Bab 4 #Geli

by Hyoki 09:52,Feb 18,2021

Ting
From: Mas Galih
Selamat pagi sayang

Pesan itu membangunkanku pagi ini.
“iih, kok geli gini siiii”
Melempar handphoneku jauh. Aku langsung bersembunyi kembali di balik selimut.
“sayang, aku di panggil sayang?? OMG!!”
“tapi memang akukan sudah jadi pacarnya, dasar Adek dodol”
Ucapku baru sadar, kalau kemarin aku sudah menerima Mas Galih menjadi pacarku.
“aku balas tidak ya?”
Ting
Ting
Ting
Linda : Asiiikkk yang udah taken. Uhuyy syukuran nanti malem buat Adek
Cici : Dek, jangan lupain w yah!
Linda : akhirnyaaa, chat pacarnya, pagi sayang :)bangun belum, chat yang manis-manis Dek
Aku : Mas Galih Chat aku pagi tadi panggil aku sayang, tapi kok geli ya rasanya
Mas Rafa : Duh, gak waras ni anak, jones dasar!
Linda : maklum kelamaan jomlo gini nih jadinya
Cici : bersyukur Dek, lah w yang di kirimin 808 mulu tiap pagi
Aku : bales jangan?
Linda : bales adekkk!!!! Cepetan! Mas Galihnya nungguin ituuu
Aku : males ah
Linda : Dek, jangan mainin anak orang!
Mas Rafa : gak usah dek, bilang lagi tidur gitu!
Cici : bales Adek, “pagi juga sayang, kangen yaa love love”
Aku : idiiih males,
Linda : Adek, terus ngapain kemaren diterima??? Jadi cewek yang bener deh, jangan mainin hati orang
Aku : iya, iya aku kena semprot pagi-pagi
Mas Rafa : untung bukan Linda pacarmu Dek, apa kabar aku yang pacaran sama Linda 2 thn
Linda : sayang @MasRafa bales chat aku

Akhirnya aku tak membalas chatnya, tapi aku menelpon Mas Galih saja.
“halo, Mas”
Ucapku,
“Halo Dek”
Hening, hanya terdengar napasnya dan napasku. Aku tak tahu harus bicara apa.
“ada apa?”
“ehm, oh, gak ada apa-apa Mas, cuma mau bales chatmu tadi pagi aja”
“pagi juga… sayang”
Akh, seharusnya aku ketik saja. ternyata di ucapin kaya gini malah lebih geli.
“hahahh kamu ini, kirain ada apa. Belum mandi ya??”
Tanya Mas Galih, aku berpikir cepat, kalau aku jawab belum Mas Galih mikir apa ya, apa dia bakal jadi gak suka sama aku. tapi kalo aku bilang udah, ketauan banget boongnya dong
“ehm, baru mau”
Ucapku, tengah-tengah.
“kirain udah, kamu belum mandi aja wanginya kecium ke sini?”
“hah?? Wangi apa?”
“wangi kamulah Dek, shampoo vanilla”
“kok tahu Mas?? Wah siapa tuh di sana, jangan-jangannn”
Curigaku pada Mas Galih
“enggak-enggak, maksud Mas itu, Mas terus-terusan cium wangi kamu walaupun kita jauhan gituloh dek, padahal niatnya mau gombal pagi-pagi tapi malah gagal gini”
Kata Mas Galih.
“oooh, jadi Mas Galih mau gombal, kirain apa”
Gukguk
“Gege ya? Ketemu klinik yu, atau Mas jemput sekalian nanti”
Mas Galih tiba-tiba mengajakku bertemu,
“oh, okey”
“ya udah aku mandi juga deh, dah sayang”
“ehm dah sayang”
Ucapku,
Lah barusan aku bilang sayang lagi. mungkin aku bakal terbiasa nanti.
“Gege, aku punya pacar, dan aku udah bisa bilang sayang sama doktermu”
Ucapku pada Gege, Gege hanya menatapku tak mengerti. Yah mungkin dia lebih mengerti rasa laparnya dari pada ucapanku baru saja.
“ini makan yang banyak ya Gege sayang”
Ucapku pada Gege. Aku memijat-mijat kaki Gege, mengusap-usap bulu-bulunya. Itu sudah jadi rutinitasku untuk Gege.
Setelah itu aku mandi dan bersiap untuk bertemu dengan Mas Galih.
“aku harus pakai baju apa?”
“masa yang ini, atau yang ini”
Aku menimbang-nimbang, baju selemari aku merasa tak memiliki baju untuk ku pakai. Aku sangat kebingungan.
“kenapa aku jadi kayak ini, padahal bukan kencan, cuma ketemu Adek!!”
Ucapku, pada diriku sendiri.
“Gege, aku pakai ini saja gak apa-apa kan?”
“Guk guk”
Dengan kepala yang di miringkannya.
“okey ini aja”
Aku akhirnya memutuskan untuk memakai dress putih dengan motif bunga selutut, tangannya panjang ada pita kecil di bagian lehernya. Untuk pertama kalinya aku memakai blush on dan shadowing mataku, warnanya baby pink. Cukup cerah.
“wah ini beneran aku??”
Tanyaku setelah selesai bersiap.berbeda sekali dengan aku yang biasanya. mana pernah aku dandan kayak gini kecuali kalo ada acara formal.
“Gege ayo”
Aku menggendong Gege, dan memakai sepatu plat saja. saat ku buka pintu Mas Galih sudah ada di sana, berdiri di samping mobil hitamnya.
“kenapa?”
Tanyaku pada Mas Galih yang hanya memandangiku, aku tahu ini sedikit aneh. Aku terlihat seperti "perempuan". aku merasa ini bukan diriku.
“cantiknyaa”
Ucap Mas Galih.
“kemarin enggak?”
“ehm, cantik, pakai hoodie, pants sport, kamu cantik. Tapi hari ini, kamu cantiknya beda”
Ungkap Mas Galih.
“ya, akukan kaya gini buat Mas Galih, kenapa cantik tapi aneh gitu?”
“enggak enggak, kamu cantik dan Mas suka banget”
Akhirnya Mas Galih membukakan pintu mobilnya untukku, tangannya menjaga agar aku tidak terbentur atap mobil.
Mas Galih benar-benar perhatian sekali padaku
Pujiku dalam hati.
“Gege hari ini mau aku potong bulunya”
Ucapku pada Mas Galih.
“iya bulunya emang udah nutupin matanya Dek, dimana tempatnya biar Mas temenin sekalian”
“loh Mas Galih kan harus buka klinik?”
“nggak papa, jadwal Mas Cuma satu hari ini itu juga nanti sore”
Jadilah Mas Galih menemaniku sampai sore hari itu. Gege setelah mendapat gaya barunya, langsung aku titipkan di penitipan di samping tempat ia bercukur. Mas Galih dan aku berjalan-jalan di sekitaran kota.

“Dek”
“iya Mas?”
“kamu suka apa atau siapa gitu?”
Tanya Mas Galih tiba-tiba, aku bingung menjawabnya,
“Maksudnya suka apa? Siapa? Adek suka Mas Galih kok”
Jawabku tak nyambung.
“bukan itu, maksudnya makanan apa? Hobimu apa? Tempat favorit kamu apa? Idola kamu siapa? Suka BTS atau kpop gitu? Itu maksudnya Adek”
Jelas Mas Galih, pipiku jadi tambah merah, seharusnya aku gak usah touch up pake blush on tadi.
“oooh itu”
jawabku sambil menggigit bibir bawahku, malu.
“tapi gak papa, kamu suka Mas. jawaban itu lebih dari cukup kok”
“jadi gak usah aku jawab aku sukanya apa?”
Tanyaku pada Mas Galih
“kapan-kapan aja, jawaban kamu tadi jangan di ganti ya. Kalau di tanya orang suka apa, jawabannya Cuma satu Mas Galih”
Ucapnya dengan bangga.
“ehh??!!”
Kataku, tertawa kemudian. Mas Galih itu orangnya bagaimana ya, aku sulit menjelaskannya, kadang-kadang dia konyol seperti itu, namun saat sedang diam, Mas Galih jadi sangat cool, berkarisma.
“Mas makan yuk”
Ajuku pada Mas Galih saat melihat kedai tom yam.
“makan apa?”
“ituuu”
Aku menunjukan kedai itu. Mas Galih langsung tersenyum.
“Dek kamu suka kedai kaya gini?”
“Adek suka apa aja si sebenernya, asal di ajak makan pasti langgung ngangguk”
Jawabku,
“tau gitu Mas gak usah searching banyak tempat waktu kita belum jadian waktu itu. Mas sampe cari rating restoran yang bagus waktu kita makan malem waktu itu”
Uhuk
Aku terbatuk mendengar cerita Mas Galih
“iya? Mas Galih sampe segitunya?”
Tanyaku tak percaya, Mas Galih menertawakan dirinya sendiri.
“tapi buat hari itu, aku makasih banyak loh, Mas Galih udah mau repot kayak gitu”
Ucapku pada mas Galih.
“tapi usaha Mas gak sia-sia buat dapetin kamu Dek”
Ucap Mas Galih dengan senyum lebar di wajahnya.
Makanan yang kami pesan tiba di meja setelah diantarkan oleh pelayan. Aku bersiap makan, melepaskan karet rambut dari tangannku dan mengikatnya. Mas Galih menatapku dengan seksama. Aku tersenyum padanya.
“Dek, kamu lagi godain Mas ya?”
“apaan si Mas? Adek lagi iket rambut kok malah godain”
“abis kamu kok kesannya kayak ehmmm, pokoknya jangan pernah iket rambut di depan orang lain selain Mas ya”
Kata Mas Galih, baru satu hari pacaran udah protektif kaya gini haduh.
“enak Dek?”
Tanya Mas Galih padaku setelah aku menyendok dan memakan suapan pertamaku.
“ehmm, enak Mas, masih panas di tiup dulu”
Ucapku pada Mas Galih. tapi bukan meniup ia malah terseyum padaku.
Aku dan Mas Galih makan sambil bercerita ini dan itu. Aku merekomndasikan tempat makan lainnya pada Mas Galih, dan Mas Galihpun tampak sangat tertarik bahkan mengajakku untuk pergi ke tempat yang ku sebutkan. Selain itu Mas Galih juga menceritakan kehidupannya saat berkuliah dulu yang selalu memakan mie seperti yang kami makan saat ini. Mas Galih sangat bawel, itu yang ku tahu. Padahal dari luar kelihatannya sangat jutek, dingin tapi beginilah Mas Galih saat di depanku.
“Mas ada janji di klinik, sebentar kok Dek, gimana?”
“Adek tunggu aja deh, sekalian main sama Gege di tempat main anjing-anjing di sana, bolehkan?”
Kataku, Mas Galih mengangguk.
“tentu, sebentar kok. Cuma bentaran aja, Mas janji gak akan lama”
Mas Galih mengucungkan dua jarinya di samping wajahnya.
“iya agak lama juga gak papa kok”
Ucapku, menarik dua jari yang di acungkannya, menggenggamnya. Aku merasa sangat nyaman bersama Mas Galih. tanpa sadar aku dan Mas Galih sudah berpegangan tangan, berjalan menuju mobilnya. Menjemput Gege dan menuju kliniknya.

Sesuai janjinya Mas Galih hanya mengabiskan waktu 30 menit saja. berlari menghampiriku yang tengah bermain dengan Gege dan satu anjing yang di tamping disana.
“lama?”
“enggak Mas, aku keasyikan main disini”
Ucapku pada Mas Galih. mendengar itu Mas Galih tersenyum padaku,
“hahhh syukur deh”
“itu anjing siapa Mas?”
Tanyaku, bertanya soal anjing pomerian yang sedang berlarian bersama Gege.
“itu anjing yang Mas adopsi karena terlantar dua bulan lalu, kenapa?”
“lucu”
Jawabku singkat.
“mau?”
“enggak ah, Gege aja udah ribet banget”
Mas Galih duduk di sampingku.
“hahh, aku seneng banget sekarang aku bisa senderan di bahu kamu bukan di kursi atau sofa lagi”
Kata Mas Galih, meletakan kepalanya di bahuku. Aku meliriknya, ia memejamkan matanya. Tampan.
“kenapa Mas Galih gak coba cari pacar kemarin-kemarin jadi gak usah senderan di sofa”
Kataku, santai. Namun sedetik kemudian aku menyesal, karena mungkin saja aku bisa menyinggungnya.
“ehhm, dulu Mas pikir punya pacar itu gampang, tapi ternyata cari yang bisa klik itu susah Dek, Mas pernah pacarin salah satu perawat disini”
Jujurnya
“apa?”
Aku langsung bangun, menatapnya, membuat Mas Galih yang bersandar di bahuku tadi hampir saja terjatuh kesamping.
“bukan, denger dulu ceritanya, perawat itu juga udah lama gak kerja di sini lagi”
“aku pikir, itu-“
Tak kuselesaikan. Mas Galih hanya tersenyum melihat reaksiku,
“semuanya gak ada yang semulus hubungan Mas sama kamu, jadi Mas seneng banget bisa jalanin hubungan ini”
Ucap Mas Galih padaku.
Aku jadi berpikir, apa aku bisa merasakan apa yang Mas Galih rasakan, aku hanya merasa kebersamaanku dengannya hanya sebagai tuntutan, kewajiban yang harus kulakukan sebagai pacar Mas Galih saja. meski aku merasa senang, tapi itu karena aku melihat Mas Galih senang, dan merasa harus mengalir saja pada keadaan. Aku masih bingung dengan perasaanku padanya, akankah ada perasaan lebih yang bisa ku miliki untuknya.

Setelah dari klinik Mas Galih mengantarku pulang bersama Gege. Itu masih pukul 8 malam, pas sekali jam makan malam. Akhirnya Mas Galih mampir ke rumahku. Untuk pertama kalinya ia masuk dan menjelajah setiap sudut rumahku. Beruntung aku membersihkannya saat hari minggu kemarin.
“Mas bahan-bahannya seadaanya yang di kulkas aja ya”
Kataku, Mas Galih hanya mengangguk. Mas Galih berkata ingin memasakan makan malam untukku. Jadi aku biarkan saja. aku juga ingin melihat bagaimana kemampuan memasaknya.
Mas Galih mulai mengeluarkan beberapa bahan dari kulkas, itu adalah kentang, keju, dan cream cheese. Sisanya pasta juga garlic dan terakhir udang. Aku tebak apa yang akan di buatnya. Pasta dan Potato Chesee. Pertama Mas Galih menumis beberapa garlic dan memasukan beberapa pasta kedalam air di wadah yang berbeda. Ia cukup cekatan.
Melihat Mas Galih menggulung lengan bajunya, aku melihat otot-otot kokohnya.
“wah, Mas Galih suka olahraga ya?”
“kadang, kenapa?”
“tangan Mas Galih itu..”
“kenapa? Menggoda ya?”
Apa katanya, pede sekali Mas Galih. tapi iya kenapa aku tak tergoda olehnya, bukankah banyak wanita akan menganggap itu hal yang sexy. Tapi kenapa aku lempeng-lempeng aja.
Tanganku penasaran perlahan menyentuh tangan Mas Galih yang terlihat kuat itu.
“ih, Adek pegang-pegang, Mas gak bisa focus tau”
“maaf hehe”
Ucapku, perhatianku kemudian teralihkan pada Gege yang berlarian entah melihat apa.
“Gege”
Panggilku, akhirnya aku pergi menghampiri anjingku itu. kulihat Gege sedang mengejar mesin penyedot debu yang sedang membersihkan lantai kamarku. memang itu baru kubeli kemarin, penyedot debu otomatis, vakum robot. Bentuknya bundar, aku suka sekali. Namun Gege masih merasa asing dengan robot itu jadi selalu mengejar-ngejar kemanapun arah vacuum itu berjalan.
Taktakatak
Suara keras Mas Galih memotong beberapa bahan masakan di dapurku, aku meliriknya sebentar, dan melemparkan senyum padanya.
“kenapa Mas Galih potong bahannya sampe kayak gitu?”
Gumamku tak mengerti dengan sikap pacarku itu. setengah jam lamanya Mas Galih menyajikan dua masakan untuk makan malam bersamaku. Potato bake with cheese dan pasta udang. Terlihat sangat enak.
“wow, Mas Galih sering-sering masak di rumahku ya”
“boleh? Kalo gitu Mas nginep di rumah kamu juga boleh?”
Tanyanya mulai keluar lagi dari topik.
“kalo ituu enggak sekarang”
“terus kapan?”
“kapan ya?”
Aku berpura-pura menghitungkan waktu. Dan Mas Galih hanya tertawa dengan tingkahku. Aku menyalakan TV dan melihat variety show dari korea selatan. Mereka sedang memasak di salah satu kota di eropa. Pria dalam layar TV ku itu sangat lihai menggunakan pisau, memotong semua bahan-bahan masakannya. Itu mencuri perhatianku, suaranya yang sangat terdengar tegas di telingaku.
“wah”
Terpesona aku pada actor yang sedang memasak itu.
“padahal tadi Mas pake pisau lebih keren dari pria itu, sayang kamu gak liat”
Sesal Mas Galih.
“kapan?”
“tadi Adeeek, kamu gak denger? Padahal Mas udah berusaha kerasin suara Mas potong semua bahannya, tapi kamu cuma nengok bentar”
“ah, tadi itu. jadi Mas Galih? ah, gitu”
“ah gitu?”
Heran dengan reaksiku, Mas Galih sampai menaikan alisnya.
“seharusnya Mas Galih panggil Adek aja, Adek pasti tontonin acara masak Mas Galih dari awal sampe akhir”
Ucapku.
“besok pokoknya waktu kamu sama aku jangan sampe di ganggu Gege ya”
Ucapnya, kenapa dia sok ngatur gitu si, aku hanya seperti anak yang baru saja dimarahi Bapakku kerena bermain dengan kucing got saja.
Aku mengambil beberapa pasta, dan saat akan memakannya aku kesulitan karena rambutku yang selalu menghalangi. Akhirnya aku harus mengikatnya. Mas Galih melihatku seperti saat di kedai tadi.
“kenapa Mas?”
Tanyaku sambil mengikatkan rambutku.
“leher kamu jenjang”
Reflex tanganku menyentuh leherku sendiri,
“ini? aku pikir leherku biasa saja”
Masih dengan mengusap-usap leherku dan sedikit menyentuh belakang telingaku.

“Adek”
Ucapnya, Mas Galih bergeser ke sampingku, mengambil tanganku.
“berhenti godain Mas”
Kata Mas Galih, matanya menatapku, entah kenapa aku seperti melihat api dari sana.
“Mas apa sih, siapa yang-“
Mas Galih membungkam mulutku dengan bibirnya, tangannya yang memegang tangaku tadi kini menyentuh leherku yang jenjang menurutnya, jari-jarinya menyentuh area di belakang telingaku. Ia menyesap bibir bawahku dalam. aku harus memiringkan kepalaku mencari celah agar tidak kehabisan napas.
“Mas..”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55