Bab 11 Ia Yang Membuat Peraturan

by Danielle 10:43,Jun 01,2021
“Biar kupikirkan dulu.”

Akhirnya, Shelly Han mengantar Claire Shen kembali ke rumah Keluarga Ye.

“3 hari sangatlah singkat, Claire, cepat putuskan, setelah membuat keputusan segera telepon aku.”

Kata Shelly Han padanya sebelum pergi, membuat pikiran Claire Shen terasa sangat kalut.

“Jika ingin tetap tinggal di rumah Keluarga Ye, aborsi anak itu.”

“Claire, jangan membawa masalah bagi Keluarga Shen!”

Claire Shen menatap dirinya sendiri di cermin.

Apa yang harus dilakukannya? Haruskah ia mengaborsi anak itu?

Saat ia sedang memikirkannya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar. Claire Shen menjadi panik, ia membuka pintu kamar mandi dan melihat Arthur Xiao sedang mendorong Colden Ye masuk ke kamar.

Tatapan mereka bertemu, Claire Shen segera memalingkan tatapannya dan berjalan menjauh.

“Berhenti,” sebuah suara dingin terdengar.

Claire Shen terpaku.

“Sudah kau putuskan?” tanya Colden Ye dengan senyum mencemooh, ekspresinya bagaikan hewan buas yang haus akan darah.

Claire Shen mengaitkan kedua telunjuknya dan menggigit bibirnya, “Bukankah kau memberiku waktu 3 hari?”

“Kau berani membiarkanku menunggu 3 hari?”

Colden Ye meninggikan suaranya.

Claire Shen terbelalak, “Rupanya perkataanmu tak bisa dipegang?”

Matanya yang indah terbelalak, tampak terkejut dan tak menyangka. Colden Ye memicingkan mata dan mendengus, “Kau ingin bermain, silahkan. Tapi akulah yang membuat peraturan.”

Bermain? Claire Shen mengatupkan bibirnya, ia menganggapnya sedang main-main?

“Jika kau tak mau, atau tak suka, tak apa. Segera kemasi barangmu dan keluar dari rumah Keluarga Ye.”

Mendengarnya, Claire Shen mengepalkan tinjunya.

Ia sedang mendesaknya untuk pergi, ia tak ingin ia tinggal di rumah Keluarga Ye.

Tapi Claire Shen terlalu enggan untuk berdebat dengannya. Ia melepaskan tinjunya yang terkepal, lalu berbalik, mengeluarkan selimut, dan menatanya di tempat tidur.

Awalnya Colden Ye mengira ia akan beradu mulut dengannya, tapi ia hanya terkejut sejenak, lalu pergi tanpa mempedulikannya.

Seolah menganggapnya tak ada.

Ini membuat Colden Ye sangat marah!

“Arthur Xiao, keluar.”

Arthur Xiao terkejut mendengarnya, “Tapi Tuan, aku belum membantu anda...”

“Bukankah ia telah menjadi istriku? Mulai sekarang ia yang akan melakukannya!”

Claire Shen yang sedang merapikan tempat tidur segera menghentikan kegiatannya dan bangkit berdiri.

“Apa yang harus kulakukan?”

“Beritahu dia, apa yang harus dilakukan Nyonya Ye.”

Arthur Xiao menatap Colden Ye, tak memahami maksudnya, ia akhirnya hanya memberitahu Claire Shen apa yang diketahuinya.

“Kaki Tuan Muda Ye lumpuh, kau harus berada di sisinya saat ia mandi, dan harus siap melakukan apapun yang diperintahkannya,” setelah berkata, Arthur Xiao menghampiri Claire Shen dan membisikkan beberapa hal.

Claire Shen mendengarkan dengan serius, setelah mendengarnya, wajahnya memerah, ia menggigit bibirnya, “Harus seperti itukah?”

Arthur Xiao juga menggigit bibirnya, “Harus, lakukan dengan baik, atau Tuan Muda Ye akan marah dan mengusirmu.”

Claire Shen merasa takut dan segera mengangguk, “Baiklah.”

Setelah menjelaskan padanya, Arthur Xiao berpamitan pada Colden Ye, “Tuan, aku pergi dulu.”

“Iya,”

Setelah keluar dari kamar, Arthur Xiao masih merasa tidak tenang, maka ia berdiri di depan pintu dan menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengar apa yang terjadi di dalam.

Hanya tersisa Claire Shen dan Colden Ye di dalam kamar.

Saat teringat perkataan Arthur Xiao, wajah Claire Shen kembali memerah.

“Kenapa diam saja? Kemari!” bentak Colden Ye.

Claire Shen terkejut, dengan tubuh gemetaran, ia bergegas menghampirinya.

“Kenapa kau gemetaran?” melihatnya gemetaran, Colden Ye kembali membentaknya, “Dorong aku ke kamar mandi!”

Claire Shen melakukan seperti yang diperintahkannya.

Kamar mandi rumah Keluarga Ye sangat besar, kamar mandi ini dibangun secara khusus untuk kelumpuhan Colden Ye. Saat Claire Shen telah mendorongnya masuk, aura dingin yang terpancar dari tubuh Colden Ye serasa memenuhi kamar mandi itu.

Tiba-tiba kamar mandi itu terasa sempit dan pengap.

Claire Shen mengingat instruksi Arthur Xiao dan bertanya, “Di mana bajumu? Akan kuambilkan dulu.”

“Piyama ada di rak teratas, ambilkan yang warna biru.”

“Baik,” Claire Shen keluar dan mengambil piyama birunya. Saat ia kembali, ia mendapati Colden Ye telah melepaskan kemejanya. Melihat tubuh bagian atasnya yang telanjang membuat Claire Shen terkejut, ia berseru dan menutupi matanya.

“Apakah kau melihat hantu?” Colden Ye mengerutkan kening.

“Kenapa kau melepas pakaianmu?”

Colden Ye merasa jengkel mendengarnya, ia menatap wanita yang sedang berdiri membelakanginya dan tak berani masuk itu sambil tersenyum mencemooh.

“Kenapa, kau sedang berpura-pura lugu di hadapanku?”

Claire Shen hendak menyuruhnya kembali mengenakan pakaiannya, tapi akhirnya tak jadi mengatakannya. Ia benar, mana mungkin ia mandi tanpa melepaskan pakaiannya?

Memikirkan hal ini, Claire Shen memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

Ia berusaha menyemangati diri sendiri. Kalian telah menjadi pasangan suami istri! Sebelum menikah ia telah memikirkan apa saja yang harus dilakukannya, seharusnya sekarang ia tak merasa panik lagi.

Setelah memikirkan hal ini, Claire Shen berbalik, wajahnya tampak lebih tenang.

“Aku telah mengambilkan pakaianmu, apa lagi yang kau butuhkan?”

“Melepaskan pakaian.”

Claire Shen tercekat, ia melangkah maju.

“Lepaskan sabuknya dulu.”

Lepaskan sabuknya?

Claire Shen menatap Colden Ye, ia seorang lumpuh, seharusnya ia tak bisa berdiri dan berolahraga. Claire Shen mengira perutnya pasti gendut dan bergelambir, tak disangka, ia memiliki tubuh yang kekar dan perut yang rata.

“Kenapa diam saja? Lepaskan sabuknya, tak dengarkah?” bentak Colden Ye.

Claire Shen mendongak menatap matanya, lalu dengan panik bergegas mengangguk dan dengan tangan gemetaran melepaskan sabuknya.

Tapi ia tak terbiasa melakukannya, ia tak bisa melepaskannya...

Colden Ye mengerutkan kening menatap wanita yang sedang membungkuk di hadapannya, dahinya penuh keringat dingin, ia tampak gugup dan panik.

“Apakah kau sengaja?”

“Hah?” semakin panik, Claire Shen semakin tak bisa melepaskannya. Dengan gugup, ia berkata pada Colden Ye, “Aku, aku tak bisa...”

Tangan wanita itu sangat lemah lembut. Ekspresi Colden Ye menjadi suram.

“Kau, kemari!” sebelum ia selesai, Colden Ye mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

1203