Bab 13 Apa Yang Ia Lakukan?
by Danielle
10:43,Jun 01,2021
Colden Ye mendongak dan hendak membentaknya, tapi saat melihat dahi Claire Shen dipenuhi keringat dingin dan matanya memerah, ia tak jadi membentaknya. Colden Ye mengerutkan kening.
Ada apa dengannya?
Kenapa ia tak langsung mengusir wanita hina ini, yang menikahinya untuk menggantikan adiknya, dan sudah hamil dengan pria lain pula, malah memberinya kesempatan untuk tinggal di sini?
Colden Ye tiba-tiba tersadar, ia mencengkeram pergelangan tangan Claire Shen dan mendorongnya keluar.
Tak disangka, bahu Claire Shen membentur tembok. Ia mendongak menatap Colden Ye yang sedang menatapnya dengan dingin.
“Keluar.”
Ia memegangi bahunya yang sakit dan hanya menatap Colden Ye.
“Kau tak bisa apa-apa, untuk apa kau tetap di sini? Keluarlah sebelum aku marah!”
“Kau!” Claire Shen mengepalkan tinjunya, ia merasa perkataan Colden Ye sudah keterlaluan. Tapi dipikir-pikir, sejauh ini ia memang tak banyak membantunya. Amarahnya mereda, ia memegangi bahunya dan keluar dari kamar mandi.
“Arthur Xiao!” suaranya menggelegar menembus pintu. Arthur Xiao yang sedang menguping di luar terkejut dan gemetaran.
“Belum masuk juga?”
Arthur Xiao bergegas masuk ke kamar mandi.
“Tuan Muda, bagaimana anda tahu aku ada di luar?”
Tak disangka, Colden Ye tahu ia belum pergi. Melihat Claire Shen memandanginya, Arthur Xiao merasa canggung.
Begitu Colden Ye memanggilnya, ia langsung muncul. Bukankah langsung menunjukkan bahwa ia sejak tadi menguping di luar?
Colden Ye menatapnya dengan dingin. Arthur Xiao hanya bisa diam.
...
Setelah keluar, Claire Shen duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.
Ia membuka moments, dan melihat mantan suaminya, James Lin, mengunggah fotonya yang sedang memeluk seorang wanita cantik, mereka berdua tampak sangat mesra. Ia menuliskan status: Aku akan mencintaimu seumur hidupku, takkan pernah berubah.
Melihatnya, hati Claire Shen terasa sangat pedih.
Selama 2 tahun mereka menikah, ia selalu sangat sibuk dan tak pernah menyentuhnya. Awalnya Claire Shen merasa, meskipun sudah menikah dengannya, ia tetap harus menjalankan pekerjaan sehari-harinya, maka ia tak terlalu mempedulikannya. 2 tahun berlalu dengan cepat.
Tiba-tiba James Lin memenangkan lotere senilai 5 juta RMB, tapi ia tak bisa ikut gembira, karena James Lin tiba-tiba mengajukan perceraian dengan alasan ia tak memenuhi kewajibannya sebagai istri.
Claire Shen tak tahu, kewajiban apa yang dimaksudnya. Setiap hari ia memasak, membersihkan rumah, mengatur uang untuk kebutuhan keluarga, ia berubah menjadi seorang wanita yang sederhana.
Demi siapakah ia melakukan semua ini?
Sebenarnya, Claire Shen tahu ini hanya suatu alasan.
Karena sejak dulu, ia telah bertemu dengan wanita di dalam foto itu.
Saat James Lin sedang tak di rumah, wanita itu datang dengan perut yang telah membesar.
“Aku sedang mengandung anak James Lin, Claire Shen, pergilah dengan sukarela, tak perlu aku yang harus mengusirmu.”
Claire Shen tertegun, ia tak tahu harus menjawab apa, dan tentu saja ia tak mempercayainya.
“Tak mungkin, selama 2 tahun ini, James Lin tak pernah menyentuh wanita, kau hendak membohongiku?”
“Bukankah sejak awal ia tak pernah menyentuhmu? Saat kalian menikah 2 tahun lalu, aku memintanya untuk tak menyentuhmu. Karena itulah kau belum hamil sampai saat ini, kini aku sudah hamil, aku bisa menjadi istri sahnya. Pergilah kau.”
Claire Shen terkejut. Wanita itu tahu James Lin tak pernah menyentuhnya.
Melihat ekspresi tak percayanya, wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan videonya dengan James Lin.
Video itu menunjukkan mereka sedang berhubungan. Sebelum selesai menontonnya, Claire Shen terhuyung ke belakang. Ia mengusir wanita itu.
Wanita itu tersenyum penuh kemenangan, lalu pergi sambil mengelus perutnya.
Beberapa hari kemudian, James Lin memenangkan lotere, lalu menceraikannya.
Saat mengingat kejadian ini, Claire Shen merasa pusing dan mual.
Ia tak bisa tinggal diam lagi, ia menutupi mulutnya dan hendak berlari ke kamar mandi, tapi Colden Ye masih di dalam. Ia bergegas keluar dan menuju kamar mandi di lantai 2.
Setelah muntah, Claire Shen kembali ke kamar.
Colden Ye masih di kamar mandi dan belum keluar. Ia masuk ke dalam selimut, karena terlalu lelah, begitu kepalanya menyentuh ranjang, ia langsung tertidur.
Saat Colden Ye selesai mandi dan keluar, ia melihat sebuah gundukan meringkuk di dalam selimut. Ia menutupi seluruh tubuhnya, hanya beberapa helai rambut panjangnya yang tampak dari luar.
Colden Ye menatapnya sejenak, lalu segera memalingkan pandangannya.
“Handuk.”
Arthur Xiao menyerahkan selembar handuk, Colden Ye segera mengeringkan rambutnya, lalu berkata, “Pergilah.”
Claire Shen yang telah tertidur, mungkin karena merasa kepanasan di bawah selimut, tiba-tiba menendang selimutnya, menunjukkan kakinya yang mulus dan jenjang.
Kulitnya sangat mulus, dan kakinya sangat jenjang. Pemandangan ini sungguh menggoda. Mendengar suara gerakan itu, Arthur Xiao tanpa sadar juga menatap ke arahnya. Tapi sebelum ia sempat melihatnya, terdengar bentakan Colden Ye.
“Belum pergi juga?”
Arthur Xiao bergegas memalingkan kepalanya.
Kenapa tiba-tiba Tuan Muda menjadi lebih garang? Tapi Arthur Xiao tak berani berpikir macam-macam dan bergegas keluar.
Setelah ia pergi, Colden Ye kembali menatap Claire Shen.
Dasar.
Berpura-pura lugu, seolah tak memahami apa-apa.
Tapi saat tidur menggodanya seperti ini.
Colden Ye mendengus, memalingkan pandangannya, lalu lanjut mengeringkan rambutnya.
Keesokan harinya.
Saat Claire Shen bangun, Colden Ye telah pergi.
Ia mengusap-usap kepalanya dan duduk. Apakah tidurnya sepulas itu? Hingga tak menyadari kapan Colden Ye bangun?
Saat ia hendak mandi, begitu ia bangkit berdiri, pandangannya menjadi gelap. Ia ketakutan dan segera kembali duduk. Tak lama kemudian, pandangannya mulai kembali jelas.
Sepertinya flunya semakin parah.
Setelah duduk sejenak, akhirnya Claire Shen bangkit berdiri.
Setelah selesai mandi dan turun, ia bertemu Tuan Besar Ye.
“Caroline Shen?”
“Tuan Besar...” Claire Shen merasa sangat gugup bertemu dengannya.
Ia selalu merasa Tuan Besar seolah bisa membaca pikirannya. Ia takut identitasnya akan terbongkar.
“Dua hari ini kau tak menemani Colden ke kantor?”
Meskipun ia bertanya dengan santai, tapi samar-samar Claire Shen mendengar kecurigaan dalam pertanyaannya. Ia menatap pria tua itu dengan gugup lalu berkata, “Dua hari ini aku agak tak enak badan, maka...”
“Tak enak badan?” Tuan Besar Ye memicingkan matanya, “Akan kupanggil dokter datang untuk memeriksamu.”
Claire Shen menjadi pucat.
Memanggil dokter untuk memeriksanya? Jika itu terjadi, tidakkah kehamilannya akan langsung terbongkar? Tidak, tidak bisa!
Ada apa dengannya?
Kenapa ia tak langsung mengusir wanita hina ini, yang menikahinya untuk menggantikan adiknya, dan sudah hamil dengan pria lain pula, malah memberinya kesempatan untuk tinggal di sini?
Colden Ye tiba-tiba tersadar, ia mencengkeram pergelangan tangan Claire Shen dan mendorongnya keluar.
Tak disangka, bahu Claire Shen membentur tembok. Ia mendongak menatap Colden Ye yang sedang menatapnya dengan dingin.
“Keluar.”
Ia memegangi bahunya yang sakit dan hanya menatap Colden Ye.
“Kau tak bisa apa-apa, untuk apa kau tetap di sini? Keluarlah sebelum aku marah!”
“Kau!” Claire Shen mengepalkan tinjunya, ia merasa perkataan Colden Ye sudah keterlaluan. Tapi dipikir-pikir, sejauh ini ia memang tak banyak membantunya. Amarahnya mereda, ia memegangi bahunya dan keluar dari kamar mandi.
“Arthur Xiao!” suaranya menggelegar menembus pintu. Arthur Xiao yang sedang menguping di luar terkejut dan gemetaran.
“Belum masuk juga?”
Arthur Xiao bergegas masuk ke kamar mandi.
“Tuan Muda, bagaimana anda tahu aku ada di luar?”
Tak disangka, Colden Ye tahu ia belum pergi. Melihat Claire Shen memandanginya, Arthur Xiao merasa canggung.
Begitu Colden Ye memanggilnya, ia langsung muncul. Bukankah langsung menunjukkan bahwa ia sejak tadi menguping di luar?
Colden Ye menatapnya dengan dingin. Arthur Xiao hanya bisa diam.
...
Setelah keluar, Claire Shen duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.
Ia membuka moments, dan melihat mantan suaminya, James Lin, mengunggah fotonya yang sedang memeluk seorang wanita cantik, mereka berdua tampak sangat mesra. Ia menuliskan status: Aku akan mencintaimu seumur hidupku, takkan pernah berubah.
Melihatnya, hati Claire Shen terasa sangat pedih.
Selama 2 tahun mereka menikah, ia selalu sangat sibuk dan tak pernah menyentuhnya. Awalnya Claire Shen merasa, meskipun sudah menikah dengannya, ia tetap harus menjalankan pekerjaan sehari-harinya, maka ia tak terlalu mempedulikannya. 2 tahun berlalu dengan cepat.
Tiba-tiba James Lin memenangkan lotere senilai 5 juta RMB, tapi ia tak bisa ikut gembira, karena James Lin tiba-tiba mengajukan perceraian dengan alasan ia tak memenuhi kewajibannya sebagai istri.
Claire Shen tak tahu, kewajiban apa yang dimaksudnya. Setiap hari ia memasak, membersihkan rumah, mengatur uang untuk kebutuhan keluarga, ia berubah menjadi seorang wanita yang sederhana.
Demi siapakah ia melakukan semua ini?
Sebenarnya, Claire Shen tahu ini hanya suatu alasan.
Karena sejak dulu, ia telah bertemu dengan wanita di dalam foto itu.
Saat James Lin sedang tak di rumah, wanita itu datang dengan perut yang telah membesar.
“Aku sedang mengandung anak James Lin, Claire Shen, pergilah dengan sukarela, tak perlu aku yang harus mengusirmu.”
Claire Shen tertegun, ia tak tahu harus menjawab apa, dan tentu saja ia tak mempercayainya.
“Tak mungkin, selama 2 tahun ini, James Lin tak pernah menyentuh wanita, kau hendak membohongiku?”
“Bukankah sejak awal ia tak pernah menyentuhmu? Saat kalian menikah 2 tahun lalu, aku memintanya untuk tak menyentuhmu. Karena itulah kau belum hamil sampai saat ini, kini aku sudah hamil, aku bisa menjadi istri sahnya. Pergilah kau.”
Claire Shen terkejut. Wanita itu tahu James Lin tak pernah menyentuhnya.
Melihat ekspresi tak percayanya, wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan videonya dengan James Lin.
Video itu menunjukkan mereka sedang berhubungan. Sebelum selesai menontonnya, Claire Shen terhuyung ke belakang. Ia mengusir wanita itu.
Wanita itu tersenyum penuh kemenangan, lalu pergi sambil mengelus perutnya.
Beberapa hari kemudian, James Lin memenangkan lotere, lalu menceraikannya.
Saat mengingat kejadian ini, Claire Shen merasa pusing dan mual.
Ia tak bisa tinggal diam lagi, ia menutupi mulutnya dan hendak berlari ke kamar mandi, tapi Colden Ye masih di dalam. Ia bergegas keluar dan menuju kamar mandi di lantai 2.
Setelah muntah, Claire Shen kembali ke kamar.
Colden Ye masih di kamar mandi dan belum keluar. Ia masuk ke dalam selimut, karena terlalu lelah, begitu kepalanya menyentuh ranjang, ia langsung tertidur.
Saat Colden Ye selesai mandi dan keluar, ia melihat sebuah gundukan meringkuk di dalam selimut. Ia menutupi seluruh tubuhnya, hanya beberapa helai rambut panjangnya yang tampak dari luar.
Colden Ye menatapnya sejenak, lalu segera memalingkan pandangannya.
“Handuk.”
Arthur Xiao menyerahkan selembar handuk, Colden Ye segera mengeringkan rambutnya, lalu berkata, “Pergilah.”
Claire Shen yang telah tertidur, mungkin karena merasa kepanasan di bawah selimut, tiba-tiba menendang selimutnya, menunjukkan kakinya yang mulus dan jenjang.
Kulitnya sangat mulus, dan kakinya sangat jenjang. Pemandangan ini sungguh menggoda. Mendengar suara gerakan itu, Arthur Xiao tanpa sadar juga menatap ke arahnya. Tapi sebelum ia sempat melihatnya, terdengar bentakan Colden Ye.
“Belum pergi juga?”
Arthur Xiao bergegas memalingkan kepalanya.
Kenapa tiba-tiba Tuan Muda menjadi lebih garang? Tapi Arthur Xiao tak berani berpikir macam-macam dan bergegas keluar.
Setelah ia pergi, Colden Ye kembali menatap Claire Shen.
Dasar.
Berpura-pura lugu, seolah tak memahami apa-apa.
Tapi saat tidur menggodanya seperti ini.
Colden Ye mendengus, memalingkan pandangannya, lalu lanjut mengeringkan rambutnya.
Keesokan harinya.
Saat Claire Shen bangun, Colden Ye telah pergi.
Ia mengusap-usap kepalanya dan duduk. Apakah tidurnya sepulas itu? Hingga tak menyadari kapan Colden Ye bangun?
Saat ia hendak mandi, begitu ia bangkit berdiri, pandangannya menjadi gelap. Ia ketakutan dan segera kembali duduk. Tak lama kemudian, pandangannya mulai kembali jelas.
Sepertinya flunya semakin parah.
Setelah duduk sejenak, akhirnya Claire Shen bangkit berdiri.
Setelah selesai mandi dan turun, ia bertemu Tuan Besar Ye.
“Caroline Shen?”
“Tuan Besar...” Claire Shen merasa sangat gugup bertemu dengannya.
Ia selalu merasa Tuan Besar seolah bisa membaca pikirannya. Ia takut identitasnya akan terbongkar.
“Dua hari ini kau tak menemani Colden ke kantor?”
Meskipun ia bertanya dengan santai, tapi samar-samar Claire Shen mendengar kecurigaan dalam pertanyaannya. Ia menatap pria tua itu dengan gugup lalu berkata, “Dua hari ini aku agak tak enak badan, maka...”
“Tak enak badan?” Tuan Besar Ye memicingkan matanya, “Akan kupanggil dokter datang untuk memeriksamu.”
Claire Shen menjadi pucat.
Memanggil dokter untuk memeriksanya? Jika itu terjadi, tidakkah kehamilannya akan langsung terbongkar? Tidak, tidak bisa!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved