Bab 20 Colden Ye Bukanlah Orang Yang Tak Berperasaan
by Danielle
10:44,Jun 01,2021
Setelah melewati belokan, langkah Claire Shen mendadak terhenti, karena tiba-tiba muncul dua orang di hadapannya.
Arthur Xiao yang mendorong kursi roda Colden Ye berdiri di sana. Colden Ye memandangnya dengan pandangan dingin.
Kalau itu dulu, Claire Shen mungkin akan langsung berbalik dan pergi. Tetapi setelah mengetahui bahwa ia juga diasingkan oleh kakek dan kakak kandungnya, pandangan Claire Shen terhadap Colden Ye tiba-tiba berubah.
Tetapi, ia belum dapat melupakan tentang anaknya yang diaborsi oleh Colden Ye, sehingga ia tetap berbalik dan pergi.
"Diam di sana!" seru Colden Ye padanya.
Claire Shen berhenti, ia menoleh dan memandangnya dengan tidak senang, "Ada apa?"
"Sebagai asisten, memangnya kamu boleh izin dua hari tanpa alasan? Sudah tidak mau kerja ya?" kata Colden Ye. Mendengarnya, Claire Shen ingat apa yang dikatakan Tuan Besar Ye kepadanya di ruang baca tadi. Memikirkan bahwa ia bukan diperlukan sebagai asisten, melainkan untuk mengawasi Colden Ye, ia hanya berkata, "Bukankah kamu tidak butuh asisten? Makanya aku tidak berangkat kerja agar tidak mengganggu pandanganmu."
"Apakah menurutmu kamu boleh datang ke Ye's Corp sesukamu dan pergi sesukamu?"
Claire Shen mengernyitkan dahi, "Lalu apa maumu?"
Melihat sikapnya, mata Arthur Xiao seketika membelalak, "Kurasa kamu benar-benar wanita yang tidak tahu diuntung. Kamu beruntung karena Tuan Ye masih memikirkanmu, sehingga ia membiarkan anak di perutmu, bisa-bisanya kamu... "
"Tutup mulutmu!" seru Colden Ye, Arthur Xiao seketika terdiam.
"Apa katamu?" tanya Claire Shen sambil membelalakkan mata tidak percaya, ia tidak berani mempercayai apa yang dikatakan Arthur Xiao, "Mana mungkin? Jelas-jelas kamu..."
Claire Shen menatap Colden Ye, hari itu sebelum ia kehilangan kesadaran, bukankah Colden Ye bersikeras meminta dokter untuk mengaborsi anaknya? Arthur Xiao sendiri yang memanggilkan dokter, setelah itu ia begitu marah hingga pingsan. Ketika sadar, ia sudah kembali ke rumah Keluarga Ye.
"Jangan berpikir aneh-aneh, aku hanya malas mengurus wanita sepertimu," ucap Colden Ye dingin, lalu meminta Arthur Xiao mendorongnya pergi.
Melihat kedua orang itu pergi, hati Claire Shen sangat kacau.
Mana mungkin? Ia kira... sejak hari itu anaknya sudah tiada. Sekarang karena Arthur Xiao mengatakannya, ia baru sadar saat ia terbangun hari itu, memang tidak ada perubahan apa pun pada perutnya.
Memikirkan itu, Claire Shen mengeluarkan ponselnya dan menelepon Shelly Han.
Setelah Shelly Han datang, ia langsung membawa Claire Shen ke rumah sakit untuk diperiksa. Saat dokter memberinya selamat atas kehamilannya, Claire Shen masih tertegun.
Bagaimana bisa begini? Ia kira Colden Ye tidak akan menerima anak ini, tak disangka...
"Kelihatannya Colden Ye yang kau sebut-sebut itu bukan orang yang tak berperasaan ya."
Claire Shen tidak menyangkal, ia menunduk, entah apa yang ia pikirkan.
"Lalu ke depannya, apa yang akan kau lakukan?" "Entahlah, lihat dan jalani saja," jawab Claire Shen, ia sendiri tidak punya rencana hidup. Sejak menikah dengan James Lin, Claire Shen hanya hidup untuknya. Kemudian, setelah bercerai, ia diminta menikah dengan putra Keluarga Ye oleh orangtuanya. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, yaitu tinggal di rumah Keluarga Ye.
"Tapi... siapakah pria asing itu?" tanya Shelly Han penasaran, "Kamu bilang ia menidurimu, apakah ia tidak takut menghamilimu? Kenapa ia tidak mencarimu? Claire, apakah kamu pernah berpikir untuk mencarinya?" Mencari pria asing itu? Tampak kebingungan di mata Claire Shen, "Untuk apa mencarinya? Aku tidak ingat apa pun tentangnya, aku sama sekali tidak tahu ia orang seperti apa. Hari itu hujannya terlalu deras, dan malam itu juga begitu gelap, aku tidak bisa melihat apa pun. Apalagi saat ini aku adalah istri Colden Ye. Kalau aku mencari pria itu, Keluarga Ye tidak akan memaafkanku."
"Baiklah, akan kuminta seseorang membantumu mencari tahu, mari kita lihat informasi apa yang bisa kita dapat."
"Terima kasih, Shelly." "Untuk apa berterima kasih padaku? Harusnya aku yang berterima kasih padamu, karena saat semua orang merundungku di sekolah dulu, kaulah yang menolongku tanpa mempedulikan diri sendiri, dan menggantikanku untuk dipukul," saat mengatakan ini, Shelly Han pun teringat hari-hari saat mereka di sekolah dulu. Waktu itu ia belum masuk ke Keluarga Han, ia adalah seorang anak miskin yang kesulitan, Claire Shen-lah yang menolongnya saat di sekolah.
Setelah itu, mereka berdua menjadi sahabat baik.
Sekembalinya ke rumah Keluarga Ye, Claire Shen langsung masuk ke kamarnya.
Saat ia masuk, didapatinya Colden Ye ternyata tidak pergi ke perusahaan. Ia merasa sedikit heran, setelah menutup pintu dan berpikir sejenak, ia menghampirinya.
Colden Ye duduk di kursi roda sambil memegang majalah finansial dengan sebelah tangannya. Di meja beroda yang ditinggikan di sebelahnya, terletak sebuah laptop.
Setelah Claire Shen mendekat, ia baru sadar Colden Ye sedang memakai headset bluetooth, dan sebuah video terpampang di laptopnya.
Sepertinya... ia sedang rapat melalui panggilan video.
Melihatnya, kata-kata yang sudah mencapai sisi bibir Claire Shen terhenti, ia berdiri diam di sampingnya sambil mendengarkannya.
"Hm, saran itu cukup baik, lanjutkan."
"Boleh, cepat ambillah."
"Ya."
Colden Ye tidak banyak bicara, sebagian besar hanya kalimat pendek. Ia tidak mendongak, matanya terfokus pada majalah itu dan berkata, "Kirimkan proposalnya ke email."
Sekitar setengah jam kemudian, rapat akhirnya selesai.
Claire Shen terus berdiri sejak ia masuk sampai rapat itu selesai.
Melihat orang-orang di layar sepertinya sudah menghilang, Claire Shen baru melangkah maju. Tak disangka, Colden Ye berkata dingin, "Jangan dekati aku."
"..." langkah Claire Shen terhenti.
Colden Ye membuka email dengan serius dan fokus untuk memeriksa pesan yang masuk.
Baiklah, ternyata ia mau mengurus pekerjaannya.
Claire Shen tidak ingin mengganggunya, sehingga ia berbalik dan hendak pergi.
"Berhenti."
Claire Shen menoleh dan menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.
"Tunggu di sini."
Ucap Colden Ye lagi.
Mata indah Claire Shen memebelalak, ia tidak boleh mendekat, juga tidak boleh pergi. Ia malah diminta menunggu di sini?
Apakah tidak salah?
Tetapi karena Claire Shen tahu ia bersalah pada Colden Ye karena malam itu ia mencengkeram kerah bajunya dan menyebutnya sebagai binatang, kejam, dan binatang pun lebih berperasaanan darinya, ia merasa bersalah.
Jadi, Claire Shen tidak bergerak dan terpaksa terus berdiri di sana.
Menit demi menit berlalu. Claire Shen tidak tahu sudah berapa lama ia berdiri, ia hanya tahu Colden Ye sangat serius dalam menangani pekerjaan.
Dan Claire Shen juga tiba-tiba merasa bahwa pria yang tengah menangani pekerjaan dengan serius benar-benar sangat tampan.
Perlahan, kaki Claire Shen sedikit mati rasa, namun pekerjaan Colden Ye belum terlihat akan selesai.
Apakah ia sedang membalasnya? Karena waktu itu Claire Shen berkata seperti itu padanya, sehingga ia sengaja memperlakukannya seperti ini?
Memikirkan itu, alis indah Claire Shen mengernyit. Ia membungkukkan badan untuk mengusap betisnya yang mati rasa.
Akhirnya Colden Ye mendongak sebentar dan memandangnya.
Claire Shen segera berdiri seperti seorang anak yang berbuat salah.
"Belum sampai satu jam, kau sudah tidak kuat berdiri?" ujar Colden Ye sambil mengangkat tangan untuk melihat arloji. Tampak senyuman dingin di bibir tipisnya.
Bibir Claire Shen berkedut, namun ia tidak mengatakan apa pun.
"Kenapa kau mencariku?"
Sebelum Claire Shen menjawab, Colden Ye mendengus dingin, ia menutup laptopnya keras-keras hingga bersuara. Saat ia bersiap untuk pergi, Claire Shen pun panik, dengan tegang ia berkata, "Maaf!"
Mata Colden Ye yang tajam melirik padanya.
"Mengenai kejadian kemarin lusa, aku minta maaf!" setelah mengatakannya dengan tulus, Claire Shen membungkukkan badan dengan sangat tulus pada Colden Ye!
Setelah kembali berdiri tegak, Claire Shen mendapati bahwa tatapan dingin Colden Ye tengah menatapnya.
"Kukira..."
"Kau kira apa?" tanya Colden Ye dingin dengan sedikit mengkritik, "Kau tidak berpikir kalau aku membiarkan anak itu karena memikirkanmu, bukan? Hei cewek, hilangkan pikiran itu sedini mungkin."
"Aku..." awalnya Claire Shen ingin mengucapkan permintaan maaf lagi, tak disangka Colden Ye mengatakan sesuatu yang buruk, raut wajahnya pun memburuk.
"Ini kontraknya."
Tiba-tiba, Colden Ye melemparkan map kertas padanya, saat Claire Shen menjulurkan tangan hendak menerimanya, map itu sudah terjatuh keras-keras di sisi kakinya. Claire Shen tertegun beberapa saat, kemudian membungkuk untuk mengambilnya.
Setelah membuka map itu, ia mendapati bahwa di dalamnya ada buku panduan setelah menikah.
"Tanda tanganlah!" ujar Colden Ye dingin. Claire Shen mendongak melihat mata hitam legamnya, ia dengan cepat memandang sekilas isi kontrak itu.
"Entah itu kamu atau adikmu, kalian sama-sama merepotkan, jadi aku hanya memberimu waktu setengah tahun. Setelah setengah tahun berlalu, setelah kamu pergi meninggalkan rumah Keluarga Ye dengan kontrak dan cek ini, jangan kembali lagi."
Setelah mengatakan itu, Colden Ye meletakkan cek di atas meja.
Melihat cek tersebut, Claire Shen merasa bagaikan kepalanya diguyur air.
Saat datang tadi, ia terus memikirkan kata-kata permintaan maaf, tetapi ia tidak menyangka Colden Ye sudah menyiapkan kontrak dan cek ini. "Uang ini seharusnya cukup untuk mengganti rugi atas kehormatanmu, kan?"
Arthur Xiao yang mendorong kursi roda Colden Ye berdiri di sana. Colden Ye memandangnya dengan pandangan dingin.
Kalau itu dulu, Claire Shen mungkin akan langsung berbalik dan pergi. Tetapi setelah mengetahui bahwa ia juga diasingkan oleh kakek dan kakak kandungnya, pandangan Claire Shen terhadap Colden Ye tiba-tiba berubah.
Tetapi, ia belum dapat melupakan tentang anaknya yang diaborsi oleh Colden Ye, sehingga ia tetap berbalik dan pergi.
"Diam di sana!" seru Colden Ye padanya.
Claire Shen berhenti, ia menoleh dan memandangnya dengan tidak senang, "Ada apa?"
"Sebagai asisten, memangnya kamu boleh izin dua hari tanpa alasan? Sudah tidak mau kerja ya?" kata Colden Ye. Mendengarnya, Claire Shen ingat apa yang dikatakan Tuan Besar Ye kepadanya di ruang baca tadi. Memikirkan bahwa ia bukan diperlukan sebagai asisten, melainkan untuk mengawasi Colden Ye, ia hanya berkata, "Bukankah kamu tidak butuh asisten? Makanya aku tidak berangkat kerja agar tidak mengganggu pandanganmu."
"Apakah menurutmu kamu boleh datang ke Ye's Corp sesukamu dan pergi sesukamu?"
Claire Shen mengernyitkan dahi, "Lalu apa maumu?"
Melihat sikapnya, mata Arthur Xiao seketika membelalak, "Kurasa kamu benar-benar wanita yang tidak tahu diuntung. Kamu beruntung karena Tuan Ye masih memikirkanmu, sehingga ia membiarkan anak di perutmu, bisa-bisanya kamu... "
"Tutup mulutmu!" seru Colden Ye, Arthur Xiao seketika terdiam.
"Apa katamu?" tanya Claire Shen sambil membelalakkan mata tidak percaya, ia tidak berani mempercayai apa yang dikatakan Arthur Xiao, "Mana mungkin? Jelas-jelas kamu..."
Claire Shen menatap Colden Ye, hari itu sebelum ia kehilangan kesadaran, bukankah Colden Ye bersikeras meminta dokter untuk mengaborsi anaknya? Arthur Xiao sendiri yang memanggilkan dokter, setelah itu ia begitu marah hingga pingsan. Ketika sadar, ia sudah kembali ke rumah Keluarga Ye.
"Jangan berpikir aneh-aneh, aku hanya malas mengurus wanita sepertimu," ucap Colden Ye dingin, lalu meminta Arthur Xiao mendorongnya pergi.
Melihat kedua orang itu pergi, hati Claire Shen sangat kacau.
Mana mungkin? Ia kira... sejak hari itu anaknya sudah tiada. Sekarang karena Arthur Xiao mengatakannya, ia baru sadar saat ia terbangun hari itu, memang tidak ada perubahan apa pun pada perutnya.
Memikirkan itu, Claire Shen mengeluarkan ponselnya dan menelepon Shelly Han.
Setelah Shelly Han datang, ia langsung membawa Claire Shen ke rumah sakit untuk diperiksa. Saat dokter memberinya selamat atas kehamilannya, Claire Shen masih tertegun.
Bagaimana bisa begini? Ia kira Colden Ye tidak akan menerima anak ini, tak disangka...
"Kelihatannya Colden Ye yang kau sebut-sebut itu bukan orang yang tak berperasaan ya."
Claire Shen tidak menyangkal, ia menunduk, entah apa yang ia pikirkan.
"Lalu ke depannya, apa yang akan kau lakukan?" "Entahlah, lihat dan jalani saja," jawab Claire Shen, ia sendiri tidak punya rencana hidup. Sejak menikah dengan James Lin, Claire Shen hanya hidup untuknya. Kemudian, setelah bercerai, ia diminta menikah dengan putra Keluarga Ye oleh orangtuanya. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, yaitu tinggal di rumah Keluarga Ye.
"Tapi... siapakah pria asing itu?" tanya Shelly Han penasaran, "Kamu bilang ia menidurimu, apakah ia tidak takut menghamilimu? Kenapa ia tidak mencarimu? Claire, apakah kamu pernah berpikir untuk mencarinya?" Mencari pria asing itu? Tampak kebingungan di mata Claire Shen, "Untuk apa mencarinya? Aku tidak ingat apa pun tentangnya, aku sama sekali tidak tahu ia orang seperti apa. Hari itu hujannya terlalu deras, dan malam itu juga begitu gelap, aku tidak bisa melihat apa pun. Apalagi saat ini aku adalah istri Colden Ye. Kalau aku mencari pria itu, Keluarga Ye tidak akan memaafkanku."
"Baiklah, akan kuminta seseorang membantumu mencari tahu, mari kita lihat informasi apa yang bisa kita dapat."
"Terima kasih, Shelly." "Untuk apa berterima kasih padaku? Harusnya aku yang berterima kasih padamu, karena saat semua orang merundungku di sekolah dulu, kaulah yang menolongku tanpa mempedulikan diri sendiri, dan menggantikanku untuk dipukul," saat mengatakan ini, Shelly Han pun teringat hari-hari saat mereka di sekolah dulu. Waktu itu ia belum masuk ke Keluarga Han, ia adalah seorang anak miskin yang kesulitan, Claire Shen-lah yang menolongnya saat di sekolah.
Setelah itu, mereka berdua menjadi sahabat baik.
Sekembalinya ke rumah Keluarga Ye, Claire Shen langsung masuk ke kamarnya.
Saat ia masuk, didapatinya Colden Ye ternyata tidak pergi ke perusahaan. Ia merasa sedikit heran, setelah menutup pintu dan berpikir sejenak, ia menghampirinya.
Colden Ye duduk di kursi roda sambil memegang majalah finansial dengan sebelah tangannya. Di meja beroda yang ditinggikan di sebelahnya, terletak sebuah laptop.
Setelah Claire Shen mendekat, ia baru sadar Colden Ye sedang memakai headset bluetooth, dan sebuah video terpampang di laptopnya.
Sepertinya... ia sedang rapat melalui panggilan video.
Melihatnya, kata-kata yang sudah mencapai sisi bibir Claire Shen terhenti, ia berdiri diam di sampingnya sambil mendengarkannya.
"Hm, saran itu cukup baik, lanjutkan."
"Boleh, cepat ambillah."
"Ya."
Colden Ye tidak banyak bicara, sebagian besar hanya kalimat pendek. Ia tidak mendongak, matanya terfokus pada majalah itu dan berkata, "Kirimkan proposalnya ke email."
Sekitar setengah jam kemudian, rapat akhirnya selesai.
Claire Shen terus berdiri sejak ia masuk sampai rapat itu selesai.
Melihat orang-orang di layar sepertinya sudah menghilang, Claire Shen baru melangkah maju. Tak disangka, Colden Ye berkata dingin, "Jangan dekati aku."
"..." langkah Claire Shen terhenti.
Colden Ye membuka email dengan serius dan fokus untuk memeriksa pesan yang masuk.
Baiklah, ternyata ia mau mengurus pekerjaannya.
Claire Shen tidak ingin mengganggunya, sehingga ia berbalik dan hendak pergi.
"Berhenti."
Claire Shen menoleh dan menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.
"Tunggu di sini."
Ucap Colden Ye lagi.
Mata indah Claire Shen memebelalak, ia tidak boleh mendekat, juga tidak boleh pergi. Ia malah diminta menunggu di sini?
Apakah tidak salah?
Tetapi karena Claire Shen tahu ia bersalah pada Colden Ye karena malam itu ia mencengkeram kerah bajunya dan menyebutnya sebagai binatang, kejam, dan binatang pun lebih berperasaanan darinya, ia merasa bersalah.
Jadi, Claire Shen tidak bergerak dan terpaksa terus berdiri di sana.
Menit demi menit berlalu. Claire Shen tidak tahu sudah berapa lama ia berdiri, ia hanya tahu Colden Ye sangat serius dalam menangani pekerjaan.
Dan Claire Shen juga tiba-tiba merasa bahwa pria yang tengah menangani pekerjaan dengan serius benar-benar sangat tampan.
Perlahan, kaki Claire Shen sedikit mati rasa, namun pekerjaan Colden Ye belum terlihat akan selesai.
Apakah ia sedang membalasnya? Karena waktu itu Claire Shen berkata seperti itu padanya, sehingga ia sengaja memperlakukannya seperti ini?
Memikirkan itu, alis indah Claire Shen mengernyit. Ia membungkukkan badan untuk mengusap betisnya yang mati rasa.
Akhirnya Colden Ye mendongak sebentar dan memandangnya.
Claire Shen segera berdiri seperti seorang anak yang berbuat salah.
"Belum sampai satu jam, kau sudah tidak kuat berdiri?" ujar Colden Ye sambil mengangkat tangan untuk melihat arloji. Tampak senyuman dingin di bibir tipisnya.
Bibir Claire Shen berkedut, namun ia tidak mengatakan apa pun.
"Kenapa kau mencariku?"
Sebelum Claire Shen menjawab, Colden Ye mendengus dingin, ia menutup laptopnya keras-keras hingga bersuara. Saat ia bersiap untuk pergi, Claire Shen pun panik, dengan tegang ia berkata, "Maaf!"
Mata Colden Ye yang tajam melirik padanya.
"Mengenai kejadian kemarin lusa, aku minta maaf!" setelah mengatakannya dengan tulus, Claire Shen membungkukkan badan dengan sangat tulus pada Colden Ye!
Setelah kembali berdiri tegak, Claire Shen mendapati bahwa tatapan dingin Colden Ye tengah menatapnya.
"Kukira..."
"Kau kira apa?" tanya Colden Ye dingin dengan sedikit mengkritik, "Kau tidak berpikir kalau aku membiarkan anak itu karena memikirkanmu, bukan? Hei cewek, hilangkan pikiran itu sedini mungkin."
"Aku..." awalnya Claire Shen ingin mengucapkan permintaan maaf lagi, tak disangka Colden Ye mengatakan sesuatu yang buruk, raut wajahnya pun memburuk.
"Ini kontraknya."
Tiba-tiba, Colden Ye melemparkan map kertas padanya, saat Claire Shen menjulurkan tangan hendak menerimanya, map itu sudah terjatuh keras-keras di sisi kakinya. Claire Shen tertegun beberapa saat, kemudian membungkuk untuk mengambilnya.
Setelah membuka map itu, ia mendapati bahwa di dalamnya ada buku panduan setelah menikah.
"Tanda tanganlah!" ujar Colden Ye dingin. Claire Shen mendongak melihat mata hitam legamnya, ia dengan cepat memandang sekilas isi kontrak itu.
"Entah itu kamu atau adikmu, kalian sama-sama merepotkan, jadi aku hanya memberimu waktu setengah tahun. Setelah setengah tahun berlalu, setelah kamu pergi meninggalkan rumah Keluarga Ye dengan kontrak dan cek ini, jangan kembali lagi."
Setelah mengatakan itu, Colden Ye meletakkan cek di atas meja.
Melihat cek tersebut, Claire Shen merasa bagaikan kepalanya diguyur air.
Saat datang tadi, ia terus memikirkan kata-kata permintaan maaf, tetapi ia tidak menyangka Colden Ye sudah menyiapkan kontrak dan cek ini. "Uang ini seharusnya cukup untuk mengganti rugi atas kehormatanmu, kan?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved