Bab 17 Kubilang Lepaskan Dia!
by Danielle
10:43,Jun 01,2021
Colden Ye tak mempedulikannya, ia mengira Claire Shen sedang berpura-pura. Ia mendengus.
“Aku takkan tertipu oleh sandiwara ini.”
Sosok mungil itu terbaring tak bergerak di lantai.
Colden Ye mengangkat alisnya.
“Sudah cukup sandiwaranya.”
Ia tetap tak bergerak. Colden Ye memicingkan mata, lalu memajukan kursi rodanya.
Barulah ia menyadari, wajah dan bibir Claire Shen sangat pucat.
Colden Ye menjadi panik.
20 menit kemudian, di lorong rumah sakit.
Colden Ye duduk di kursi rodanya dengan ekspresi muram, menatap Arthur Xiao yang sedang sibuk dengan dingin. Setelah Arthur Xiao selesai, ia menghampirinya.
“Ada apa dengannya?” tanya Colden Ye.
Arthur Xiao mengerutkan bibirnya, “Dokter bilang ia mengalami darah rendah, ditambah kelelahan, sehingga menyebabkan komplikasi kehamilan.”
Mendengarnya, Colden Ye mengangkat alisnya dan mendengus, “Berpura-pura mengalami komplikasi agar dikasihani?”
Arthur Xiao tertegun, “Tuan Muda Ye, kondisi Nona Shen sepertinya memang cukup buruk, dan ini adalah hasil diagnosa dokter.”
Colden Ye menatap Arthur Xiao dengan tajam, Arthur Xiao segera berdeham, “Tapi bisa saja diagnosanya salah. Jadi apa yang akan Tuan Muda lakukan?”
Colden Ye teringat bahwa misinya tadi belum berhasil, Claire Shen telah memuntahkan pil itu. Ekspresinya menjadi dingin, “Suruh dokter mengaborsinya.”
Arthur Xiao terbelalak mendengarnya, “Tuan Muda?”
“Apakah dikiranya ia bisa mempertahankan anak haram itu dengan berpura-pura sakit?”
“Uh, Nona Shen belum mengaborsi anak itu?”
Arthur Xiao menggaruk-garuk kepalanya, “Ini memang keterlaluan, sekarang ia adalah istri anda. Jika anda membiarkan anak itu hidup, bukankah ini akan menunjukkan Tuan Muda telah diselingkuhi?”
Sambil berkata, ia membayangkan wajah marah dan malu Colden Ye, dan tak dapat menahan tawanya.
“Kau cari mati?” suara dingin Colden Ye menyadarkan Arthur Xiao dari lamunannya, “Baiklah, akan segera kuhubungi dokter.”
Setelah Arthur Xiao pergi, Colden Ye memutar kursi rodanya dan memasuki kamar pasien. Tercium bau disinfektan yang pekat di ruangan itu. Sosok wanita mungil itu sedang terbaring di ranjang pasien, tangannya tergeletak di atas dadanya, wajah cantiknya tampak sangat tenang, jika bukan karena wajah dan bibirnya yang pucat, ia sama sekali tak tampak sedang sakit.
Seperti hanya sedang tidur.
Ia pasti sedang berpura-pura, jika tidak bagaimana ia bisa tampak seperti ini saat sedang pingsan?
Kursi roda itu perlahan berhenti di sisi ranjang.
Colden Ye menatapnya lekat-lekat.
Apakah ia sedang berpura-pura? Jika tidak, mana mungkin ia secara kebetulan tiba-tiba pingsan, dikiranya ini akan membuatnya mengijinkannya mempertahankan anak haram itu?
Colden Ye melihat bulu mata Claire Shen bergetar, lalu perlahan ia membuka matanya.
Awalnya penglihatannya tampak buram, tapi akhirnya ia bisa melihat dengan jelas.
Matanya bagaikan danau yang tenang.
Anggun, dalam, mempesona.
Colden Ye tertegun.
Tiba-tiba, rasanya seolah sebuah batu telah dilemparkan ke danau itu, membuat airnya beriak.
Melihat Colden Ye, Claire Shen bangkit duduk dan dengan gemetaran beringsut ke ujung ranjang, menatapnya dengan ketakutan.
Colden Ye memicingkan mata dan menggertakkan giginya, “Kau menganggapku setan?”
Lebih menyeramkan dari setan.
Jawab Claire Shen dalam hati, ia menunduk, tak berani menatapnya.
“Kumohon, biarkan aku mempertahankannya.”
Tak lama kemudian, Claire Shen memohon dengan lirih.
Suaranya sangat lirih, bagaikan isakan seekor hewan saat hendak mati, perkataannya menggerakkan hati Colden Ye.
“Ingin membujukku mempertahankan seorang anak haram?”
Claire Shen tak menjawab, hanya menggigit bibirnya.
“Tetap tinggal di rumah Keluarga Ye, atau mempertahankan anak itu, pilih salah satu.”
Claire Shen mendongakkan kepala, menatapnya dengan ekspresi tak berdaya. Ia tak tahu harus menjawab apa.
Saat mereka sedang bertatapan, terdengar suara langkah kaki di lorong. Arthur Xiao dan seorang dokter berjalan memasuki kamar.
“Dokter Sui sudah datang.”
Claire Shen menatap kedatangan kedua orang itu, suatu kecurigaan muncul di pikirannya.
Apa yang akan mereka lakukan?
Saat melihat ekspresi dingin Colden Ye, Claire Shen segera mengerti.
“Nona Shen, bukan? Hendak melakukan aborsi?”
“Tidak!” Claire Shen segera menolak, tubuh mungilnya beringsut ke ujung, sikapnya menjadi sangat waspada, tak membiarkan mereka mendekat.
“Nona Shen, takkan sakit sama sekali jika kau mematuhinya, jika tidak...” begitu Arthur Xiao selesai berkata, muncul 3 pria berjas dan berkacamata hitam di luar, jelas mereka telah membuat rencana.
Jika ia tak mematuhi, ia pasti akan ditangkap secara paksa.
Lalu kenapa? Ia tetap takkan setuju!
“Jangan harap!” Claire Shen menatap para pria itu dengan garang, “Jangan mendekat!”
Arthur Xiao menatapnya dan menggeleng dengan ekspresi tak berdaya. “Tangkap dia!”
“Baik!”
Para pria itu mulai menghampiri Claire Shen. Claire Shen telah mempersiapkan diri, begitu mereka mendekat, ia memukul dan menendangi mereka.
Claire Shen seperti sudah gila, ia sudah lupa tadi ia baru saja pingsan. Setelah beberapa saat, tiba-tiba pandangannya kembali gelap, ia kehilangan kesadaran dan terkapar di ranjang.
“Tuan Muda... sepertinya ia pingsan lagi.”
Melihat kejadian ini, Colden Ye mendengus, “Lagi-lagi melakukan trik bodoh itu. Bawa ia pergi.”
Arthur Xiao mengangguk dan mengisyaratkan para pria itu untuk membawa Claire Shen pergi.
Tubuh mungil Claire Shen diangkat, ia sama sekali tak melawan, rambut panjangnya terjuntai berantakan, kerah bajunya miring, menunjukkan pundaknya yang mulus.
Begitu menatapnya, Colden Ye tertegun, sebelum ia sempat bereaksi, mulutnya telah berkata.
“Lepaskan dia.”
Mereka terkejut, apakah Tuan Muda Ye yang mengatakan hal ini barusan?
“Apakah kalian tuli?”
Para pria itu segera kembali meletakkan Claire Shen.
Arthur Xiao merasa heran, “Tuan Muda, ada apa?”
Colden Ye menggerakkan kursi rodanya, berhenti di sebelahnya, dan mengancingkan kancing piyama Claire Shen yang terbuka karena ia meronta tadi. Setelah beberapa saat, barulah Colden Ye menyadari.
Bahwa semua orang sedang menatapnya dengan heran.
Colden Ye segera menarik tangannya dan berkata.
“Bagaimanapun, ia adalah istriku. Jika kalian melihat atau menyentuh sesuatu yang tak seharusnya kalian lihat atau sentuh, aku akan membunuh kalian.
Para pria itu bergegas mengangguk, “Baik, Tuan.”
Tiba-tiba, Colden Ye merasakan bajunya ditarik. Ia menoleh dan melihat Claire Shen yang sedang berbaring dengan mata sayu, menatapnya dengan ekspresi memohon.
Dengan suara lirih, ia memohon, “Colden Ye, biarkan ia tetap hidup.”
Setelah berkata, ia kembali pingsan, tangannya yang mencengkeram baju Colden Ye pun terkulai.
Kamar itu menjadi hening. Colden Ye duduk diam tak bergeming, menatap wajah cantik itu. Arthur Xiao menatap Colden Ye dengan ragu, lalu memberanikan diri bertanya, “Tuan Muda, bagaimana... kalau kita tak jadi mengaborsinya?”
“Aku takkan tertipu oleh sandiwara ini.”
Sosok mungil itu terbaring tak bergerak di lantai.
Colden Ye mengangkat alisnya.
“Sudah cukup sandiwaranya.”
Ia tetap tak bergerak. Colden Ye memicingkan mata, lalu memajukan kursi rodanya.
Barulah ia menyadari, wajah dan bibir Claire Shen sangat pucat.
Colden Ye menjadi panik.
20 menit kemudian, di lorong rumah sakit.
Colden Ye duduk di kursi rodanya dengan ekspresi muram, menatap Arthur Xiao yang sedang sibuk dengan dingin. Setelah Arthur Xiao selesai, ia menghampirinya.
“Ada apa dengannya?” tanya Colden Ye.
Arthur Xiao mengerutkan bibirnya, “Dokter bilang ia mengalami darah rendah, ditambah kelelahan, sehingga menyebabkan komplikasi kehamilan.”
Mendengarnya, Colden Ye mengangkat alisnya dan mendengus, “Berpura-pura mengalami komplikasi agar dikasihani?”
Arthur Xiao tertegun, “Tuan Muda Ye, kondisi Nona Shen sepertinya memang cukup buruk, dan ini adalah hasil diagnosa dokter.”
Colden Ye menatap Arthur Xiao dengan tajam, Arthur Xiao segera berdeham, “Tapi bisa saja diagnosanya salah. Jadi apa yang akan Tuan Muda lakukan?”
Colden Ye teringat bahwa misinya tadi belum berhasil, Claire Shen telah memuntahkan pil itu. Ekspresinya menjadi dingin, “Suruh dokter mengaborsinya.”
Arthur Xiao terbelalak mendengarnya, “Tuan Muda?”
“Apakah dikiranya ia bisa mempertahankan anak haram itu dengan berpura-pura sakit?”
“Uh, Nona Shen belum mengaborsi anak itu?”
Arthur Xiao menggaruk-garuk kepalanya, “Ini memang keterlaluan, sekarang ia adalah istri anda. Jika anda membiarkan anak itu hidup, bukankah ini akan menunjukkan Tuan Muda telah diselingkuhi?”
Sambil berkata, ia membayangkan wajah marah dan malu Colden Ye, dan tak dapat menahan tawanya.
“Kau cari mati?” suara dingin Colden Ye menyadarkan Arthur Xiao dari lamunannya, “Baiklah, akan segera kuhubungi dokter.”
Setelah Arthur Xiao pergi, Colden Ye memutar kursi rodanya dan memasuki kamar pasien. Tercium bau disinfektan yang pekat di ruangan itu. Sosok wanita mungil itu sedang terbaring di ranjang pasien, tangannya tergeletak di atas dadanya, wajah cantiknya tampak sangat tenang, jika bukan karena wajah dan bibirnya yang pucat, ia sama sekali tak tampak sedang sakit.
Seperti hanya sedang tidur.
Ia pasti sedang berpura-pura, jika tidak bagaimana ia bisa tampak seperti ini saat sedang pingsan?
Kursi roda itu perlahan berhenti di sisi ranjang.
Colden Ye menatapnya lekat-lekat.
Apakah ia sedang berpura-pura? Jika tidak, mana mungkin ia secara kebetulan tiba-tiba pingsan, dikiranya ini akan membuatnya mengijinkannya mempertahankan anak haram itu?
Colden Ye melihat bulu mata Claire Shen bergetar, lalu perlahan ia membuka matanya.
Awalnya penglihatannya tampak buram, tapi akhirnya ia bisa melihat dengan jelas.
Matanya bagaikan danau yang tenang.
Anggun, dalam, mempesona.
Colden Ye tertegun.
Tiba-tiba, rasanya seolah sebuah batu telah dilemparkan ke danau itu, membuat airnya beriak.
Melihat Colden Ye, Claire Shen bangkit duduk dan dengan gemetaran beringsut ke ujung ranjang, menatapnya dengan ketakutan.
Colden Ye memicingkan mata dan menggertakkan giginya, “Kau menganggapku setan?”
Lebih menyeramkan dari setan.
Jawab Claire Shen dalam hati, ia menunduk, tak berani menatapnya.
“Kumohon, biarkan aku mempertahankannya.”
Tak lama kemudian, Claire Shen memohon dengan lirih.
Suaranya sangat lirih, bagaikan isakan seekor hewan saat hendak mati, perkataannya menggerakkan hati Colden Ye.
“Ingin membujukku mempertahankan seorang anak haram?”
Claire Shen tak menjawab, hanya menggigit bibirnya.
“Tetap tinggal di rumah Keluarga Ye, atau mempertahankan anak itu, pilih salah satu.”
Claire Shen mendongakkan kepala, menatapnya dengan ekspresi tak berdaya. Ia tak tahu harus menjawab apa.
Saat mereka sedang bertatapan, terdengar suara langkah kaki di lorong. Arthur Xiao dan seorang dokter berjalan memasuki kamar.
“Dokter Sui sudah datang.”
Claire Shen menatap kedatangan kedua orang itu, suatu kecurigaan muncul di pikirannya.
Apa yang akan mereka lakukan?
Saat melihat ekspresi dingin Colden Ye, Claire Shen segera mengerti.
“Nona Shen, bukan? Hendak melakukan aborsi?”
“Tidak!” Claire Shen segera menolak, tubuh mungilnya beringsut ke ujung, sikapnya menjadi sangat waspada, tak membiarkan mereka mendekat.
“Nona Shen, takkan sakit sama sekali jika kau mematuhinya, jika tidak...” begitu Arthur Xiao selesai berkata, muncul 3 pria berjas dan berkacamata hitam di luar, jelas mereka telah membuat rencana.
Jika ia tak mematuhi, ia pasti akan ditangkap secara paksa.
Lalu kenapa? Ia tetap takkan setuju!
“Jangan harap!” Claire Shen menatap para pria itu dengan garang, “Jangan mendekat!”
Arthur Xiao menatapnya dan menggeleng dengan ekspresi tak berdaya. “Tangkap dia!”
“Baik!”
Para pria itu mulai menghampiri Claire Shen. Claire Shen telah mempersiapkan diri, begitu mereka mendekat, ia memukul dan menendangi mereka.
Claire Shen seperti sudah gila, ia sudah lupa tadi ia baru saja pingsan. Setelah beberapa saat, tiba-tiba pandangannya kembali gelap, ia kehilangan kesadaran dan terkapar di ranjang.
“Tuan Muda... sepertinya ia pingsan lagi.”
Melihat kejadian ini, Colden Ye mendengus, “Lagi-lagi melakukan trik bodoh itu. Bawa ia pergi.”
Arthur Xiao mengangguk dan mengisyaratkan para pria itu untuk membawa Claire Shen pergi.
Tubuh mungil Claire Shen diangkat, ia sama sekali tak melawan, rambut panjangnya terjuntai berantakan, kerah bajunya miring, menunjukkan pundaknya yang mulus.
Begitu menatapnya, Colden Ye tertegun, sebelum ia sempat bereaksi, mulutnya telah berkata.
“Lepaskan dia.”
Mereka terkejut, apakah Tuan Muda Ye yang mengatakan hal ini barusan?
“Apakah kalian tuli?”
Para pria itu segera kembali meletakkan Claire Shen.
Arthur Xiao merasa heran, “Tuan Muda, ada apa?”
Colden Ye menggerakkan kursi rodanya, berhenti di sebelahnya, dan mengancingkan kancing piyama Claire Shen yang terbuka karena ia meronta tadi. Setelah beberapa saat, barulah Colden Ye menyadari.
Bahwa semua orang sedang menatapnya dengan heran.
Colden Ye segera menarik tangannya dan berkata.
“Bagaimanapun, ia adalah istriku. Jika kalian melihat atau menyentuh sesuatu yang tak seharusnya kalian lihat atau sentuh, aku akan membunuh kalian.
Para pria itu bergegas mengangguk, “Baik, Tuan.”
Tiba-tiba, Colden Ye merasakan bajunya ditarik. Ia menoleh dan melihat Claire Shen yang sedang berbaring dengan mata sayu, menatapnya dengan ekspresi memohon.
Dengan suara lirih, ia memohon, “Colden Ye, biarkan ia tetap hidup.”
Setelah berkata, ia kembali pingsan, tangannya yang mencengkeram baju Colden Ye pun terkulai.
Kamar itu menjadi hening. Colden Ye duduk diam tak bergeming, menatap wajah cantik itu. Arthur Xiao menatap Colden Ye dengan ragu, lalu memberanikan diri bertanya, “Tuan Muda, bagaimana... kalau kita tak jadi mengaborsinya?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved