membajak Facebook Mas Ali, agar kelihatan seperti orang yang beruntung. Iya, kan?
Biar orang lain yang melihatnya akan mengira, bahwa dia memiliki suami tampan yang begitu mencintainya.
Menurut cerita Bu Jamilah, istrinya Mas Ali itu tidak bisa membuat anak, alias mandul. Orangnya sangat sensitif dan pencemburu. Posesif.
*****
Pagi-pagi sekali, Bu Jamilah sudah sampai di rumahku. Bu Jamilah adalah teman sekolah ibuku. Bahkan katanya, mereka sebenarnya sudah menjodohkan aku dengan Mas Ali. Tapi Mas Ali sudah terlanjur punya pacar. Padahal aku sudah sangat mengharapkan perjodohan itu.
Kudengar ibuku bercerita banyak tentangku.
"Milah, kamu gak bakalan nyesel, kalau punya menantu seperti Dina. Dia itu pinter masak. Hampir masuk tv menjadi chief."
Ibuku terus memujiku setinggi langit.
Sampai kulihat mulutnya berbusa-busa. Sambil jari tangannya menunjuk-nunjuk ke sembarang arah. Mungkin saja karena saking semangatnya, atau mungkin juga karena ingin memamerkan cincin barunya. Hampir semua jari tangan ibuku, dipenuhi dengan cincin imitasi. Yang terbaru, adalah cincin dengan motif ular naga, yang panjangnya hampir sama panjang dengan jarinya. Cincin itu melilit dari pangkal hingga ke ujung jarinya. Sampai-sampai jarinya tidak bisa di tekuk. Ah, biarkan saja ....
"Tapi kok aku tidak pernah melihatnya, ya? Padahal tiap hari aku nonton acara masak-memasak, loh," jawab Bu Jamilah.
"Ya gak jadi, wong ada yang iri, terus masakan Dina disabotase, dikasih garam satu gelas. Ya jelas keasinan, gak jadi menang lomba masaknya."
Ibu mencebikkan bibirnya.
"Ya sudah gak apa-apa, gagal jadi chief. Besok semoga bisa sukses jadi istrinya Ali. Eh, rumahnya Ali itu, dilengkapi dengan dapur yang sangat mewah. Nanti Dina pasti suka. Dina, kamu panggil saja aku, dengan sebutan Ibu, atau Mama, ya?"
Ibunya Mas Ali sepertinya sangat menyukaiku, sampai-sampai minta dipanggil dengan sebutan Ibu, atau Mama. Kuiyakan saja. Dulu saat aku masih kecil, ibunya Mas Ali sering ke sini, kadang bersama Mas Ali. Begitu aku sudah besar, ibunya Mas Ali selalu ke sini sendirian saja. Mas Ali tidak mau ikut, katanya. Ketika ibuku mengajakku berkunjung ke rumah Bu Jamilah, Mas Ali jarang ada di rumah.
Kami hanya beberapa kali bertemu. Tapi wajah Mas Ali yang sangat mempesona, sungguh tidak bisa kulupakan.
Meskipun aku juga sudah beberapa kali berpacaran dengan orang lain, namun jika ada kesempatan untuk memilih, aku akan memilih Mas Ali, meskipun sekarang dia sudah beristri.
Sebenarnya aku juga punya kandidat lain yang kaya raya, namanya Bagas. Bahkan aku sama Bagas sudah berpacaran, sudah pernah 'begituan'. Sayang, wajahnya tidak setampan Mas Ali.
*****
Hari ini, bahkan ibunya Mas Ali langsung menyuruhku untuk membawa pakaian ganti yang banyak. Dia menceritakan tentang rencananya untuk kembali melanjutkan perjodohan kami yang tertunda. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku sangat senang, mendengarnya.
Lihat saja Ellinna, akan kurebut kembali, apa yang seharusnya menjadi milikku.
Sebenarnya aku kurang setuju, jika harus pura-pura jadi pembantu.
Masak iya, sekolah sampai sarjana kok ujung-ujungnya cuma jadi pembantu. Meskipun sekolahku tidaklah pintar , tapi masak iya jadi pembantu. Enggak banget, deh. Tapi sudahlah tidak apa-apa.
Pepatah "Seribu jalan menuju Roma", sepertinya tidak berlaku di sini, karena ternyata hanya ada satu jalan untuk masuk ke rumah Mas Ali, yaitu menyamar menjadi pembantu. Dengan menyamar menjadi pembantu, aku punya kesempatan dua puluh empat jam, untuk menggoda Mas Ali. Bisa tinggal satu atap dengannya. Syukur, jika nanti Mas Ali mau melipir ke kamarku.
Sengaja aku memakai baju dengan belahan dada yang rendah. Aku ingin memberikan kesan yang seksi saat pertama bertemu dengan Mas Ali. Bagaimanapun Mas Ali adalah laki-laki normal, dia pasti akan tertarik saat melihat penampilanku. Dina yang sekarang sudah bukan lagi Dina yang dulu. Dina yang sekarang adalah Dina yang bening, Dina yang bohay. Kamu bakalan pangling, saat bertemu denganku, Mas!
Sesampainya di rumah Mas Ali, aku diajak Bu Jamilah ke dapur, katanya mau masak-masak buat Mas Ali. Siapa takut? Meskipun aku gagal menjadi chief di tv, tapi tetap saja aku bisa masak. Meskipun tidak begitu pandai.
Ternyata dapurnya sangat mewah, menurutku. Ada mini barnya juga. Banyak sekali perabotan mewah. Ah, aku semakin tidak sabar ingin menjadi istrinya Mas Ali.
Tidak apa-apa, aku rela, meskipun harus jadi yang kedua. Sungguh aku rela.
Sedang asyik ngobrol dengan Bu Jamilah, tiba-tiba ada wanita yang sangat cantik, menghampiri kami. Dia tersenyum sangat cantik sekali. Aku tahu itu istrinya Mas Ali. Ternyata aslinya lebih cantik dari fotonya. Tiba-tiba saja nyaliku menjadi ciut. Apalagi saat bersalaman, dia seperti menekan tanganku, dan tatapannya meremehkan aku. Seketika aku menjadi seperti kerupuk yang tersiram air.
Tapi aku tetap tidak boleh menyerah.
Sudah kepalang tanggung. Aku harus terus maju. Aku punya modal fisik yang tidak kalah cantik, ditambah lagi dukungan dari Bu Jamilah. Apalagi Ellinna adalah wanita mandul, sedangkan rahimku sangat subur. Aku harus percaya diri.
Menjelang maghrib, terdengar mobil masuk ke halaman. Pasti itu Mas Ali. Benar saja, Ellinna sudah menyambutnya di halaman rumah. Aku pun tidak mau kalah, langsung berjalan cepat keluar rumah, sambil membenarkan rambutku, dan menarik baju bagian dadaku, agar tampak lebih seksi. Tak lupa, akupun memasang senyum yang paling manis.
Tapi ... sepertinya Mas Ali sama sekali tidak menyadari keberadaanku.
Daaaannn ... oh, my God, pemandangan apa yang kulihat. Kulihat Mas Ali menciumi wajah Ellinna, kemudian menggendongnya ke lantai atas. Ellinna pun menjerit-jerit manja, sambil meronta-ronta, sampai kerudungnya terlepas. Dan itu apa?! Leher Ellinna penuh dengan merah-merah. Sungguh membuatku menjadi sangat cemburu.
Bahkan Mas Ali sama sekali tak pernah memandangku meski hanya sedetik saja.
Sakit sekali rasanya ... Aku seperti orang bodoh saja. Seketika tulang persendianku menjadi lemas ....
Pandanganku seperti berkunang-kunang ....
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved