Bab 2 #Kebetulan ada laki-laki yang mendekat
by Hyoki
09:18,Feb 18,2021
Hari ini aku berjalan-jalan ditaman bersama Gege. Rencanaku hari ini adalah melakukan shooting untuk konten video disaluran Youtube-ku. Agak kesusahan seperti biasanya, karena Gege terbilang anjing yang aktif dan akupun harus memegang kamera untuk merekamnya.
Sepertinya hari ini bukan hari yang baik untukku melakukan shooting dengannya. Entah kenapa Gege hari ini bertingkah sulit diatur, beberapa kali aku memanggilnya ia tak menyahutiku, selalu saja menghindar dari kamera hingga akupun tak mendapatkan rekaman video seperti yang kuharapkan.
Aku berkutat dengan kameraku, melihat-lihat hasilnya yang sangat kusayangkan akan jadi seperti itu. hingga tak tahu Gege sudah tak berada di sampingku
“dimana Gege? Oh? Gege? gimana ini Gege hilang?”
Racauku kebingungan saat kulihat sekeliling tak bisa menemukan anjing putih bertubuh kecil itu. aku berlari kearah utara, tempat aku biasa membelikannya jajanan disana sambil berteriak-teriak memanggil nama anjing itu.
“Gege!”
Panggilku, terus seperti itu dan aku semakin jauh berjalan mengelilingi taman ini.
“kemana dia sebenarnya?”
Aku terus bertanya-tanya, tak bisa aku menemukannya dimana-mana.
Hingga setelah setengah jam aku mencarinya, aku kembali ketempat awalku berada ditaman ini. kulihat Gege disana, bersama kameraku yang kutinggalkan. Dan entah siapa yang tengah bersama Gege.
“Gege, aku nyari kamu dari tadi”
Ucapku, langsung memangku Gege. Bersyukur aku bisa bertemu dengannya lagi.
“kupikir namanya putri, tapi ternyata Gege namanya”
Ucap laki-laki yang sedari tadi bersama Gege
“emh?”
Sahutku hanya dengan bersuara seperti itu tak mengerti maksudnya.
“itu, gantungan dilehernya nama disana itu Putri”
Jelasnya, dengan menunjuk nama gantungan yang kuberikan pada Gege. Salah paham dirinya, ia mengira Putri adalah nama anjingku, padahal itu adalah nama belakangku.
“ah ini, putri itu adalah nama belakangku”
Ucapku, membenarkan kesalahpahamannya. Ia hanya balas mengangguk.
“boleh aku bermain dengannya, dia anjing yang pintar”
Katanya, meminta izinku untuk bisa menggendong Gege. Dan kata pintar diakhirnya itu, aku ingin tertawa karenanya, Gege cukup pintar membuatku khawatir hingga harus berkeliling taman setengah jam, bahkan hari ini rencana shootingku gagal karena Gege tak mau mendengarkan arahanku. Cukup pintar sekali kamu Gege hufftttt.
“ini, hati-hati kadang dia bisa bersikap menyebalkan”
Ucapku sekaligus memperingatkannya soal Gege, dan memberikan Gege untuk duduk dipangkuan Laki-laki itu.
Aku jadi tak tahu harus apa, hanya melihat dengan canggung anjingku dipangku orang lain, orang asing tepatnya. Kulihat cup kopi disampingnya, tertulis Pras disana.
“jadi Mas Pras ini sudah berapa lama menemani Gege sejak aku pergi”
Tanyaku akhirnya, membuka pembicaraan setelah kutebak Praslah nama laki-laki didepanku ini.
“Pras?”
Katanya, balik bertanya padaku, lalu melihat cup kopi yang ia letakan disampingnya.
“ah ini, Pras ini nama belakangku, namaku Galih Prasetyo”
Ucapnya. Mendengar itu, aku menggigit bibirku, sedikit menyesal bertanya setelah bersikap sok tahu. Malu sekali, sumpah hingga aku menutupi wajahku dengan tanganku.
“putri, bisa aku memanggilmu begitu”
Lanjutnya, bertanya padaku dengan wajah yang sedang mengulum senyum kaadaan konyol saling tebak-tebakan nama jadinya. Aku hanya tersenyum dan pelan aku tertawa tak tahan, ini lucu sekali.
“ya, namaku Kadek Kirana Putri, panggil saja bagaimana enaknya”
Kenalku akhirnya. Malu aku terus berdiri didepannya, hingga akhirnya aku duduk disampinya yang sedang memangku Gege.
“maaf aku sok tahu namamu padahal baru pertama bertemu”
Maafku, sungguh masih sangat malu sudah salah menebak namanya.
“tak apa, Pras juga bagian dari namaku, tapi akan lucu sekali jika Pras itu adalah nama anjingku”
Katanya, bercanda padaku. Ah kenapa ia memberiku lelocon konyol seperti itu padaku.
“haha benar, untungnya bukan seperti itu”
Balasku tertawa karena perkataannya itu. ia yang sama tertawa denganku, suasananya mencair seketika tak seperti orang yang baru kukenal.
Kami banyak bercerita ini dan itu. hanya pembicaraan seputar Gege.
“datanglah kapan-kapan ke klinikku, akan kuberikan layanan gratis untuku Gege”
Katanya, sebelum mengakhiri pembicaraanku dengannya. Memberikan kartu namanya dan kulihat disana. Dokter hewan Galih Prasetyo. Aku terkejut mengetahuinya adalah dokter hewan, pantas saja dia begitu mudah dekat dengan Gege.
“ah pantas saja Gege kelihatan sangat nyaman dengan Mas Galih, oh? atau harus kupanggil Dokter Galih”
Kataku sesaat setalah membaca kartu namanya.
“apa saja, Mas Galih lebih santai sepertinya. Gege anjing yang pintar dan sehat kulihat”
Balasnya, menurunkan Gege dari pangkuannya dan diberikannya padaku.
“tapi kupikir hari ini ada masalah dengannya, beberapa hari ini juga ia terlihat lebih murung dari biasanya dan saat tadi aku ingin merekam Videonya dia tak mau mendengarkanku”
Kataku, sedikit berkeluh tentang Gege.
“merekam?”
Tanyanya singkat.
“iya, aku mengerjakan beberapa video untuk content saluran youtubeku, tapi hari ini sepertinya tidak bisa berjalan dengan baik karena Gege yang bersikap begitu”
Jelasku menjawab pertanyaannya.
“bawa saja besok atau lusa ke klinikku, mungkin ada sesuatu yang mengganggu Gege biar kuperiksa, hubungi nomorku disana”
Tawarnya padaku, dan tiba-tiba aku mendapat ide untuk content videoku.
“ah! bolehkan aku merekam saat pemeriksaan. Maksudku kujadikan conten video saat Gege menjalani pemeriksaan kesehatannya. Akan kupastikan memberikan ulasan baik untuk Klinik Mas Galih, gimana?”
Ungkap niatku, dan Mas Galih mengangguk setuju atas ideku. Aku kegirangan hingga mengepalkan tanganku dan sedikit memasang wajah girangku,
“yes”
Ucapku, yang langsung saja kututup mulutku, malu sekali lagi tak bisa menutupi hatiku yang sedang senang karena bisa membuat video dikliniknya.
“kalau begitu, aku pergi dulan, jangan lupa hubungi aku”
Pamitnya, mengelus gemas kepala Gege sebelum akhirnya tersenyum padaku dan pergi meninggalkanku dengan Gege.
*
Kafe
“jadi gimana dek si dokter hewan?”
Tanya Linda saat ia tiba dan duduk disampingku,
“Mas Galih namanya Linda, kamu tuh seenaknya gitu manggil orang”
Kataku membenarkan caranya memanggil Mas Galih dengan sebutan sidokter hewan.
Memang akhirnya mereka tahu aku bersama laki-laki lewat unggahan videoku dengan Mas Galih yang menjadi guest ku dalam video itu, akhirnya aku menjadikan pemeriksaan Gege di klinik miliknya sebagai content videoku. Dan seperti bayanganku, bagaimana mereka Mas Rafa, Linda, Cici, bahkan beberapa anggota keluarga sangat antusias ingin tahu siapa laki-laki dalam videoku itu. dan specialnya memang Mas Galih adalah guest laki-laki pertama setelah setahun aku menjadi vlogger dan content creator yang selalu bertema keseharianku, mungkin karenanya viewersku juga tampak sangat tertarik. Banyak coment baik yang kuterima, banyaknya bertanya siapa dan memuji tampannya dokter Gege itu. Memang salahku untuk memutuskan menampilkan wajah Mas Galih divideoku, dan banyak yang berkata kami sangat cocok bersama.
Aneh, sangat aneh. Aku berpikir mereka terlalu memaksakan keinginan mereka pada apa yang dilihatnya. Terkadang netizen akhir-akhir ini memang begitu pikirku, mereka senang sekali menjodoh-jodohkan, contohnya saja actor yang sedang buming di sinetron itu, padahal ia sudah berkeluarga tapi masih saja di jodoh-jodohkan dengan lawan mainnya. Padahal aku bukan actor, aku tak bisa di bandingkan dengan popularitas mereka, tapi komentar mereka semua berkata bahwa kemistriku cocok sekali dengan Mas Galih. beberapa dengan ekstrim menyuruhku untuk menjadi kekasihnya saja. aneh bukan?
“iya-iya, Mas Galih namanya, dokter hewan yang itu tuh Dek, ganteng baik juga kurang apa coba”
Racau Linda, aku hanya mengaruk-garuk tak mengerti lagi harus menanggapinya seperti apa.
“terus aku harus gimana Linda?”
Tanyaku akhirnya, tak tahu harus seperti apa. Jujurku.
“kok gimana sih Dek. Kasih kode. Ajakin jalan kemana gitu, makan, atau undang lagi jadi guest di youtubemu itu, atau atau bawa Gege ke kliniknya lagi, alesannya apa gitu Gegenya gak mau makan atau susah pie, bisa tuh”
Katanya panjang lebar, menyuruhku untuk melakukan hal aneh sampai menggunakan kesehatan Gege, aku menyesal jadinya bertanya pada Linda tadi.
“no! Big No! apaan bukan aku banget kayak gitu. Lagian kok kamu tega sih ngomong kaya gitu, berharap Gege sakit ya?”
Tolakku, jelas. Malas sekali aku harus jadi seperti perempuan yang memelas untuk mendapat pacar begitu.
Saat kualihkan pandanganku pada jalanan keluar kaca kafe, kulihat sosok yang tak asing bahkan menjadi topik utama pembicaraan menyebalkan Linda sedari tadi.
“oh, Mas Galih”
Kataku, menyadari dirinya yang akan berjalan memasuki kafe tempat aku duduk menikmati kopi pagi ini. dan mataku dengannya bertemu, ia melemparkan senyumnya padaku dari jauh. Berjalan kearahku.
“Putri, disini juga”
Sapanya saat sampai berdiri didepanku.
“ah, pasti ini dokter Galih itu ya? Gabung sini bareng kita”
Kata Linda menyela pembicaraanku dengan Mas Galih, mengajaknya duduk bersamaku dan dirinya.
Aku dan Mas Galih saling menatap dan tersenyum canggung.
“sini duduk Mas”
Akhirnya aku bergeser pada kursi disebelahku dan membiarkan Mas Galih duduk dikursiku tadi yang kududuki.
“Makasih”
Tak lama pelayan mencatat pesanan Mas Galih.
“ini pesanannya, satu sweet cake dan latee”
Tiba-tiba saja pelayan datang diantara aku dengan Mas Galih, aku kaget hingga tak sadar cream dari cake Mas Galih tersentuh oleh tanganku.
“oh maaf Mas, nggak sengaja,”
Maafku, saat tahu cream diatasnya meski sangat sedikit mengenai tanganku, tetap saja aku tak enak nanti akan dimakannya namun malah aku menggoresnya tak sengaja.
“ngga papa kok, sini tangannya biar Mas lap”
Ucapnya, dengan meraih tanganku dan mengelap tanganku lembut, aku hanya diam menurut padanya. Memperhatikan perlakuan baiknya padaku. Tak lama kulihat Linda yang didepanku sedang senyum-senyum tak jelas melihat tanganku yang sedang diusapi tisu oleh Mas Galih.
“makasih Mas”
Canggung, karena pertama kalinya aku mendapati diriku diperhatikan oleh laki-laki seperti itu.
Satu jam Mas Galih menemaniku dan Linda dikafe. Banyak bercerita soal dirinya dan banyak juga yang ditanyakannya soal aku, yang baru tahu juga Mas Galih bahwa semua orang dekatku memanggilku dengan Adek, dan berakhirlah Mas Galihpun memutuskan memanggilku Adek.
“Dek, Mas harus pergi dulu, lain waktu kita makan bareng lagi”
Ucapnya, setelah melihat jam ditangannya. Mas Galih Berdiri dan memanggil pelayan, membayar tagihan pesanannya, termasuk tagihanku dengan Linda.
“oh gak usah Mas, biar aku aja”
Kataku, menghentikan Mas Galih yang akan membayar nota pembayaranku dengan Linda.
“Gak papa, biar Mas aja”
Ucapnya, dan mengeluarkan kartu dari dompetnya membayar semua pesanan. Aku merasa tak enak jadinya.
“Mas duluan ya Dek”
Pamitnya, mengelus tangannku pelan sebelum akhirnya berjalan keluar pintu kafe.
“iiiih Mas sama Adek nih ceritanya, udah kaya webtoon pasutri gaje aja”
Goda Linda padaku, setelah Mas Galih pergi.
“apa sih Linda, ya ampun Mas Galih sama aku tuh nggak ada apa-apa”
Balasku,
“nggak ada apa-apa kok, pegang-pegang gitu. Udahlah Dek, kurang apa coba Mas Galih, ganteng, dokter hewan, baik, perhatian sampe mau bayarin kita kaya gini lagi”
Ucap Linda.
Ah benar juga, tapi aku tak tahu dengan pasti perasaanku padanya. Aku hanya merasa Mas Galih itu orang baik, dan bukan hal buruk untuk mengenalnya.
*
Setelah makan bersama Linda akhirnya aku pulang kerumah, menyapa Gege yang tadi sempat ku titipkan.
“adududu sayang, maaf ya Ge, tadi aku gak bisa bawa kamu ke kafe”
Kataku pada Gege, anjing itu sangat aktif. Dia tak bisa diam. Setelah dari klinik Mas Galih kemarin, Gege mendapat mainan baru, yang selalu ia berikan padaku dan memintaku untuk melemparkannya. Berbentuk tulang, tapi tak jauh berbeda seperti boneka, saat Gege mainkan ada bunyi kresekk kresekkk. Gege menyukai mainan itu, bahkan mainan lamanya pemberianku sudah tak lagi di sentuhnya.
“jadi kamu suka ini?”
Tanyaku pada Gege, aku menjahilinya dengan merebut mainan pemberian Mas Galih dari mulutnya.
“errrr”
Ia marah, dan itu lucu sekali.
“oh? kamu ini, Gege kamu berubah, mainan dariku waktu aku rebut gak pernah kamu semarah ini”
Kataku terheran pada anjingku. Gege jadi duduk dan sedikit murung,
“hemmm hemmm”
Ucapnya. Ia terlihat seperti anak kucing jika sedang seperti ini.
“aiuhh, ini aku berikan padamu. Kamu bener-bener suka ini? Ehmm?”
Tanyaku pada Gege, dan saat kuberikan mainannya itu. ia kembali bangun dan melompat-lompat. Aku tersenyum melihat Gege bertingkah menggemaskan seperti itu.
“anak pintarr”
Pujiku mengusap-usap bulunya yang mulai lebat.
“Gege kita harus potong rambutmu, gaya baru gimana?”
Tanyaku pada Gege. Kebiasaanku untuk selalu berbicara dengan Gege, mungkin orang yang melihat aku ini cukup gila, karena aku jauh lebih senang dan aktif berbicara dengan anak anjingku dari pada dengan orang-orang di sekitarku. Aku dikenal dengan anak yang cukup pendiam dari semua keluarga besarku. Tapi itu akan 180 derajat berbeda jauh saat aku bersama dengan Gege.
Mungkin karena itu pula mereka selalu menginginkanku berada dalam sebuah hubungan biar aku sedikit waras, dan tidak selalu hanya berbicara pada anjing.
Ting.
Mas Galih : Dek, gimana kabar Gege?
“liat Mas Galih kangen kamu, Ge? Dia bahkan cuma nanyain kabarmu bukan kabarku”
Ucapku pada Gege.
Aku : dia baik. Sangat baik Mas, dia jadi Gak bisa diem, pinginnya mainin mainannya pemberianmu itu Mas
Mas Galih : bener? Kamu gimana? Suka hadiah dari Mas?
Aku : aku suka Mas. Terimakasih banyak
Mas Galih : gantinya gimana kalo kita makan malam lagi
Cuma berdua, gimana?
Aku berpikir lama, sesungguhnya jika aku makan malam bersamanya tak akan membuatku rugi, justru aku jadi tak akan makan malam sendiri sambil marathon drama korea yang mulai menyebalkan ceritanya. Dan lagi, Mas Galih memberikanku hadiah yang baru kutahu itu bukanlah sesuatu yang biasa. Kereta dorong lipat pemberiannya meski itu untuk Gege pakai, tapi ia memberikannya agar aku tak kesulitan saat harus berpergian bersamanya.
FlasBack hari shooting di klinik
“Putri, sini”
Panggilnya padaku yang sedang sibuk melihat-lihat kliniknya.
“Mas pinjam tanganmu”
Pinta Mas Galih padaku. Dan aku langsung saja mengulurkan tanganku seperti keinginannya. Tiba-tiba ia mengeluarkan salep berwarna putih dari saku jas putih dokternya.
“Sepertinya Gege jangan terlalu sering kamu gendong, tanganmu jadi pegal-pegal ginikan”
Kata Mas Galih sambil mengoleskan salep itu di tanganku. Itu untuk mengurangi pegal, rupanya Mas Galih memperhatikanku sedari tadi memegang pergelangan tanganku yang memang pegal. Sebelum shooting bersama Mas Galih, aku harus mengejar deadline dan sakit ditanganku yang semua illustrator tahu bagaimana pegalnya itu, biasanya aku langsung memakaikan koyo. Tapi hari ini karena ada shooting, aku takut baunya akan sangat mengganggu.
“apa Gege terkena obesitas? Aku rasa makin hari tubuhnya makin berat aja”
Kataku.
“sedikit, kamu harus lebih rajin mengajaknya berjalan-jalan dan bermain”
Ucapnya, aku tahu aktivitasnya mengoleskan salep itu sudah cukup, dan selesai pikirku. Tapi tanganku masih tetap di genggamnya.
“tapi Gege sangat aktif, bahkan dia tak bisa diam. aku yang kadang ngerasa udah kelelahan banget tapi dia masih mengambil semua mainannya padaku”
Kataku.
“apa ini sakit?”
Tanyanya padaku. Aku hanya tersenyum, saat ia menggenggam tanganku, menaik turunkan tanganku, kemudian mengayunkannya ke kanan dan ke kiri. Apa benar dia sedang memeriksa tanganku atau sedang bermain-main denganku.
“sepertinya Mas Galih memang dokter hewan. Hanya seorang dokter hewan, spesialis hewan”
Kataku, sambil tersenyum padanya.
“Mas juga bisa mengobati manusia, Mas bisa menghilangkan sakit di tanganmu ini”
Ucapnya,
“gimana?”
Tanyaku.
Saat akan di jawabnya, seorang perawat mengahampiri dan dengan canggung melangkah kearahku dan Mas Galih yang sedang saling tersenyum.
“dok”
Panggilnya singkat. Mas Galih yang masih memegang tanganku, ia cukup kaget mungkin dengan kehadiran perawat di kliniknya hingga memasukan tanganku yang masih di genggamnya masuk kedalam saku jas dokternya. Aku hanya bisa merapatkan bibirku. sedikit dan perlahan ingin kulepaskan tanganku dari tangannya dalam ruang di dalam sakunya itu. Namun tangan Mas Galih menahannya, dan malah mengaitkan jari-jarinya di antara jari-jariku.
“Gege, sudah selesai”
Ucapnya memberi tahu,
“iya, nanti aku periksa”
Ucap Mas Galih. Aku yang mendengar Gege sudah selesai melakukan tes kesehatannya, lupa bahwa tanganku masih terpaut di saku Mas Galih. Tanpa pikir panjang aku hanya melangkah maju, sayangnya tak bisa melangkah lebih jauh dan malah tertarik mundur, sedikit terlempar pada tubuh Mas Galih.
“tanganmu ketinggalan”
Ucapnya, aku berada sangat dekat dan berdiri rapat berhadapan dengan Mas Galih. tubuhnya yang tinggi membuatku hanya bisa melihat dadanya saja.
“ah, maaf Mas. Aku lupa”
Kataku, malu. Aku menunduk dan kepalaku terbenam di dadanya.
“kamu ini lucu sekali”
Ucapnya sambil terkehkeh, tangannya yang bebas menyentuh bahuku, mengelus kepalaku lembut.
“gak tau kenapa Mas rasanya nyaman banget deket kamu”
Ucapnya, aku mendengar itu merasa sangat apa ya bahasanya. Aku tahu, mungkin itu sebuah kode darinya, aku harus bagaimana jika Mas Galih memiliki perasaan padaku? sementara aku hanya, hanya tak tahu. aku tak memiliki perasaan seperti itu.
“ehm, Mas bisa di lepas?”
Tanyaku padanya,
“oh”
Akhirnya Mas Galih melepaskan genggamannya dari tanganku, setelah lepas aku pergi dengan berlari-lari kecil menjauh dari Mas Galih. sedikit aku manengoknya, ia sedang tertawa.
“duh, dia pasti berpikir yang aneh-aneh tentangku”
Kataku saat sudah berada diruangan Gege melakukan tes.
“Gege, aku harus gimana?”
Tanyaku pada Gege, perawat yang berdiri di samping Gege hanya tersenyum melihat tingkahku yang sangat aneh.
“Dokter Galih itu baik loh Mbak, dan gak pernah saya liat seperhatian itu sama perempuan sampai membelikan hadiah special”
Kata perawat itu,
“apa? hadiah special?”
Tanyaku, tak sempat di jawabnya Mas Galih datang dari arah pintu. Tahu perawat itu hanya akan jadi “pengganggu” ia buru-buru pergi meninggalkan aku dan Mas Galih di ruangan itu.
“Mas Galih, terimakasih buat hari ini, udah beliin Gege mainan dan jadwal Mas juga jadi terganggu karena shootingku”
Ucapku pada Mas Galih.
“gak apa-apa, pastiin lain kali kamu bawa Gege lagi ke sini”
Balasnya,
“pasti, kalo gitu aku pamit pergi, sekali terimakasih”
Kataku pada Mas Galih. Mas galih kemudian mengantarku sampai kedepan mobilku, ia bahkan telah repot membuka-kan pintu mobil untukku. Ah, Material boy friend sekali Mas Galih ini, tapi kenapa hatiku adem-adem saja ya? Tak ada getaran-getaran apa itu namanya, yang begitulah, seperti yang dirasakan orang yang mulai jatuh cinta.
“hati-hati”
Singkatnya.
“iya terimakasih Mas, sampai jumpa lagi”
“iya nanti malam Mas tunggu”
Ucapnya,
“ehm? Nanti malam?”
Tanyaku tak mengerti perkataannya itu
“ah enggak, pokonya hati-hati saja menyetir”
Ucap Mas Galih. akhirnya aku mulai berkendara menuju arah rumahku. Butuh waktu 25 menit sampai di kompleks perumahan, itu sudah petang dan hari sudah mulai gelap. Dan sampai di depan pintu, ada kotak dan sebuah surat disana.
Putri, Mas harap tanganmu tak lagi pegal dan Mas juga gak mau lihat tanganmu kelelahan karena Gege. Jadi terima hadiah Mas ini.
Mas Galih
“kenapa dia repot-repot kasih hadiah kayak gini???!!!”
Tanyaku, berjongkok di depat kotak yang besar, tapi tidak terlalu besar, kecil juga tidak.
“kenapa Dek? Ada bom di kotaknya?”
Tanya tetanggaku,
“ah, bukan Buk, itu hadiah dari temen”
Jawabku, dan tetanggaku hanya menggelengkan kepalanya, maafku sudah membuat keributan. Tapi aku akan membuat hidupku penuh dengan keributan sepertinya. aku seperti tengah kejatuhan Bom.
Setelah itu aku membawa masuk kotak itu dan mengirimi banyak ucapan terimakasih pada Mas Galih. semalaman, saling bertukar pesan chat. Padahal tanganku tadi sudah tak lagi pegal-pegal tapi karena terus mengetik chat pada Mas Galih malah jadi sangat pegal lagi malam itu, mataku juga sudah sangat mengantuk, tapi Mas Galih masih terus saja mengirimiku chat. Hingga pukul 11.23 malam aku sudah sangat mengantuk aku tak ingin membalas pesannya lagi, terserah apa katanya aku bisa berbohong bateray handphoneku habis, atau aku ketiduran atau sinyalnya tiba-tiba hilang.
Tapi Mas Galih melah menelponku.
“hallo Putri, Mas harap kamu suka menghabiskan seharian bareng Mas dan menganggap hari ini adalah hari yang cukup menyenangkan buat kamu”
“hem iya Mas”
Jawabku sudah tak kuat menjawab lagi.
“putri”
“hmmm”
“putri”
“iya Mas, aku belum tidur”
“putri”
“…..”
“putri selamat tidur”
Katanya, saat tahu aku sudah setertidur. Namun saat aku bangun, itu masih tersambung. Wah gila. Aku semalaman tidur dengannya, maksudku, sambil bertelpon dengannya. siapapun bisa menebak bagaimana perasaannya padaku.
Flashback end.
Jadinya aku makan malam bersama Mas Galih, selalu lima kali dalam seminggu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved