Bab 16 Waktu Yang Disepakati Telah Tiba

by Danielle 10:43,Jun 01,2021
Claire Shen tak berani pulang ke rumah Keluarga Ye, ia menumpang di rumah Shelly Han hingga malam, baru kemudian pulang.

Dalam perjalanan pulang, ia berencana untuk mandi dulu lalu segera tidur, jika melihat lampu telah dimatikan, seharusnya Colden Ye takkan tega membangunkannya.

Tapi Claire Shen tak menyangka, rupanya Colden Ye pulang lebih awal.

Saat ia memasuki kamar, Colden Ye baru saja selesai mandi. Arthur Xiao berdiri di belakangnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Melihat kedatangan Claire Shen, ia hanya memandangnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya.

Tak mempedulikannya.

Baguslah, pikir Claire Shen dalam hati. Ia berjalan ke lemari, mengambil baju ganti, dan masuk ke kamar mandi.

Claire Shen berlama-lama di kamar mandi. Ia merasa takut menghadapi Colden Ye saat keluar nanti.

Tok tok...

Saat Claire Shen sedang melamun, terdengar suara dingin Colden Ye dari luar.

“Apakah kamar mandi ini milikmu? Sampai kapan kau hendak berada di dalam?”

Mendengarnya, Claire Shen terkejut dan hampir saja jatuh. Untunglah ia sempat berpegangan pada tembok.

“Sebentar lagi selesai,” Claire Shen mematikan shower, meraih handuk, dan dengan cepat mengelap tubuhnya, lalu mengenakan pakaiannya.

Ia ingin berlama-lama bersembunyi, tapi Colden Ye tak membiarkannya. Maka saat keluar, rambutnya masih sangat basah dan kusut. Air dari rambutnya membasahi pakaiannya.

“Kau ingin menggunakannya? Aku sudah selesai.”

Setelah berkata, Claire Shen dengan hati-hati berjalan mengitarinya.

Sret!

Saat ia melewatinya, Colden Ye tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya.

Claire Shen menatap tangannya, dan dengan terbata-bata bertanya, “A, apa yang kau lakukan?”

“Huh,” Colden Ye memutar kursi rodanya ke arahnya, “Waktu yang disepakati telah tiba.”

Katanya dengan tegas.

Ekspresinya sangat garang.

Claire Shen tak pandai berbohong, maka ia tak berani menatap matanya. Ia berkata dengan lirih, “Aku telah mengaborsi anak itu.”

Benar.

Ia sangat bodoh.

Ia tak mempunyai rencana apapun.

Ia juga tak tahu bagaimana cara membujuk Colden Ye agar bersedia menerima anak itu.

Karena ia juga tak mengetahui asal-usul anak itu, yang diketahuinya hanyalah, anak itu telah tumbuh di perutnya.

Jika ia mengaborsinya, bukankah ia adalah seorang pembunuh?

“Benarkah?” dengus Colden Ye.

Claire Shen sangat gugup hingga bulu matanya gemetaran, suaranya semakin lirih, “A...aku benar-benar sudah mengaborsinya...”

Setelah berkata, ia mengeluarkan sebuah kertas dari kantongnya dan menyerahkannya pada Colden Ye, “Ini buktinya, bacalah.”

Colden Ye tak meraihnya.

Suasana ruangan itu terasa mengintimidasi.

Claire Shen menundukkan kepala, rambutnya yang basah masih meneteskan air.

“Benar-benar sudah,” Claire Shen kembali berkata, tapi suaranya sama sekali tak terdengar percaya diri.

Colden Ye mendengus dan meraih kertas di tangannya, “Siapa yang begitu berani membuatkan sertifikat palsu untukmu, untuk menipuku?”

Ia meremas-remas sertifikat itu dan melemparnya ke lantai.

Claire Shen mendongak, tubuhnya gemetaran, “Kau...”

Tangan Colden Ye mencengkeram pergelangan tangannya dengan semakin kuat, Claire Shen mengernyit kesakitan, tapi hanya menggigit bibirnya dan tak mengatakan apapun.

“Huh, sudah kuduga, kau adalah seorang pembohong,” Colden Ye menariknya, lalu menyerahkan sebuah kantong klip kecil ke tangannya.

Claire Shen menunduk dan melihat sebutir pil di dalam kantong klip itu.

Wajahnya memucat, tangannya gemetaran dan berusaha membuang pil itu, tapi Colden Ye mencengkeram tangannya dengan erat.

“Yang paling kubenci dalam hidupku adalah seorang wanita sepertimu, egois tapi berpura-pura lugu, menghancurkan keluarga orang lain, membawa anak orang lain masuk ke keluarga dengan tujuan licik, dan masih ingin hidup dengan tenang?”

Ia membuka plastik klip itu, lalu menyeringai.

“Bukankah kau ingin tinggal di rumah Keluarga Ye? Telanlah pil ini, dan aku akan membiarkanmu tinggal di sini sebagai istriku.”

Tanpa berpikir, Claire Shen langsung mengetahui pil apakah itu. Wajahnya memucat dan tubuhnya gemetaran.

“Tidak, tak mau! Colden Ye, percayalah padaku, sertifikat itu asli. Aku telah mengaborsi anak itu, percayalah padaku!”

Colden Ye menatapnya dengan dingin, tangannya membuka paksa mulut Claire Shen, dan tangan satunya mencekokkan pil itu.

Claire Shen terus meronta, tapi tenaganya kalah dari Colden Ye. Ia sama sekali tak bisa melepaskan diri dari cengkeramannya dan hanya bisa melihatnya memasukkan pil itu ke dalam mulutnya.

Pil itu terurai di lidahnya, rasa pahitnya membuat perut Claire Shen terasa mual.

“Lepaskan...”

“Telanlah,” Colden Ye menutup mulutnya dengan kasar, berusaha memaksanya menelan pil itu, ia melakukannya tanpa belas kasihan.

Claire Shen tiba-tiba mengeluarkan suara muntah.

Colden Ye mengerutkan kening.

Melihat ia benar-benar akan muntah, akhirnya ia melepaskannya.

Detik berikutnya, Claire Shen berlari dengan cepat.

Colden Ye melihat sosok mungil itu berlari ke kamar mandi dan muntah di wastafel. Ia menatapnya dengan geram, matanya berkilat marah.

Claire Shen memuntahkannya di wastafel, tapi rasa pahit pil itu masih terasa di lidahnya. Membuatnya terus merasa ingin muntah.

Untunglah, pil itu berhasil dimuntahkannya, ia tak menelannya.

Setelah beberapa saat, barulah kondisi Claire Shen kembali pulih. Ia membersihkan wastafel, lalu terduduk lemas di toilet.

Ia baru mandi, tapi kini wajahnya dipenuhi keringat.

Perutnya sangat sakit...

Claire Shen dengan spontan memegangi perutnya.

Ia ingat, ia telah memuntahkan pil itu, tapi kenapa perutnya sangat sakit? Mungkinkah ia telah menelan sebagian tanpa sepengetahuannya?

Memikirkannya, Claire Shen menjadi panik.

Wajahnya memucat, ia berjalan keluar dari toilet sambil memegangi perutnya.

Colden Ye menatapnya, “Mau ke mana?”

Claire Shen tak menjawab, ia memaksa untuk keluar, “Berhenti!” bentak Colden Ye. Sosok mungil itu menghentikan langkahnya, lalu tiba-tiba jatuh pingsan.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1203