Bab 13 #Cici

by Hyoki 11:26,Feb 18,2021

“you said you love me?”
“yeah I said I love you, but I’m not in love with you, ini cuma yah you knowlah. We’re just friend”
“kamu-”
Brakk
Tak sempat selesai Cici dengan kalimatnya, Mas Rafa menghajar laki-laki yang berbicara di hadapan Cici,
“bajingan!”
Mas Rafa sangat emosi, dan menarik Cici pergi dari toko buku. Aksinya itu mendapat banyak perhatian sampai semua mata melihat mereka. Aku yang berada dilantai dua duduk di café saja bisa dengan jelas melihat apa yang terjadi di toko buku lantai satu. Aku sama kagetnya dengan semua orang disana. Aku akhirnya mengikuti mereka yang berjalan keluar gedung dari pintu yang berbeda.
Seharusnya hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk Cici. sehari setelah kepulanganku dari Malang, Cici bercerita bahwa dirinya mendapat perhatian dari seorang penulis senior yang begitu ia sukai selama ini. menurutnya, laki-laki tadi mendapat pukulan dari Mas Rafa itu orangnya sangat Artistic, bebas, dan karya senilah di mata Cici. Pesonanya tak bisa tertandingi. Ia adalah musisi sekaligus penulis besar setanah air.
“mungkin seharusnya aku sadar diri, sedari awal dia cuma ingin mempermainkanku saja”
“udah, udah Mas hajar tadi”
Mas Rafa memberikan Cici minum setelah masuk mobil, untuk menenagkan Cici
“tetep aja, dia pasti ngetawain waktu aku kirimin chat bilang sayang sama dia”
“eumm Cici, sini aku peluk”
Mas Rafa duduk di kursi kemudi sementara aku dan Cici duduk di kursi belakang. Cici menangis bersandar padaku. Linda kemudian masuk kedalam mobil.
“kalian kemana aja? Aku cariin tadi gak ada? Ini kenapa pada nangis?”
“Masmu Lin, dia mukulin orang”
Kataku, membuat Linda menatap Mas Rafa
“abisnya kesel, mana Ada bilang I love you tapi not loving you katanya, eh gitu bukan si tadi gak ngerti sok inggris banget sih tu orang”
“ya ampun! Songong banget, di lagunya aja dia sok romantic padahal tukang nyakitin cewek, temen gue lagi”
Linda ikut emosi jadinya.
“ayo pulang”
Kata Cici sambil menangis,
“kemana nih, rumah Mas aja gimana?”
“okey rumah kamu aja sayang”
Akhirnya Mas Rafa menyalakan mobil dan membawa kami dalam perjalanan ke rumahnya.
“Cici udaaah ih ngapain nangisin cowok kayak gitu”
“sakit tau gak”
“mau es krim? Atau ramen pedes deh Adek buatin”
“pengen diaaa heuheuu”
Cici menangis menarung-raung.
“sebel, kenapa aku terlanjur suka sama cowok php ituu, kemarin dia manis banget, dia chat aku sweet banget, bikin aku sukaaa!!! Tapi kenapa?!!”
aku hanya bisa melihat Cici, begitupun dengan Linda dan Mas Rafa. Yang ku tahu bahkan penulis Gio itu memang sudah menjadi idola Cici sejak lama, dan kemarin Gio menjadi penulis untuk perusahaan Cici kerja, meski bukan menjadi editor langsung, tapi Cici akhirnya bisa ngobrol dan punya waktu bersama Gio. Cici bahkan mendapat buku cetakan pertama dengan ttd langsung dari Gio. Intinya Gio pasti membuat Cici merasa special.
“kenapa dia kirimin chat malem-malem terus bilang tiba-tiba inget aku katanya? kenapa dia kasih aku coklat kemaren bikin aku baper aja”
“euuuh Cici sini aku peluk”
Aku sangat kasihan padanya, lagi-lagi harus berakhir seperti ini. Mas Rafa pergi keluar, dan Linda memeluk Cici.
“gue hajar besok waktu dia ada manggung, buku-bukunya gue bakar, apaan judul lagunya kesungguhan hati, prettt bullshit banget sit uh orang”
“iya Ci, kalo ketemu biar nanti aku bawa temennya Gege, anjing buldong. aku suruh gigit tu si Gio”
Tambahku
“jangan kasiaan”
Aku menyirit mendengarnya masih mengasihani orang yang melukai hatinya.
“iih ngapaiin, fix ini loe di santet sama tu orang”
“bener Ci kok bisa si masih aja kasian sama orang kaya gitu”
Tambahku
“kalianmah mana ngerti, orang gak usah berusaha suka sama orang aja, kalian udah ada yang suka, kalian tinggal nikmatin cintanya pasangan kalian. Lah gue harus cari dulu, usaha dulu, gagal mulu biar bisa di cintain sama pasangan kaya kalian”
‘ehemm’
Aku jadi menunduk, merasa tak enak pada Cici. Aku tahu seharusnya aku bersyukur Mas Galih mencintaiku, tapi aku malah selalu mengabaikan pesan-pesannya.
“nih”
Mas Rafa membawa dua kantung jinjingan bertuliskan Alfamart, isinya banyak sekali es krim, cemilan, dan beberapa mie instan pedas.
“Mas Rafaaa, heuheuuu hari ini you’re my hero!!!”
Kata Cici.
“makanya jangan oon lagi jadi cewek, mau-maunya di php-in”
Aku membuka satu bungkus eskrim dan memberikannya pada Cici.
“dinginin hatinya pake ini”
Kataku, dan Mas Rafa membuka satu bungkus es krim vanilla dan memberikannya padaku.
“pacarmu yang itu Mas, bukan Adek”
Kataku mengingatkan saat Mas Rafa memberiku es krim itu dan bukan pacarnya yang di berikan
“diet diamah”
Linda kemudian membuka satu bungkus cemilan dan memakannya kasar.
“males diet, aku juga ikutan marah kayak cici gara-gara cemburu sama Adek”
“tuh kan jadi marah Mas”
Kataku memukul Mas Rafa.
“dasar cowok tuh suka banget bikin cewek kesel, gak pernah ngerti! Sukanya mainin doang, bikin sakit hati”
Kata Cici sambil memakan es krim sampai belepotan.
“gak semuaaa!! Yang nolongin kamu hari ini juga manusia berwujud cowok! Lagian cowok tuh kaya gini bilangnya cuek, kaya gitu bilanganya bikin ke geeran, baik dikit di bilang kasih harapan, maunya gimanaa?”
“ya, seharusnya jujur dari awal, kalo suka ya suka, kalo nggak ya seharunya jangan sok baik trus bikin kaya gini heuu Aaaaaa!!!”
“yah Mas Rafa, iyahin aja kenapa sih hari ini aja ngalah buat Cici”
“iya-iya Maaf, kalian menang udah, aku salah Maaf”
Kata Mas Rafa, aku dan Linda hanya tersenyum melihatnya.
Ting
Ting
Mas Galih : dek, Mas baru selesai, kita makan bareng yu
Aku : okey Mas

Aku jadi berpikir, apa bedanya aku dengan Gio jika aku hanya bersama Mas Galih, berkata mencintainya tapi tak tahu perasaanku apakah aku benar-benar mencintainya. I love you but I’m not in love with you. Aku gak boleh kayak gitu, pokoknya aku harus bisa jatuh cinta sama Mas Galih. fall in love not fail in love.
“Adek makan malem sama Mas Galih ya, bentar kok jam 9 nanti Adek balik sini, kita nginep di sini kan?”
“sana pergi aja, pacaran sana biar aku jadi tambah ngenes”
Kata Cici
“maaf Ci, ntar di jalan kalo aku nemu cowok baik, ganteng aku bungkus deh buat kamu”
“sialannn!!!”
Cici melempar bantal padaku. Aku hanya cengengesan dan pergi menuju pintu.
“pake jaket”
Kata Mas Rafa sambil memakaikan jaketnya padaku.
“dah Mas titip Cici jangan di jailin”
Kataku Mas Galih mengacak-acak rambutku,
“Cieee yang mau makan malem”
Linda datang dari balik tubuh Mas Rafa
“Mas Rafa beli makanan gih apa gitu, delivery”
“hemmm bobol aku, tadi udah kasih dua kantong gede gitu isinya makanan sekarang harus beli lagi”
Keluh Mas Rafa
“iya kan beda, itu cemilan bukan makan malem”
“kalian ini cita-cita kurus tapi makannya rakus”
Tin tiiin
Mas Galih menekan klaksonya dan aku langsung mengahmpiri Mas Galih.
“daaah Adek pergii”
Kataku dari balik kaca mobil.
“Mas Galih”
“apa sayang”
Mas Galih menatapku.
“Mas Galih”
Sekali lagi aku memanggilnya. Mas Galih memegang tangannku.
“apa Adek sayang”
“aku makasih banget Mas udah mau jadi pacar Adek”
“ehh kok tiba-tiba Ada apa ni gak biasanya”
“engga, liat Cici tadi aku jadi sadar seharusnya aku bersyukur dan berterimakasih sama Mas Galih”
Ceritaku, Mas Galih meraih tubuhku mendekat padanya, dan mengecup keningku.
“Mas sayang Adek”
Ucapnya, aku tersenyum dan bersandar padanya selama perjalanan.
Setelah makan aku tak langsung pulang, Mas Galih mengajakku berjalan-jalan di area taman.
“Mas Adek bikin akun tiktok”
“hahahh buat apaan, Adek mau joget joget kaya cewek-cewek gitu”
“iih nggak juga, gak Cuma itu isinya”
“tunggu, berarti Mas Galih suka liat Cewek-cewek joget gitu”
“ehm engga”
Katanya, namun wajahnya seperti sedang tertangkapa basah olehku.
“boong Mas Galih boong”
“sekali, itu juga gak sengaja muncul di feed youtube”
“sexy yah ceweknya”
“ehmm sexian juga Adek waktu pake bikini kemaren di Malang”
Aku memukul Mas Galih, malu wajahku panas setiap kali ingat momen di Malang.
“iiih jangan bahas ituuu, bikin Adek maluuu”
“ternyata otak Adek ituu….”
“ahhh Mas Galih udaaaah!!”
Aku memukul-mukul pelan dadanya dan menyembunyikan wajah yang sudah berubah seperti tomat ini.
“hahahh gak papa depan Mas ini asal bukan depan orang lain aja”
Aku melihat seorang perempuan menggunkan krop top dan rok yang super mini. Entah kenapa dia memakai pakaian seperti itu di taman. Meski itu haknya, tapi aku melihatnya sedikit aneh. Sekarang semua orang tampak lebih stylist dan bebas berekpresi soal fashionya.
“Mas jangan liatin kaya gitu, nakal ih”
kataku pada Mas Galih yang melirik perempuan itu.
“keliatan Dek”
“sebel deh, besok Adek pake kaya gitu deh ala-ala ulzzang atau Jennie blackpink”
“awas aja kalo berani”
Mas Galih mempertingatiku dan matanya menatapku tajam.
“kenapa? Kan Mas Galih juga suka bukan? liatin cewek itu aja sampe kayak gitu”
“iya kalo cewek orangmah bodo amat mau pake baju kaya gimana atau gak pake baju juga, tapi kalo kamu gak boleh”
“tapi kan-“
“Gak! Pokoknya gak boleh, pacar Mas Gak boleh liatin bodynya sama semua orang kayak gitu”
“iih dasar egois”
Kataku. Mas Galih memelukku erat, dan mencium keningku.


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55