Bab 15 Ia Tak Berdosa, Apakah Kau Juga Tak Berdosa?
by Danielle
10:43,Jun 01,2021
Arthur Xiao berkata terang-terangan. Claire Shen menundukkan kepala karena malu.
“Aku tahu...”
Melihatnya menjadi murung, Arthur Xiao menyadari bahwa ia telah berbicara terlalu kasar. “Maaf perkataanku kurang enak didengar, tapi Nona Shen mengerti, kan? Dan jangan katakan apapun tentang hal ini, jika tidak, aku juga takkan bisa membantumu.”
Setelah berkata, Arthur Xiao segera pergi.
Claire Shen menunggu di sana selama 5 menit, baru kemudian mengetuk pintu.
“Masuk,” suara Colden Ye terdengar dingin dan agak gusar.
Claire Shen ragu sejenak, lalu akhirnya membuka pintu kantor dan masuk.
Colden Ye tak lagi duduk di mejanya, melainkan sedang menatap ke luar jendela, memunggunginya. Mendengar nada dinginnya, Claire Shen berjalan masuk tanpa mengatakan apapun.
Suasana menjadi hening, mendengar tamunya tak mengatakan apapun, Colden Ye mengerutkan kening dan memutar kursi rodanya.
Tak disangka, wajah pucat Claire Shen lah yang muncul di hadapannya.
Ia mengerutkan kening, “Untuk apa kau datang kemari?”
Claire Shen mendongak dan menatap matanya, “Aku asistenmu.”
Apakah ia telah melupakannya?
Mendengarnya, Colden Ye tersenyum mencemooh, “Asisten yang bahkan tak bisa membuat kopi? Apakah menurutmu aku membutuhkannya?”
Claire Shen menggigit bibirnya dan mengepalkan tinjunya.
“Aku akan berusaha sebaik mungkin. Rasa apakah yang kau sukai? Berikan cangkirnya padaku.”
“Ini, bisakah kau membuatnya sesuai seleraku?”
Claire Shen mengangguk.
Colden Ye tersenyum mencemooh, “Kau masih merasa mampu?”
Tapi ia tetap memberinya kesempatan. Ia meletakkan cangkir yang dipegangnya, “Aku hanya akan memberimu satu kesempatan, buatkan sesuai seleraku.”
Claire Shen menatap cangkir itu, lalu meraihnya dan keluar.
Colden Ye memutar kursi rodanya ke meja, memeriksa beberapa dokumen, dan setelah sekitar 10 menit, ia mendongak menatap pintu.
Tak ada apa-apa.
Wanita itu belum kembali.
Hah, apakah ia ketakutan? Perlu 10 menit untuk membuat secangkir kopi?
10 menit kemudian, ia masih belum muncul juga.
Colden Ye mengerutkan kening, apa yang sedang dilakukan wanita ini? Ingin membuatnya jengkel? Membawa cangkir kopinya pergi dan tak kembali?
Bak!
Colden Ye menutup dokumennya dengan jengkel. Saat ia hendak keluar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi, terdengar suara langkah kaki dari pintu.
Claire Shen membawa secangkir kopi dengan ekspresi gugup. Ia tak berani menatap Colden Ye.
“Kau menghabiskan 20 menit.”
Katanya dengan dingin.
Claire Shen menggigit bibirnya dan menjawab dengan lirih, “Tapi tadi kau tak memberiku batas waktu.”
“Kau!” Colden Ye merasa geram, “Rupanya kau berani membantahku?”
Sudahlah, Claire Shen tak ingin berlama-lama berdebat dengannya. Ia menyajikan kopi yang baru diseduh itu, “Cobalah...”
Wangi kopi memenuhi ruangan itu.
Mencium wanginya yang pekat, Colden Ye memicingkan matanya.
“Aku tahu mungkin kopi buatanku tak seenak buatanmu sendiri, tapi aku telah berusaha sebaik mungkin,” Claire Shen menyajikan kopi itu padanya.
Melihat ekspresi Claire Shen yang penuh harap, Colden Ye merasa kasihan padanya.
Akhirnya, Colden Ye meraih cangkir itu.
Ia menyisipnya, matanya berkilat.
Melihat ekspresinya berubah, Claire Shen dengan spontan melangkah mundur dan menatapnya dengan ekspresi takut.
“Kenapa mundur?” Colden Ye mengangkat alisnya dan menatapnya, “Takut aku akan menyiramkan kopinya padamu?”
Claire Shen hanya mengatupkan bibirnya.
Ia bisa membaca pikirannya.
Colden Ye menyisipnya sekali lagi, lalu menyerahkan cangkir itu padanya. Claire Shen bergegas maju dan menerimanya, lalu menatapnya dengan waswas, “Bagaimana?”
Colden Ye memalingkan wajahnya dan berkata, “Lulus tipis.”
Mendengarnya, Claire Shen menjadi girang, ia tersenyum, “Benarkah? Jadi aku bisa tetap bekerja?”
Suara riangnya... Colden Ye menatapnya lekat-lekat, sejak hari pertama tiba di rumah Keluarga Ye, ia selalu tampak ketakutan, ia tampak tak nyaman menjalani kehidupan di rumah Keluarga Ye. Kini, ia tiba-tiba tersenyum cerah.
Begitu ia tersenyum, matanya yang dingin pun tampak lebih cerah.
Suatu perasaan muncul di hati Colden Ye, membuatnya tiba-tiba merasa gusar.
Ia membetulkan dasinya dan mendengus, “Apakah aku bilang kau bisa tetap bekerja? Apa yang akan kau lakukan dengan anak itu?”
Begitu Colden Ye membicarakan anak itu, wajah Claire Shen memucat, ia menjadi tegang.
“Tak menjawab? Sepertinya kau hendak mempertahankannya?”
Claire Shen mendongak menatapnya, “Haruskah kau bersikap sekejam ini? Ia tak berdosa,”
“Hiss,” desis Colden Ye, tatapannya menjadi garang, “Ia tak berdosa, apakah kau juga tak berdosa? Jika ia tahu ibunya adalah seorang wanita yang licik dan angkuh, sepertinya ia juga takkan senang dilahirkan ke dunia ini.”
Perkataannya yang kejam menusuk hati Claire Shen.
“Kau...”
Keterlaluan!
“Sejak aku menggantikan Caroline Shen untuk menjadi menantu Keluarga Ye, kau telah menganggapku licik dan angkuh, bukan?”
“Tak hanya itu, ada satu lagi.”
“Apa?” Claire Shen terbelalak.
“Tak tahu malu, wanita jalang.”
Claire Shen menggigit bibirnya.
“Bagaimanapun, ia benar-benar tak berdosa, tolong... beri aku kesempatan,” Claire Shen menunduk, ia tak bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya pada pria ini, ia hanya bisa memohon belas kasihannya.
Memohonnya untuk membiarkan anak di perutnya ini tetap hidup.
Colden Ye menatapnya dengan tegas.
“Dalam 2 hari, jika anak itu masih hidup, aku akan melakukannya sendiri.”
...
Dalam sekejap, 2 hari telah berlalu.
Claire Shen tak pergi ke rumah sakit untuk mengaborsi anak itu, karena Shelly Han menyuruhnya menenangkan Colden Ye dulu, sementara ia membantunya mencari dokter yang bisa mengaborsinya tanpa membahayakan tubuhnya.
Tapi dalam hati, Claire Shen sama sekali tak ingin membunuh anak ini!
Ia ingin mempertahankannya!
Begitu mendengarnya, Shelly Han langsung mengatakan ia sudah gila.
Claire Shen dengan tenang menjawab, “Aku tidak gila, aku ingin mempertahankannya, ia telah bernyawa.”
“Tapi ia akan terlahir tanpa ayah, apakah kau sudah gila? Dan lagi, Keluarga Ye takkan membiarkanmu melahirkan anak ini. Keluarga Ye adalah keluarga terpandang.”
Iya, inilah masalahnya.
Claire Shen mengelus perutnya dan berkata dengan sendu, “Aku akan mencari jalan keluarnya sendiri.”
“Aku tahu...”
Melihatnya menjadi murung, Arthur Xiao menyadari bahwa ia telah berbicara terlalu kasar. “Maaf perkataanku kurang enak didengar, tapi Nona Shen mengerti, kan? Dan jangan katakan apapun tentang hal ini, jika tidak, aku juga takkan bisa membantumu.”
Setelah berkata, Arthur Xiao segera pergi.
Claire Shen menunggu di sana selama 5 menit, baru kemudian mengetuk pintu.
“Masuk,” suara Colden Ye terdengar dingin dan agak gusar.
Claire Shen ragu sejenak, lalu akhirnya membuka pintu kantor dan masuk.
Colden Ye tak lagi duduk di mejanya, melainkan sedang menatap ke luar jendela, memunggunginya. Mendengar nada dinginnya, Claire Shen berjalan masuk tanpa mengatakan apapun.
Suasana menjadi hening, mendengar tamunya tak mengatakan apapun, Colden Ye mengerutkan kening dan memutar kursi rodanya.
Tak disangka, wajah pucat Claire Shen lah yang muncul di hadapannya.
Ia mengerutkan kening, “Untuk apa kau datang kemari?”
Claire Shen mendongak dan menatap matanya, “Aku asistenmu.”
Apakah ia telah melupakannya?
Mendengarnya, Colden Ye tersenyum mencemooh, “Asisten yang bahkan tak bisa membuat kopi? Apakah menurutmu aku membutuhkannya?”
Claire Shen menggigit bibirnya dan mengepalkan tinjunya.
“Aku akan berusaha sebaik mungkin. Rasa apakah yang kau sukai? Berikan cangkirnya padaku.”
“Ini, bisakah kau membuatnya sesuai seleraku?”
Claire Shen mengangguk.
Colden Ye tersenyum mencemooh, “Kau masih merasa mampu?”
Tapi ia tetap memberinya kesempatan. Ia meletakkan cangkir yang dipegangnya, “Aku hanya akan memberimu satu kesempatan, buatkan sesuai seleraku.”
Claire Shen menatap cangkir itu, lalu meraihnya dan keluar.
Colden Ye memutar kursi rodanya ke meja, memeriksa beberapa dokumen, dan setelah sekitar 10 menit, ia mendongak menatap pintu.
Tak ada apa-apa.
Wanita itu belum kembali.
Hah, apakah ia ketakutan? Perlu 10 menit untuk membuat secangkir kopi?
10 menit kemudian, ia masih belum muncul juga.
Colden Ye mengerutkan kening, apa yang sedang dilakukan wanita ini? Ingin membuatnya jengkel? Membawa cangkir kopinya pergi dan tak kembali?
Bak!
Colden Ye menutup dokumennya dengan jengkel. Saat ia hendak keluar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi, terdengar suara langkah kaki dari pintu.
Claire Shen membawa secangkir kopi dengan ekspresi gugup. Ia tak berani menatap Colden Ye.
“Kau menghabiskan 20 menit.”
Katanya dengan dingin.
Claire Shen menggigit bibirnya dan menjawab dengan lirih, “Tapi tadi kau tak memberiku batas waktu.”
“Kau!” Colden Ye merasa geram, “Rupanya kau berani membantahku?”
Sudahlah, Claire Shen tak ingin berlama-lama berdebat dengannya. Ia menyajikan kopi yang baru diseduh itu, “Cobalah...”
Wangi kopi memenuhi ruangan itu.
Mencium wanginya yang pekat, Colden Ye memicingkan matanya.
“Aku tahu mungkin kopi buatanku tak seenak buatanmu sendiri, tapi aku telah berusaha sebaik mungkin,” Claire Shen menyajikan kopi itu padanya.
Melihat ekspresi Claire Shen yang penuh harap, Colden Ye merasa kasihan padanya.
Akhirnya, Colden Ye meraih cangkir itu.
Ia menyisipnya, matanya berkilat.
Melihat ekspresinya berubah, Claire Shen dengan spontan melangkah mundur dan menatapnya dengan ekspresi takut.
“Kenapa mundur?” Colden Ye mengangkat alisnya dan menatapnya, “Takut aku akan menyiramkan kopinya padamu?”
Claire Shen hanya mengatupkan bibirnya.
Ia bisa membaca pikirannya.
Colden Ye menyisipnya sekali lagi, lalu menyerahkan cangkir itu padanya. Claire Shen bergegas maju dan menerimanya, lalu menatapnya dengan waswas, “Bagaimana?”
Colden Ye memalingkan wajahnya dan berkata, “Lulus tipis.”
Mendengarnya, Claire Shen menjadi girang, ia tersenyum, “Benarkah? Jadi aku bisa tetap bekerja?”
Suara riangnya... Colden Ye menatapnya lekat-lekat, sejak hari pertama tiba di rumah Keluarga Ye, ia selalu tampak ketakutan, ia tampak tak nyaman menjalani kehidupan di rumah Keluarga Ye. Kini, ia tiba-tiba tersenyum cerah.
Begitu ia tersenyum, matanya yang dingin pun tampak lebih cerah.
Suatu perasaan muncul di hati Colden Ye, membuatnya tiba-tiba merasa gusar.
Ia membetulkan dasinya dan mendengus, “Apakah aku bilang kau bisa tetap bekerja? Apa yang akan kau lakukan dengan anak itu?”
Begitu Colden Ye membicarakan anak itu, wajah Claire Shen memucat, ia menjadi tegang.
“Tak menjawab? Sepertinya kau hendak mempertahankannya?”
Claire Shen mendongak menatapnya, “Haruskah kau bersikap sekejam ini? Ia tak berdosa,”
“Hiss,” desis Colden Ye, tatapannya menjadi garang, “Ia tak berdosa, apakah kau juga tak berdosa? Jika ia tahu ibunya adalah seorang wanita yang licik dan angkuh, sepertinya ia juga takkan senang dilahirkan ke dunia ini.”
Perkataannya yang kejam menusuk hati Claire Shen.
“Kau...”
Keterlaluan!
“Sejak aku menggantikan Caroline Shen untuk menjadi menantu Keluarga Ye, kau telah menganggapku licik dan angkuh, bukan?”
“Tak hanya itu, ada satu lagi.”
“Apa?” Claire Shen terbelalak.
“Tak tahu malu, wanita jalang.”
Claire Shen menggigit bibirnya.
“Bagaimanapun, ia benar-benar tak berdosa, tolong... beri aku kesempatan,” Claire Shen menunduk, ia tak bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya pada pria ini, ia hanya bisa memohon belas kasihannya.
Memohonnya untuk membiarkan anak di perutnya ini tetap hidup.
Colden Ye menatapnya dengan tegas.
“Dalam 2 hari, jika anak itu masih hidup, aku akan melakukannya sendiri.”
...
Dalam sekejap, 2 hari telah berlalu.
Claire Shen tak pergi ke rumah sakit untuk mengaborsi anak itu, karena Shelly Han menyuruhnya menenangkan Colden Ye dulu, sementara ia membantunya mencari dokter yang bisa mengaborsinya tanpa membahayakan tubuhnya.
Tapi dalam hati, Claire Shen sama sekali tak ingin membunuh anak ini!
Ia ingin mempertahankannya!
Begitu mendengarnya, Shelly Han langsung mengatakan ia sudah gila.
Claire Shen dengan tenang menjawab, “Aku tidak gila, aku ingin mempertahankannya, ia telah bernyawa.”
“Tapi ia akan terlahir tanpa ayah, apakah kau sudah gila? Dan lagi, Keluarga Ye takkan membiarkanmu melahirkan anak ini. Keluarga Ye adalah keluarga terpandang.”
Iya, inilah masalahnya.
Claire Shen mengelus perutnya dan berkata dengan sendu, “Aku akan mencari jalan keluarnya sendiri.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved