Bab 8 #Adek udah bukan anak kecil

by Hyoki 11:01,Feb 18,2021
“Loh kupikir Mas Galih sibuk dan gak akan ketemu aku hari ini”
“aku berpirasat aneh makanya aku ketemu kamu Dek”
Mas Galih berbicara denganku tapi matanya menatap Mas Rafa.
“firasat apa?”
“Mas Rafa, ini Mas Galih kemarin sempet ketemukan waktu-“
“Mas Rafa, tetangga, sahabat Adek”
Mas Rafa bangun dan menjabat tangan Mas Galih.
“Galih pacar Adek”
Mas Rafa mengangguk-anggukan kepalanya.
“Dek Mas balik dulu, nanti Mas kesini lagi”
“nagapain?”
“susu kaya biasa”
Kata Mas Rafa.
“oh iya, Dah Mas”
Mas Rafa pergi dari kamarku dan berjalan keluar rumahku.
“susu apa?”
“susu strobery, Mas Rafa setiap malem kasih aku susu sebelum aku tidur”
“terus kenapa tadi main di Kasur berdua gitu?”
Nada bicara Mas Galih jadi sangat tak enak.
“udah biasa Mas, aku juga gitu di rumah Mas Rafa, sama Linda, sama Cici, biasanya di rumah Linda tapi Linda sekarang jadi sibuk gak ada terus di rumah, dan Cici juga gak kesini karena ada project makanya sisa aku berdua sama Mas Rafa”
Jelasku sambil duduk di tempat tidurku.
“cuci tangan dulu gih, terus sini temenin Adek”
Kataku dan Mas Galih menurut tak lama keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahku.
“ini pertama kalinya aku masuk kamar perempuan”
“apa?”
Aku tak percaya mendengarnya
“makanya tadi aku agak kaget melihat di kamarmu ada laki-laki yang duduk di kasurmua lagi”
“oh, culture shook?”
“biasanya Mas Galih kencan pasti selalu ke luar ya?”
“iya, gitu”
“ehmm tau gak? Kencan impian Adek?”
“apa?”
Aku yang tadi duduk membaringkan tubuhku dan menjadikan paha Mas Galih bantalanku.
“ini, Adek pengen banget tiduran di kaki pacar Adek, dengerin Mas cerita atau kita nonton film bareng”
Jujurku pada Mas Galih, aku sering membayangkan itu saat melihat adegan drama korea yang menurutku sangat romantic itu.
“Adek”
Cup
Mas Galih menunduk dan mengecup pipiku. Mngusap-usap kepalaku lembut, tangannya juga berjalan di leherku dan pundakku, area yang tadi Mas Rafa sempat ciumi. Kenapa rasanya berbeda ya, sentuhan Mas Rafa dan Mas Galih?
Tali braku turun, untunglah hanya itu, bukan dengan tali dressnya. Aku membetulkannya, melirik Mas Galih, pandangannya matanya pada dadaku, akupun jadi ikut melihat dadaku. Memang tak tertutup sepenuhnya. Terlebih aku tidur menyamping. Payudara kiriku jadi seperti jatuh dan menimpa yang kanan. Dan itu terlihat karena belahan dress yang sangat rendah.
“kenapa? Adek bikin Mas gak nyaman ya?”
Tanyaku sambil bangun dan duduk menghadap Mas Galih.
“enggak kok Dek”
Mas Galih menyentuh rambutku dan meletakannya ke belakang pundakku.
“ini merah kenapa?”
Mas Galih bertanya pada bercak merah yang berada di dekat payudaraku, Mas Galih menyentuhnya. Itu ulah Mas Rafa tadi, aku tak tahu akan meninggalkan jejak seperti itu.
“ini, tadi di gigit semut, agak gatel jadi adek garuk”
Mas Galih masih menyentuhnya, lebih naik, dan masuk kedalam dressku.
“perih?”
Tanyanya dengan mata yang tak di alihkan tetap pada bercak itu
“enggak kok nggak papa”
“bentar Mas Adek ganti baju dulu”
Kataku berjalan kearah lemari, mengambil hoodieku dan celana tidurku, berganti di kamar mandi. Mas Galih hanya melihatku. Tak lama aku berganti, namun saat kulihat dadaku, payudaraku jadi lebih besar dari sebelumnya,
“apa ini gara-gara Mas Rafa ya? Kok jadi sesek gini gak muat di braku”
Gumamku. Segera aku berpakaian dan keluar kamar mandi. Kulihat Mas Galih sedang menatap fotoku bersama Mas Rafa, Linda dan Cici.
“kenapa?”
“kalian ini akrab banget”
“ehem, sejak SMA Mas Rafa waktu itu udah kuliah. Jadi 3 tahun lebih tua, Linda dan Cici itu seharusnya kakak kelasku tapi aku masuk Akselerasi jadi waktu itu aku malah satu kelas sama mereka”
Ceritaku.
“Mas iri sama kalian bisa sedeket ini”
“kenapa? Mas juga bisa foto kok”
Kataku sambil mengambil kamera sonyku dan memotretnya tiba-tiba.
“lagi candid gini aja ganteng”
Pujiku,
“lihat”
“sekali lagi kita foro berdua”
Klik, klik
Klik
Mas Gali menciumku tiba-tiba dan itu terpotret oleh kameraku. Hasilnya seperti gambar-gambar couple goals yang sering kulihat di tumblr. Melihat hasilnya aku tersenyum pada Mas Galih
“bagus fotonya nanti kirim Mas”
“iya”
Mas Galih memelukku. Tangannya berada di depan dadaku yang kurasakan volumenya lebih besar dari biasanya. Mas Galihpun menatapku yang seperti sedang menahan napas.
“hemmm”
Aku menatap Mas Galih dan ternyum padanya. Tak banyak kata yang diucapkan Mas Galih, hanya hening dan akupun di pelukknya terkadang di buatnya bergerak kekanan dan kekiri.
“Mas Galih kenapa suka Adek?”
“ehm, gak tau, Mas cuma ngerasa kamu perempuan yang selalu Mas pengen peluk kayak gini setiap saat, Mas selalu pengen lari ke arah kamu. Bahkan hal-hal kecil bikin Mas terus aja inget kamu, apapun itu, semuanya bawa Mas kembali ke kamu, semua tentang kamu terus aja menuhin pikiran Mas”
“sekarangkah udah peluk Adek gini, Mas Galih gimana?”
Tanyaku menatapnya.
“nyaman”
“terus?”
Tanyaku. Mas Galih membalikanku yang tadi memelukku dari belakang, sekarang membuatku menghadapnya dan perlahan membuatku berbaring.
Cup
“ini”
“apa Mas Galih pacarin Adek supaya bisa peluk dan cium Adek kaya gini?”
“lebih dari itu, Mas ingin berikan semua hal sama kamu, termasuk semua cinta Mas”
Keningnya menyatu dengan keningku. Tanganku melingkar di lehernya, tak lama bibirnya mendarat di bibirku, hanya diam disana. Aku merasakan bagaimana lembutnya bibir itu. tak ada gerakan dari Mas Galih. akupun akhirnya melepaskan bibirku darinya. Menatapnya penuh tanya. Mas Galih hanya tersenyum padaku.
“kamu bisa bergerak dulu Dek, gak selalu Mas yang lakuin duluan”
Kata Mas Galih, aku merasa bodoh banget, pasti Mas Galih menganggapku bocah yang baru pertama kali di ciumnya.
“boleh aku?”
“tentu”
Mas Galih menyesap bibirku, menghisapnya. Aku sampai menutup mataku, menikmati ciumannya. Namun bayangan Mas Rafa yang kemarin marah karena melihat bibirku yang bengak terusa saja muncul dalam kepalaku.
Aku mendorong Mas Galih, membuatnya melepaskan ciumannya.
“Mas udah makan?”
“udah sayang”
Jawabnya, memajukan kembali bibirnya, kali ini aku yang menghisap bibir bawahnya melakukan apa yang Mas Galih tadi lakukan padaku. Memasukan lidahku kedalam mulutnya, menjelajahi rongganya, menyapa deretan giginya. Aku menghisap apa yang bibirku temukan disana.
“Mas mau ajak kamu pergi lusa bisa? kita jalan-jalan ke batu”
“boleh”
“Mas ini udah jam setengah 11 loh, Mas udah harus pulang”
“yaudah Mas pulang ya”
Mas Galih bangun dari tubuhku dan munurukan kakinya dari ranjangku. Aku memegang tangannya dan berjalan keluar rumahku.
“Dek, Mas pulang ya”
Kata Mas Galih sambil memelukku. Aku menepuk-nepuk punggungnya dan melambaikan tanganku pada Mas Galih yang masuk kedalam mobilnya. Setelah itu Mas Galih pergi dari rumahku.
Aku berbalik dan kulihat Mas Rafa berdiri sambil memegang sekotak susu strowbery.
“ngapain sih berdiri disitu”
Tanyaku sambil berjalan Masuk kedalam rumahku. Mas Rafa mengikutiku,
“liat sini”
Mas Rafa membalikkan tubuhku dan menatap lekat bibirku.
“nggak bengkak kok”
Aku langsung menjawab, karena aku tahu Mas Rafa pasti melihat bibirku begitu karena takut bibirku bengkak lagi.
“bagus deh, ini minum dulu”
Kata Mas Rafa memberikan sekotak susu yang sudah ditusuk oleh sedotan siap aku minum.
“ah Mas Rafa nagapain pegangin susunya keras-keras gitu, jadi tumpah kena baju aku”
“maaf, maaf”
Aku berjalan ke kamarku, melepas jaketku dan braku yang juga jadi basah. Mencari kaosku, dan memakainya begitu saja tanpa bra, karena lebih enak begitu, tidurku lebih nyenyak.
“Mas”
Kataku kaget, kenapa Mas Rafa berdiri di situ dan tak langsung pulang.
“pengen liat aja”
“liat apa?”
“ah iya..”
Aku jadi teringat sesuatu
“apa?”
“gara-gara Mas Rafa aku jadi boong sama Mas Galih”
“boong apa?”
“Liat ini, jadi merah gini. Aku bilang ini di gigit semut terus aku garuk”
“hahahhh”
Mas Rafa hanya tertawa tanpa merasa bersalah karena sikapnya.
“sebel deh”
“tapi gak papakan?”
“gak sih, tapi jadi berasa bengak”
Aku berjalan dan merebahkan tubuhku terlentang di kasurku. Mas Rafa mendekat.
“tadi ngapain aja sama Galih”
“gak ngapa-ngapain kok”
Dan aku baru ingat aku akan pergi ke malang lusa, kota batu.
“eh Mas Galih nanti ngajak Adek ke kota Batu, Lusa”
“jauh banget”
Kata Mas Rafa yang berbaring di sampingku.
“gak papa, sekalian nanti Adek jadi ada bahan buat konten youtube”
Jawabku. Mas Rafa hanya menatapku.
“apa?”
“gak papa”
“oh iya, Mas Galih aku harus ganti celana dulu”
“kenapa?”
“tadi itu kayaknya Adek berhasil orgasme loh”
Mas Rafa menatapku, ekspresinya tak bisa di jelaskan.
"serius?"
......

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55