Bab 18 Siapa Yang Kau Sebut Binatang?
by Danielle
10:44,Jun 01,2021
Arthur Xiao telah bekerja dengan Colden Ye lama sekali, gerakan Colden Ye jelas-jelas...
Ia tidak berani menebak, tetapi ia merasa ada kalanya ia harus mencoba untuk mengetahui apakah sesuatu boleh dilakukan.
Colden Ye menatap Claire Shen lama sekali, baru perlahan tersadar.
Apa gunanya sok memelas, anak itu tetap saja bukan anak Colden Ye!
Seorang anak asing, tidak patut dikasihani!
Pandangan Colden Ye mengarah padanya, dengan suara yang mencekam, ia berkata, "Apa katamu?"
"Tidak, tidak ada, kalau begitu tetap seperti rencana awal?"
"Ya."
Baiklah, Arthur Xiao mengerti, itu berbeda dengan saat ia tidak mau wanita itu dilihat oleh pria lain, membiarkan anak ini tinggal atau tidak adalah masalah lain.
"Tangkaslah sedikit, cepat cari tandu untuk mengangkutnya, lalu antar dia ke tempat Dokter Sui."
"Baik!"
Setelah Claire Shen diangkut, hanya tersisa Arthur Xiao dan Colden Ye di kamar pasien.
Arthur Xiao menatapnya dari belakang. Setelah ragu beberapa saat, ia bertanya pelan, "Tuan Ye. Apakah saya perlu membawa Anda ke sana?"
"Ya."
Lima belas menit kemudian, Dokter Sui keluar dari ruang operasi sambil menyeka keringat dingin di keningnya dengan sedikit malu.
"Sudah selesai?" tanya Colden Ye memicingkan mata dengan mengintimidasi.
Dokter Sui berkata canggung, "Tuan Ye, ada beberapa hal yang menurutku sebaiknya dikatakan lebih dahulu."
Mendengarnya,Arthur Xiao yang berdiri di belakang Colden Ye bertanya dengan kasar, "Katakanlah langsung."
"Dinding rahim Nona Shen tipis. Jika dipaksa melakukan aborsi, dapat menyebabkan perdarahan besar," kata Dokter Sui, namun ia tahu bahwa Colden Ye termasuk tipe orang memegang kata-katanya, sehingga ia gemetaran saat memberikan penjelasan pra-operasi, "Jika memutuskan untuk operasi, Tuan Ye harus menandatangani formulir persetujuan operasi, tapi sebaiknya Tuan Ye mempertimbangkan terlebih dulu, apakah operasi ini mau dilanjutkan... "
Mendengar itu, Colden Ye mengernyitkan dahi, "Pendarahan besar?"
Dokter Sui mengangguk.
Colden Ye merapatkan bibirnya, "Apakah mematikan?"
Dokter Sui berdehem pelan dengan wajah tidak tenang, "Akan sangat berbahaya."
Setelah suasana menjadi sunyi untuk beberapa saat, dari balik dinding, Colden Ye bagaikan dapat melihat wanita itu melindungi anaknya dan menatapnya dengan mata yang buram oleh tangisan, dan memohon pelan, "Kumohon..."
Ujung jari Colden Ye bergetar, bibir tipisnya merapat.
"Dokter Sui, apa kau belum mengerti juga orang seperti apa Tuan Ye itu? Apakah kamu masih perlu menanyakan hal semacam itu? Operasi itu tentu saja harus..."
"Batalkan!"
Sebelum Arthur Xiao selesai berbicara, Colden Ye sudah memotongnya.
Arthur Xiao seketika terdiam, ia menunduk memandang Colden Ye dengan tidak percaya.
"Tu... Tuan Ye?"
Kenapa begini, Tuan Ye? Arthur Xiao... sedikit tidak mengerti!
...
Claire Shen merasa dirinya telah tidur begitu lama. Ia bermimpi sesuatu yang mengerikan. Ia meminta tolong pada Shelly Han mencari orang untuk tes kandungan, namun ketahuan oleh Colden Ye, kemudian ia dibawa paksa ke rumah sakit, dan bayinya dikeluarkan dengan berdarah-darah.
"Ah!" jerit Claire Shen terkejut, ia mendadak bangun dan terduduk di ranjang.
Secara refleks, ia menjulurkan tangan untuk memegang perutnya, keringat dinginnya bercucuran.
Ia memandang sekeliling, hari sudah terang. Ia berada di tempat yang familiar, yaitu kamar Colden Ye.
Ingatannya mengenai kejadian kemarin malam perlahan kembali, Claire Shen seketika membuka selimut dan melompat turun dari ranjang. Apakah anaknya sudah tidak ada?
"Kenapa menjerit?" terdengar suara dingin yang menghentikan langkah Claire Shen, ia berdiri diam dengan bertelanjang kaki. Ia menoleh ke arah datangnya suara itu, dilihatnya Arthur Xiao masuk mendorong kursi roda Colden Ye.
Melihatnya, Claire Shen sangat marah, ia mengambil bantal di sampingnya dan melemparkannya pada Colden Ye..
"Brengsek!"
Colden Ye menarik napas, Arthur Xiao langsung memukul bantal itu hingga terlempar ke samping, "Claire Shen, kamu sudah gila!"
"Colden Ye, dasar binatang, bagaimana bisa kamu begitu kejam? Kembalikan anakku!"
Claire Shen melangkah maju dengan emosi tak terkendali dan meraih kerah Colden Ye, air matanya berlinang.
"Siapa yang kau panggil binatang?" ujar Colden Ye tenang, tidak terdengar emosi apa pun dari suaranya.
Claire Shen menatapnya dengan kelopak mata yang memerah.
"Lepaskan tanganmu."
Claire Shen tidak melepaskan tangannya, ia menggigit bibirnya kuat-kuat sambil menatap Colden Ye.
"Nona Shen, jangan tidak tahu diuntung begini! Cepat lepaskan Tuan Ye!" seru Arthur Xiao marah.
"Bahkan binatang pun lebih berperasaan darimu, Colden Ye, kamu tidak hanya berdarah dingin, tapi juga berhati gelap."
"Oh ya?" tanya Colden Ye sambil tertawa dingin, "Ternyata kamu melihatku seperti ini?"
Claire Shen menatapnya erat-erat dengan kelopak mata memerah, tanpa berkata apa pun.
Air mata telah memenuhi kelopak matanya, namun ia terus menahannya agar air mata itu tidak menetes di hadapan Colden Ye.
"Bagus sekali," ujar Colden Ye sambil menggenggam pergelangan tangan putihnya yang kecil dan mencubit dagunya, "Binatang? Bahkan binatang lebih berperasaan dariku? Heh~ Arthur Xiao, keluarlah."
Hah? Arthur Xiao membelalakkan mata, mengapa ia disuruh keluar?
Ia ingin sekali bertanya, tapi Colden Ye memancarkan aura dingin yang kuat, yang membuat orang gemetaran.
Dengan menggigil, Arthur Xiao berbalik dan keluar diam-diam.
"Apa yang mau kau lakukan, lepaskan aku..." ujar Claire Shen, ia baru bereaksi setelah Arthur Xiao keluar. Ia berusaha melepaskan genggaman Colden Ye.
Meskipun kaki Colden Ye sakit, kekuatannya benar-benar besar. Colden Ye mencengkeram pergelangan tangannya hingga tidak bisa bergerak sama sekali.
Bibir tipisnya yang dingin dan kering menekan bibir Claire Shen tanpa peringatan.
Otak Claire Shen pun mendadak mati total, matanya membelalak tak percaya.
Apa yang... ia lakukan?
Saat sedang berpikir, Claire Shen merasa bibirnya sakit, sehingga ia kembali sadar dari lamunannya.
Napas Colden Ye terdengar berat, aura yang terpancar darinya begitu dingin.
Perasaan ini...
Claire Shen merasa kesadarannya sedikit samar.
Saat ini, kenapa perasaan yang diberikan Colden Ye padanya menyerupai... perasaan yang diberikan pria di dalam mobil lebih dari sebulan yang lalu itu?
Namun, sudah lebih dari sebulan berlalu.
Claire Shen hanya ingat bahwa pada saat itu, perasaan yang diberikan pria itu begitu kuat, sehingga ia melupakan semua hal lain, termasuk suaranya.
Ia bahkan tidak melihat plat nomor mobil itu dengan jelas. Karena ia sekarang hamil, mungkin ia bisa mencoba mencari pria malam itu?
Claire Shen kembali tersadar oleh rasa sakit yang hebat di bibir bawahnya, Colden Ye sedang menatapnya dengan sorot mata suram.
Ia menarik kembali bibirnya dan berkata dengan muram, "Sebagai Nyonya Ye, bisa-bisanya kau melamun di saat seperti ini?"
Begitu kalimat itu diucapkan, tangan yang melingkari pinggang Claire Shen mencubit bagian belakang lehernya dengan cukup keras. Claire Shen merintih kesakitan.
"Bu... bukankah kamu membenciku?" ujar Claire Shen tergagap, namun sorot matanya yang menatap Colden Ye itu penuh dengan kebencian.
"Benar, tapi membencimu dan mempermalukanmu adalah dua hal yang berbeda. Nyonya Ye, sepertinya daya ingatmu buruk," kata Colden Ye sambil mencibir. Claire Shen membelalakkan mata, lalu tiba-tiba menggigit lengannya.
Ia tidak berani menebak, tetapi ia merasa ada kalanya ia harus mencoba untuk mengetahui apakah sesuatu boleh dilakukan.
Colden Ye menatap Claire Shen lama sekali, baru perlahan tersadar.
Apa gunanya sok memelas, anak itu tetap saja bukan anak Colden Ye!
Seorang anak asing, tidak patut dikasihani!
Pandangan Colden Ye mengarah padanya, dengan suara yang mencekam, ia berkata, "Apa katamu?"
"Tidak, tidak ada, kalau begitu tetap seperti rencana awal?"
"Ya."
Baiklah, Arthur Xiao mengerti, itu berbeda dengan saat ia tidak mau wanita itu dilihat oleh pria lain, membiarkan anak ini tinggal atau tidak adalah masalah lain.
"Tangkaslah sedikit, cepat cari tandu untuk mengangkutnya, lalu antar dia ke tempat Dokter Sui."
"Baik!"
Setelah Claire Shen diangkut, hanya tersisa Arthur Xiao dan Colden Ye di kamar pasien.
Arthur Xiao menatapnya dari belakang. Setelah ragu beberapa saat, ia bertanya pelan, "Tuan Ye. Apakah saya perlu membawa Anda ke sana?"
"Ya."
Lima belas menit kemudian, Dokter Sui keluar dari ruang operasi sambil menyeka keringat dingin di keningnya dengan sedikit malu.
"Sudah selesai?" tanya Colden Ye memicingkan mata dengan mengintimidasi.
Dokter Sui berkata canggung, "Tuan Ye, ada beberapa hal yang menurutku sebaiknya dikatakan lebih dahulu."
Mendengarnya,Arthur Xiao yang berdiri di belakang Colden Ye bertanya dengan kasar, "Katakanlah langsung."
"Dinding rahim Nona Shen tipis. Jika dipaksa melakukan aborsi, dapat menyebabkan perdarahan besar," kata Dokter Sui, namun ia tahu bahwa Colden Ye termasuk tipe orang memegang kata-katanya, sehingga ia gemetaran saat memberikan penjelasan pra-operasi, "Jika memutuskan untuk operasi, Tuan Ye harus menandatangani formulir persetujuan operasi, tapi sebaiknya Tuan Ye mempertimbangkan terlebih dulu, apakah operasi ini mau dilanjutkan... "
Mendengar itu, Colden Ye mengernyitkan dahi, "Pendarahan besar?"
Dokter Sui mengangguk.
Colden Ye merapatkan bibirnya, "Apakah mematikan?"
Dokter Sui berdehem pelan dengan wajah tidak tenang, "Akan sangat berbahaya."
Setelah suasana menjadi sunyi untuk beberapa saat, dari balik dinding, Colden Ye bagaikan dapat melihat wanita itu melindungi anaknya dan menatapnya dengan mata yang buram oleh tangisan, dan memohon pelan, "Kumohon..."
Ujung jari Colden Ye bergetar, bibir tipisnya merapat.
"Dokter Sui, apa kau belum mengerti juga orang seperti apa Tuan Ye itu? Apakah kamu masih perlu menanyakan hal semacam itu? Operasi itu tentu saja harus..."
"Batalkan!"
Sebelum Arthur Xiao selesai berbicara, Colden Ye sudah memotongnya.
Arthur Xiao seketika terdiam, ia menunduk memandang Colden Ye dengan tidak percaya.
"Tu... Tuan Ye?"
Kenapa begini, Tuan Ye? Arthur Xiao... sedikit tidak mengerti!
...
Claire Shen merasa dirinya telah tidur begitu lama. Ia bermimpi sesuatu yang mengerikan. Ia meminta tolong pada Shelly Han mencari orang untuk tes kandungan, namun ketahuan oleh Colden Ye, kemudian ia dibawa paksa ke rumah sakit, dan bayinya dikeluarkan dengan berdarah-darah.
"Ah!" jerit Claire Shen terkejut, ia mendadak bangun dan terduduk di ranjang.
Secara refleks, ia menjulurkan tangan untuk memegang perutnya, keringat dinginnya bercucuran.
Ia memandang sekeliling, hari sudah terang. Ia berada di tempat yang familiar, yaitu kamar Colden Ye.
Ingatannya mengenai kejadian kemarin malam perlahan kembali, Claire Shen seketika membuka selimut dan melompat turun dari ranjang. Apakah anaknya sudah tidak ada?
"Kenapa menjerit?" terdengar suara dingin yang menghentikan langkah Claire Shen, ia berdiri diam dengan bertelanjang kaki. Ia menoleh ke arah datangnya suara itu, dilihatnya Arthur Xiao masuk mendorong kursi roda Colden Ye.
Melihatnya, Claire Shen sangat marah, ia mengambil bantal di sampingnya dan melemparkannya pada Colden Ye..
"Brengsek!"
Colden Ye menarik napas, Arthur Xiao langsung memukul bantal itu hingga terlempar ke samping, "Claire Shen, kamu sudah gila!"
"Colden Ye, dasar binatang, bagaimana bisa kamu begitu kejam? Kembalikan anakku!"
Claire Shen melangkah maju dengan emosi tak terkendali dan meraih kerah Colden Ye, air matanya berlinang.
"Siapa yang kau panggil binatang?" ujar Colden Ye tenang, tidak terdengar emosi apa pun dari suaranya.
Claire Shen menatapnya dengan kelopak mata yang memerah.
"Lepaskan tanganmu."
Claire Shen tidak melepaskan tangannya, ia menggigit bibirnya kuat-kuat sambil menatap Colden Ye.
"Nona Shen, jangan tidak tahu diuntung begini! Cepat lepaskan Tuan Ye!" seru Arthur Xiao marah.
"Bahkan binatang pun lebih berperasaan darimu, Colden Ye, kamu tidak hanya berdarah dingin, tapi juga berhati gelap."
"Oh ya?" tanya Colden Ye sambil tertawa dingin, "Ternyata kamu melihatku seperti ini?"
Claire Shen menatapnya erat-erat dengan kelopak mata memerah, tanpa berkata apa pun.
Air mata telah memenuhi kelopak matanya, namun ia terus menahannya agar air mata itu tidak menetes di hadapan Colden Ye.
"Bagus sekali," ujar Colden Ye sambil menggenggam pergelangan tangan putihnya yang kecil dan mencubit dagunya, "Binatang? Bahkan binatang lebih berperasaan dariku? Heh~ Arthur Xiao, keluarlah."
Hah? Arthur Xiao membelalakkan mata, mengapa ia disuruh keluar?
Ia ingin sekali bertanya, tapi Colden Ye memancarkan aura dingin yang kuat, yang membuat orang gemetaran.
Dengan menggigil, Arthur Xiao berbalik dan keluar diam-diam.
"Apa yang mau kau lakukan, lepaskan aku..." ujar Claire Shen, ia baru bereaksi setelah Arthur Xiao keluar. Ia berusaha melepaskan genggaman Colden Ye.
Meskipun kaki Colden Ye sakit, kekuatannya benar-benar besar. Colden Ye mencengkeram pergelangan tangannya hingga tidak bisa bergerak sama sekali.
Bibir tipisnya yang dingin dan kering menekan bibir Claire Shen tanpa peringatan.
Otak Claire Shen pun mendadak mati total, matanya membelalak tak percaya.
Apa yang... ia lakukan?
Saat sedang berpikir, Claire Shen merasa bibirnya sakit, sehingga ia kembali sadar dari lamunannya.
Napas Colden Ye terdengar berat, aura yang terpancar darinya begitu dingin.
Perasaan ini...
Claire Shen merasa kesadarannya sedikit samar.
Saat ini, kenapa perasaan yang diberikan Colden Ye padanya menyerupai... perasaan yang diberikan pria di dalam mobil lebih dari sebulan yang lalu itu?
Namun, sudah lebih dari sebulan berlalu.
Claire Shen hanya ingat bahwa pada saat itu, perasaan yang diberikan pria itu begitu kuat, sehingga ia melupakan semua hal lain, termasuk suaranya.
Ia bahkan tidak melihat plat nomor mobil itu dengan jelas. Karena ia sekarang hamil, mungkin ia bisa mencoba mencari pria malam itu?
Claire Shen kembali tersadar oleh rasa sakit yang hebat di bibir bawahnya, Colden Ye sedang menatapnya dengan sorot mata suram.
Ia menarik kembali bibirnya dan berkata dengan muram, "Sebagai Nyonya Ye, bisa-bisanya kau melamun di saat seperti ini?"
Begitu kalimat itu diucapkan, tangan yang melingkari pinggang Claire Shen mencubit bagian belakang lehernya dengan cukup keras. Claire Shen merintih kesakitan.
"Bu... bukankah kamu membenciku?" ujar Claire Shen tergagap, namun sorot matanya yang menatap Colden Ye itu penuh dengan kebencian.
"Benar, tapi membencimu dan mempermalukanmu adalah dua hal yang berbeda. Nyonya Ye, sepertinya daya ingatmu buruk," kata Colden Ye sambil mencibir. Claire Shen membelalakkan mata, lalu tiba-tiba menggigit lengannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved