Bab 20 #Sifilis

by Hyoki 13:00,Feb 18,2021
Ini sudah hampir enam bulan aku bersama Mas Galih. Mas Galih jadi banyak sibuknya. Akupun begitu. Jadilah intensitas bertemu tak seperti saat-saat pacaran di awal. aku jadi lebih banyak bersama Linda, Cici dan Mas Rafa. Sebelumnya aku sempat di tegur mereka karena jarang betemu. Aku mencoba memberikan jarak bersama Mas Galih, aku pikir dengan begitu jadi aku bisa merasakan rindu dan kembali lagi menghanngatkan hubunganku.
“akhhh”
“kenapa Lin”
Tanyaku, Linda habis keluar dari kamar mandi tapi terus saja mengerang kesakitan.
“sakit Dek”
“dapet”
“tanyaku”
“seharusnya engga, baru dua minggu aku selesai, tapi tadi ada darah ngalir gitu aja”
“apa? Terus gimana?”
Tanyaku khawatir, melihat wajah Linda yang juga sangat pucat membuatku semakin khawatir.
“Linda kamu pasti kecapean deh, kemarin-kemarin sering pemotretan diluar”
“mungkin, aku juga gak begitu perhatiin kesehatan kewanitaanku kali ya, selama disana”
“apa?”
Aku kaget, ternyata tuntutan menjadi model sampai segitunya.
“aku kemarin pakai tampon selama disana, mungkin belum terbiasa makanya sekarang jadi gak nyaman gini”
Tampon, itu adalah alat seperti pembalut tapi bukan berbentuk pads.
“jadi pake tampon efeknya bikin berdarah kayak gini”
“aww”
Linda memukulku.
“belum dewasa juga kamu Dek, engga!! Maksudnya di area kewanitaanku jadi pegel gak enak aku pikir itu efeknya kemarin, tapi kalo berdarah hari ini aku gak tahu karena apa?”
“kedokter yuk”
Kataku,
“gak papa kok, mungkin ada luka sedikit aja”
“lain kali gak usah pake tampon-tampon tagi deh mending”
“iya kali aku pemotretan, baju yang ku pake bakal jadi aneh banget kalo pake pembalut biasa Dek”
“ah sulit ya jadi model”
“bangettt!!! Aku harus ganti di depan banyak orang waktu fashion week kemaren belum lagii…”
Tak diselesaikan Linda, aku menunggunya menyelesaikan kalimatnya
“apa? Kamu kenapa?”
“ah enggak Dek”
“Mas Rafa kemana sih, kamu jadi jarang bareng Mas Rafa, kenapa Dek”
Tanya Linda
“ehmm itu, soalnya aku kan udah ada Mas Galih”
“lupain temen gitu ceritanya”
Hahhh Linda aku baru berhasil satu bulan jaga jarak sama Mas Rafa, buat kamu. Aku gak mau jadi pelakor. Aku gak mau ngerusak persahabatan kita.
“emang kenapa?”
“Mas Rafa sering ngeluh, katanya aku gak ada, pacarnya gak perhatian terus temennya juga ngilang katanya”
“Dek aku kan udah bilang titip Mas Rafa, kamu ini ya”
Ucap Linda. Tapi gak wajar banget, aku udah sadar jarak antara teman dan pacar itu seharunya seperti apa. Aku mengalihkan pandanganku pada foto Linda yang seperti sedang mencium seseorang di handphonenya.
“Linda ini?”
“ah itu, biasalah anak-anak”
“apa ciuman kayak gini sama temen-temen model kamu itu biasa?”
Tanyaku melihat foto dirinya yang telah di peluk dan dicium oleh pria bertato
“ah biasa kok, kalian juga suka kissingkan di belakangku”
Deg
“Lin- ituu”
“aku tau kok, Mas Rafa itu anggap kamu itu kayak Adeknya sendiri, jadi kayak gitu udah aku maklumin. Makanya jangan jauh-jauh dari Mas Rafa ya Dek”
Ucap Linda
“tapi Linda, kamu gak ada cemburu gitu”
“ngapain cemburu sama bocah kayak kamu”
“iih jahat, nyesel loh nntar”
Kataku menakut-nakuti Linda
“gak Lah, aku percaya sama persahabatan kita”
Ucapnya.
“akhhh”
Kulihat darah mengalir dari pangkal pahanya.
“lindaaaa”
Aku berteriak kaget melihat cairan merah itu mengalir
“ayo ke rumah sakit cepet”
Akhirnya aku buru-buru membawanya ke rumah sakit terdekat. Linda menjalani pemeriksaan di bagian kandungan. Karena ia sudah merasa ada yang salah dengan organ reproduksinya.
“lindaa”
Aku terus memanggil namanya, aku sangat khawatir. Tak lama Mas Rafa datang berlari dengan terburu-buru.
“dimana Linda”
Tanya Mas Rafa.
“di dalem Mas”
Lama aku menunggu Linda menjalani pemeriksaaan. Dokter kemudian keluar dari ruangan tempat Linda di periksa.
“mas Rafa masuk sana”
Kataku pada Mas Rafa. Mas Rafa akhirnya masuk kedalam. Dari pintu yang tak di tutupnya rapat, kulihat ekspresi Mas Rafa sangat frustasi. Banyak pikiran buruk di kepalaku. Apa Linda hamil dan mengalami keguguran ulah Mas Rafa. Tapi bukakah Linda tapi sempat bilang kalau dia dua minggu yang lalu baru saja menyelesaikan mas menstruasinya. Mas Rafa kemudian keluar dengan sanagt marah. Linda kulihat duduk dilantai, ia menangis kemudian.
Aku yang melihat itu langsung menghampiri Linda.
“Linda, Linda kamu gak papakan?”
Tanyaku.
“Mas Rafa, Mas Rafa jahat banget sama aku Dek”
“kenapa Mas Rafa”
“kata dokter tadi apa?”
“aku kena sifilis Dek, dan itu udah pasti gara-gara Mas Rafa”
Linda menangis dalam pelukanku.
“dia pasti nularin itu waktu kita tidur bareng waktu liburan kemarin”
Aku tak percaya apa yang baru saja kudengar.
“tapi, apa gak ada penyebab lain, aku gak yain Mas Rafa punya penyakit sexual kayak gitu Lin”
“jadi kamu sama kayak Mas Rafa nyalahin aku, nyalahin pekerjaanku yang model, nuduh aku punya penyakit kotor ini karena pekerjaan aku”
“engga-engga Linda”
Aku memeluk Linda kembali setelah sempat di jauhkan dari tubuhnya.
“penyakit ini Cuma bisa di tularin lewat kontak langsung Dek, dan terakhir aku lakuin itu Cuma sama Mas Rafa”
Aku berusaha untuk mengerti keadaannya. Tapi sangat diluar pikiranku. Tak mungkin Mas Rafa menularkan itu pada Linda.
“Mas Rafa tadi keluar dia..”
“dia mungkin lagi keruang tes juga, dia tak terima dengan tuduhanku, makanya dia melakukan tes untuk membuktikan hasilnya negative dan dia tak menularkan itu padaku”
“ahh kita berdoa aja semoga bukan dari mas Rafa”
Kataku,
“lalu, aku dapat penyakit kotor ini dari mana Dekkkk kalo bukan dari Mas Rafa, kalo bener hasil Mas Rafa negative, Mas Rafa bakal putusin akuu. Aku harus gimana Dek”
“hahh????!!!! Putus?”
Aku semakin kaget.
“Mas Rafa pasti marah banget kalo bener hasilnya negative”
Aku tak mengerti dengan hubungannya.
“pertama kita urus kamu dulu Lin, pastiin kamu jalanin pengobatan ini”
Aku membantu Linda untuk bangun, menghapus air matanya. Hari itu linda langsung pulang. Untunglah dia tak perlu menjalani pengobatan di rumah sakit. Linda Hanya harus menjaga organ kewanitaannya tetap bersih dan rutin minum obatnya. Ia tak bisa menjalani pemotretan untuk beberapa jadwal di luar kotanya, ia membatalkan itu semua, untunglah perusahaannya mengerti itu. Linda langsung berbaring begitu tiba di rumahnya.
Aku menjaganya semalaman.
“Dek kamu bakal terus ada buat aku kan?”
Linda memegang tangaku erat. ia pasti sangat ketakutan. Secara dia adalah wanita. Aku tahu dan bisa mengerti betapa takutnya terkena penyakit menular seperti itu. aku harap Linda cepat sembuh.
“pasti Linda, aku akan selalu ada buat kamu”
Kataku sambil menggenggam erat tangannya, sahabatku. Berusaha menenangkannya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55