Bab 11 #susu strobery
by Hyoki
11:19,Feb 18,2021
“nih”
Mas Rafa memberikanku susu stroberry,
“yeay”
“aku bingung kenapa tiap malem Mas Rafa kasih aku susu stroberry”
“oh itu, ada yang berubah gak setelah rutin minum susu stroberry?”
“ehm, berat aku naik satu kilo”
“iya? Wah gendutan dong, terus abis itu?”
“apa lagi?”
“itu, itu kamu gedein gak?”
“itu apa?”
Mas Rafa menatap dadaku, aku mengerti maksud Mas Rafa dan mengukur payudaraku dengan tanganku, untuk merasakan besarnya.
“ini, emang ngaruh ya rutin minum susu stroberry sama ukuran payudara?”
Mas Rafa mendekat padaku
“banyak yang bilang gitu, tapi pas aku cek mitos atau fakta ternyata itu mitos Dek”
Aku jadi memperhatikan payudaraku sendiri. Tanganku penasaran jadi menggenggamnya.
“kananku kok lebih gede ya? Tapi kenapa Mas Rafa mau bikin dadaku lebih gede?”
Aku jadi terpikir alasan Mas Rafa lakuin itu
“ah, inget waktu di Bali gak? Kamu gak mau beli bikini soalnya gak pede sama ukuran dadamu yang menurutmu kecil”
“ah itu”
Aku memang tahun lalu bersama Linda dan Cici sempat berencana membeli bikini tapi malah gak jadi karena gak pede.
“Adek gak tau Mas Rafa denger waktu itu”
“ya Mas kan juga ada di sebelah kamu, kamunya aja yang gak nyadar Dek”
“oooh, tapi kayanya emang ngaruh deh”
Kataku, kalau di perhatikan memang aku sudah tak memakai lagi bra tahun lalu, sejak rutin minum susu stroberry dari Mas Rafa, setiap kali aku pakai bra pasti saja rasanya sesak, sampai sejak 6 bulan lalu aku sudah ganti ukuran.
“serius?”
“ehm, sekarang lebih full”
Mas Rafa berjalan ke arah lemarinya, dia membuka kotak dan memberikan isinya padaku.
“apa ini?”
“bikini yang kamu gak jadi beli”
Aku tak menyangka akan melihatnya lagi setelah waktu di Bali aku urung membeli itu. warnanya merah padam, designnya simple dengan high waist.
“buat aku?”
“iyalah buat kamu Dek”
“Adek coba yaa”
“sana”
Aku berlari dengan sangat girang, berjalan kekamar mandi Mas Rafa dan mencobanya. Tak lama aku membuka pintu dan Mas Rafa melihatku yang sudah berganti.
“wah, Adek”
Aku berjalan dengan percaya diri, berpose layaknya model di depan Mas Rafa.
“diem di situ biar Mas foto”
Mas Rafa mengambil beberapa fotoku yang berbikini. Dan setelah mendapat beberapa aku mendekat untuk melihat hasilnya.
“Dek, kenapa gak jadi model aja kayak Linda, badanmu bagus loh”
“Mas Rafa nyindir apa puji aku sih”
Aku mendelik pada Mas Rafa yang menilai tubuhku.
“ih dasar cewek, di puji salah, di komen apalagi, hadeh”
“beneran, Mas udah jadi banyak photographer buat cewek-cewek yang mau foto buat body profile, kamu lebih bagus menurut mas”
Aku memukul pelan Mas Rafa, tersenyum. Senang aku mendengar Mas Rafa memuji tubuhku sesungguhnya. Mas Rafa menyampaikan selimut di tubuhku.
“di luar ujan malah pake bikini kaya gini, siapa lagi kalo bukan Adek yang ada-ada aja tingkahnya”
“Mas Rafa yang keluarin bikininya bikin Adek pengen nyobain”
Kataku tak mau kalah, dengan perkataan Mas Rafa.
“besok mau aku pake waktu di batu bareng Mas Galih deh”
Mas Rafa mendengar itu menatapku tajam
“Maksudnya apaan, kamu mau coba godain si dokter hewan? Kemaren bibir kamu udah bengkak besok mau apalagi yang dia bikin bengkak”
Kata Mas Galih dengan sedikit emosi
“ya, kan Mas Rafa juga kemaren bikin payudara Adek bengkak, gak inget?”
“itusih buat ajarin kamu orgasme Dek”
“sama aja buat Adekmah”
Kataku, masuk kedalam selimut dan berbaring.
“mau tidur kayak gitu?”
“kenapa gak boleh?”
“ya terserah, tapi kalo bikin punya Mas berdiri ya tanggung akibatnya”
Aku langsung berlari kekamar mandi dan berganti pakaian lagi. aku tak mau Mas Rafa melakukan hal aneh denganku.
Kembali setelah berganti pakaian, Mas Rafa sudah berbaring di dalam selimut.
“sini”
Kata Mas Rafa membukakan selimut untuku, aku langsung masuk kedalamnya dan memeluk Mas Rafa.
“gemes banget sih Dek”
Mas Rafa selalu seperti itu, aku merasa seperti anak kecil di matanya.
-
-
-
Aku bangun lebih pagi dan Mas Rafa masih tidur. Kulihat handphoneku, Mas Galih beberapa kali menelponku dan mengirimi banyak sekali pesan. Aku membalasnya. Kemudian aku mengirim pesan pada Cici untuk datang ke rumahku.
“Mas, Adek pulang ya”
Pamitku pada Mas Rafa yang masih tidur dengan tak berpakaian seperti biasanya.
“ehmm masih pagi Dek”
“tau, tapi pengen pulang”
“eughhh”
Mas Rafa menggeliat dan duduk bangun.
“mau kemana si sebenernya, jadi ke Malang?”
“ehm kayanya iya, Mas Galih chat barusan nanti sore jam 4 baru jemput”
Mas Rafa dengan rambut berantakan, menguap dan berdiri sambil menggaruk-garuk lehernya.
“ayo”
“ayo apa?”
“katanya mau balik?”
Mas Rafa hanya berpakaian seadanya, mengambil kaos dan celana pendeknya berjalan keluar kamarnya.
“hahh gak malu apa sama tetangga?”
“gak, mereka masih pada molor jam segini Dek”
Kata Mas Rafa, bukan aku yang berpakaian seperti itu tapi malah aku yang malu sendiri. Akhirnya aku memakaikan jaket pada Mas Rafa.
Berjalan kerumahku, masih berkabut,
“brr dingin Dek”
Mas Rafa mendekat dan memelukku sepanjang jalan kerumahku. Sampai di rumahku Mas Rafa buru-buru bersembunyi di balik selimutku.
“Cuma pindah kamar?”
“ehmmm”
Mas Rafa sudah memejamkan matanya lagi. sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan tidurku, pasti hangat sekali tidur seperti Mas Rafa yang ada di depanku. Tapi aku harus packing.
“Dek”
Cici yang masih mengenakan piyamanya sudah berdiri di pintu kamarku
“Ciiii, bantu packing yaaa”
Cici yang malah jadi diam ditempat setelah mendengar permintaanku
“jadi suruh kesini pagi-pagi Cuma buat packing doang?? Nyebelin banget si Dek”
“berangkat nanti soalnya, belum siap apa-apa”
Kataku mengeluarkan koperku, Cici yang melihat seseorang tergulung di selimutku, baru sadar ada Mas Rafa di sana.
“aku pikir Masmu loh Dek”
“nggak lah, itu tadi padahal tidur di rumahnya tapi malah pindah kamar ke sini, gak guna emang Mas Rafa”
Kataku sambil menggelengkan kepala.
“ih sebel, kamu udah mau trip bareng pacar lah w Dek, apa kabar?”
Cici negdumel iri padaku, dia mulai duduk di lantai
“kenapa lagi? si penulis baru itu kenapa?”
“jadikan kemaren-kemaren udah terus-terusan w bangtuin, promo sampe kenalin ke beberapa market place buku yang bisa jual bukunya kan, dia bilang makasih banyak katanya. tapi pas w kodein pengen makan iniloh yang lagi viral, dia malah kasih stiker makanan, terus w isengin kapan traktir atau ajak keluar main, dia malah kasih stiker holiday, gimana gak kesel coba. Padahal ya kalo ada maunya ajaa, manis banget tu orang”
Cici emosi sampai membanting handphonenya.
“hahaha sukurinnn, di phpin lagiii”
Mas Rafa puas terdengar mentertawakan nasib percintaan Cici dari atas kasur.
“Mas Rafamah nyebelin, tidur aja lagi sana”
“itu tuh udah pasti php Ci, kenapa si gak pernah belajar masih aja kejebak sama orang kayak gitu”
“aku pikir sayang sama orang terus bisa sampe ada dalam suatu hubungan itu harus ada usahanya gitu, makanya aku lakuin apa yang bisa aku lakuin buat mereka, tapi malah apes mulu jadinya, ujung-ujungnya dimanfaatin doang. Mereka ngilang tiba-tiba, ada yang bilang w ini kayak adeknya katanya. bullshit banget sih Adek dari mananya coba”
Cici tampak sangat putus asa.
“sabar, nanti juga nemu kok, liat aja tuh si Adek”
Mas Rafa tumben sekali berkata begitu, Cici saja sampai menyirit tak percaya apa yang keluar dari mulut Mas Rafa baru saja.
“tuh kata Mas Rafa juga sabar”
“Hello everybody”
Linda datang dengan beberapa jinjingan di tangannya.
“waaaah Lindaaa, kangeenn”
Kataku memeluk Linda yang baru saja datang.
“gimana nih, udah siap mau trip bareng pacar?”
Linda tahu karena kemarin aku langsung memberitahunya melalui grupku dengan Cici, Linda dan Mas Rafa, dari hal kecil sampai hal besar selalu tumpah di grup chat itu.
“belum, gak tau mau bawa apa, trus aku juga belum tau Mas Galih mau ngapain aja di sana”
Kataku, sebenarnya aku sedikit gugup, karena ini pertama kalinya, meski Mas Galih itu pacarku, tapi aku tak pernah pergi dengan orang lain kecuali dengan mereka ini.
“Lin, kasih aku cowok satu aja, kenalanmu kan model semua tuh, kasih satu aja biar bisa pergi kayak Adek”
Linda memeluk Cici gemas
“duh, temenku ada-ada aja”
“Gak mau sapa aku Mas?”
Kemudian Linda bertanya setelah melihat Mas Rafa yang berbaring di kasurku. Aku jadi saling menatap dengan Cici, situasinya jadi tak enak. Mas Rafa semula hanya diam, tapi Linda kemudian mendekatinya, dan menjatuhkan diri di atas tubuh Mas Rafa.
“kangen”
Linda tersenyum pada Mas Rafa. Mas Rafa menatap pacarnya itu dan mebalasnya dengan senyuman. Kemudian memeluk Linda.
“huffftttt finally kalian akur lagi, udah tegang aku”
Jujur Cici, sambil mengelus dadanya.
“iyah udah takut aku”
Tambahku. Kulihat Mas Rafa dan Linda berpelukan erat, mereka saling melepas rindu pikirku.
“Lin, tidur di sini aja dulu capek kan baru sampe”
“iya Dek, eh aku bawa baju buat kamu Dek”
“serius?”
“itu disana”
Aku mengeluarkan baju yang Linda sebutkan tadi, didalam tas yang di bawa Linda.
“oooh, bagus banget! Love you Linda”
Kataku langsung memilih beberapa dari mereka yang akan kupakai. Setelah itu tak lupa aku memasukan bikini pemberian Mas Rafa.
“Dek, beli itu kapan?”
“ehmm, ini di kasih”
Jawabku pada Cici yang menyadari aku memasukan bikini itu kedalam koperku.
“siapa?”
“ehmm tebak siapa?”
“eyy nyesel w nanya”
Kata Cici. Kemudian tak peduli lagi.
“Dek pake underwear yang bagus”
“kenapa?”
Tanyaku tak mengerti dengan pekataan Linda.
“ehm, siapa tau aja sampe lakuin itu”
Jawab Linda.
“iya Dek, setahuku laki-laki kalo ngajak trip berdua apalagi sampe nginep pasti tujuannya itu”
“tapi masa Mas Galih secepet itu si?”
Aku meragukan perkataan mereka.
“terus kenapa tiba-tiba ngajak ke Malang? Buat apa coba sampe nginep lagi”
“bener juga, ahhhh”
Aku jadi takut dan pasrah saja jadinya.
“duh, Adek sama Mas Galih kemaren ciuman terus sekarang mau sex”
“tapi bisa gak aku ngehindar gitu?”
Tanyaku,
“bisa Dek, nanti kamu tendang dia atau buang dia di jalan sebelum sampe”
Linda memukul Mas Rafa yang mengada-ngada itu.
“biasanya kalo laki-laki udah pengen itu pasti ada aja cara buat ngerayunya, ada yang malah ngambek terus nanya, “kamu itu beneran sayang gak sama aku?” atau ada yang “aku janji aku gak akan sakitin kamu, aku cuma mau buktiin aku ini cinta sama kamu dengan lakuin itu” atau “aku ingin miliki kamu seutuhnya” gitu Dek”
“pernah Ci?”
Tanyaku yang dengan serius mendengarkan perkataannya sedari tadi.
“engga, dari artikel”
“huuuu”
Aku dan Linda melemparkan beberapa baju pada Cici.
“tapi kurang lebih gitu”
Aku tak meresponnya dan hanya mengemas beberapa alat mandi dan make up yang akan ku bawa. Sejujurnya aku tak yakin dan masih takut jika harus melakukan itu dengan Mas Galih, apa Mas Galih akan marah jika aku menolaknya ketika Mas Galih meminta itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved