Bab 12 #Adek belum siap

by Hyoki 11:23,Feb 18,2021
*
Saatnya pergi tiba, Mas Rafa, Linda dan Cici sudah pergi dari rumahku.
“ini aja?”
Tanya Mas Galih saat aku hanya membawa koper kecil dan membawa tas kecil untuk trip bersamanya.
“iya Mas”
Aku dan Mas Galih duduk di dalam mobil, aku agak gugup. Tanganku tak bisa diam, telunjukku terus menerus mengetuk-ngetuk tasku.
“kok kaya gerogi gitu”
Mas Galih memegang tangaku sambil menatapku
“santai aja, Mas bawanya gak akan ngebut kok, kamu aman sampe sana pokoknya”
“bukan gerogi Mas, exited”
Aku berbohong, sesungguhnya bukan perjalanannya, tapi setelah sampai disananya.
Singkat cerita perjalanan 2 jam sampai di Malang. Aku memasuki gedung hotel bersama Mas Galih.
“kalian cocok sekali, bulan madu di sini akan sangat menyengkan”
Kata salah satu pelayan hotel. Aku hanya menatap Mas Galih yang juga sedang tersenyum mendengar ucapan pelayan itu, tanpa membenarkan ucapannya yang mengira aku ini sedang berbulan madu dengan Mas Galih.
“du-“
“satu kamar suit”
Kataku menyela, Mas Galih menatapku kaget. Aku tahu maksud Mas Galih memesan dua kamar, tapi aku pikir akan jadi momen terbaik untukku memperjelas perasaanku pada Mas Galih, aku akan jadikan kesempatan trip ini untuk menumbuhkan cintaku untuk Mas Galih. aku tak ma uterus bergelut dengan pertanyaan apa aku benar-benar menyukainya, aku pastikan selama di malang ini aku bisa jatuh cinta pada Mas Galih jadi aku tak harus menyesali keputusanku untuk berpacaran dengan Mas Galih. Meski sejujurnya aku takut, aku takut sekali tapi mencoba memberanikan diri.
Akhirnya setelah menaiki lift aku membuka pintu kamar hotel dan Mas Galih mengikutiku dari belakang.
“Dek”
“ehmm apa Mas?”
Mas Galih memelukku dari belakang, meletakan wajahnya di bahu.
“kita tidur bareng di sini, kamu bener mau tidur bareng Mas?”
“kenapa Mas Gak mau? Adek bisa pindah ke-“
“enggak enggak udah tidur malam ini bareng Mas”
Cup
Mas Galih mengecup bahuku yang terbuka karena aku memang mengenakan dress off shoulder berwarna putih serasi dengan kemeja putih yang Mas Galih kenakan. Aku melirik dan memiringkan kepalaku untuk melihat Mas Galih. Mas Galih yang masih memelukku erat, menciumku. Wajahnya sangat cerah dan bahagia. lagi-lagi aku tak mau merusak wajah bahagianya itu,
Aku harus jatuh cinta, benar-benar mencintainya.
Tanganku menekan kepala Mas Galih untuk menciumku lebih dalam. aku jadi lebih aktif, dan merasa lebih bergairah melakukan ciuman itu. aku berbalik badan dan mendorong Mas Galih pada ranjang king size di belang Mas Galih.
“Adek, bikin Mas kaget”
Aku hanya tersenyum dan mejatuhkan dirku di atas tubuhnya.
“sunsetnya dari sini indah banget Dek”
Kata Mas Galih, aku jadi ikut menatap langit yang mulai menjingga, dari kaca hotel yang menjadi view memenuhi bagian sisi kiri depan ruangan hotel ini. aku memejamkan mataku karena silau cahayanya.
“Mas sayang Adek”
Mas Galih mengangkat tubuhku dan membuatku terduduk diatas tubuhnya. Tanganku sudah kukalungkan pada lehernya. Aku mencium kembali bibir Mas Galih, tangan Mas Galih kali ini tak hanya diam memeluk tubuhku tapi berjalan di punggungku dan terkadang ke sisi payudaraku.
“akhh”
Mas Galih sedikit menekan payudaraku meski dari samping. Aku menatap Mas Galih dengan mata yang tak sepenuhnya terbuka. Mas Galih tersenyum melihat wajahku yang terasa panas, membelai rambutku dan membuatnya tetap berada di belakang kepalaku. Mas Galih mencium leherku dan bibirnya mengecupku turun dari leher hingga ke belahan dadaku yang kulihat dressku sudah sedikit turun.
Kriuukk
“akhhh kenapa Adek tiba-tiba laper pas gini”
Aku menutup wajahku malu, perutku tak bisa ku ajak kompromi sekali. Mas Galih hanya tertawa, dan memelukku.
“Adek ini ada-ada aja deh hahah”
“kita makan dulu”
Mas Galih, melepaskan pelukannya, dan menaikan dressku yang sedikit melorot di bagian dadaku, payudaraku yang seperti siap meloncat keluar dari dressku, membuat Mas Galih menatapnya lama.
“ayo Mas”
Kataku menarik lengan Mas Galih berjalan turun untuk memesan beberapa menu makan malam. Mas Galih membuka pintu di sisi depan dan disana terdapat swimming pool, yang menyuguhkan pemandangan dari ketinggian.
“wah, bagus banget Mas”
“kenapa mau turun”
“iya, pengen Adek”
Aku langsung berlari dan berganti dengan bikini yang kubawa. Aku berkaca lama, memperhatikan lekuk tubuhku, Dek mungkin kamu bakal nyesel lakuin ini. jujur aku sangat takut.
“ssstt ini lumayan lah, gak papa, buat Mas Galih pacar aku”
Kataku sambil berjalan keluar dan menghampiri Mas Galih di samping kolam renang itu.
“Mas”
Panggilku dan Mas Galih berbalik melihatku sudah berganti, matanya membulat, mulutnya sedikit terbuka, tangannya mengusap-usap bibir bawahnya.
“kenapa?”
“Adek”
Mas Galih meraih perutku yang tak tertutup. Bikini itu hanya menutupi kedua payudaraku, itupun tak sepenuhnya, high waist model bawahannya. Mas Galih benar-benar tak bisa berhenti menatapi tubuhku.
“Adek mau berenang”
Kataku perlahan mundur dan menjauh saat Mas Gallih terus ingin merapatkan tubuhnya padaku. Sengaja aku menjauh darinya. Aku mulai turun kedalam air.
“Mas turun”
Kataku memanggil Mas Galih yang hanya diam menontonku. Aku keasyikan berenang sampai ke ujung kolam. Setelah menyentuh bagian ujungnya, aku melihat Mas Galih yang masih diam, akhirnya aku kembali mendekat pada tempat Mas Galih berdiri. Mas Galih duduk dipinggiran, dan kakinya sudah di biarkannya berayun-ayun di air.
“ayo, turun”
Aku menarik-narik tangannya, Mas Galih hanya tersenyum padaku. Aku akhirnya melepas kancing kemejanya satu persatu. Setelah terlepas Mas Galih ku buat turun sepenuhnya kedalam kolam.
Mas Galih meletakan tangannya pada pinggang dan perutku, aku hanya membiarkannya.
Cup,
Aku mengecup Mas Galih yang sedari tadi tak berbicara apapun hanya namaku yang keluar dari mulutnya. Aku dan Mas Galih berenang hingga ke ujung kolam, melihat pemandangan kota Malang saat malam, indah sekali. Mas Galih tak menjauhkan tubuhnya dariku, bahkan aku seperti bersandar padanya, Mas Galih memelukku dari belakang, dan kepala yang kusandarkan pada dadanya yang bidang itu.
“malam ini indah banget Dek”
Matanya menatapku lekat, dan pandangannya turun pada dadaku yang tenggelam dalam air. Mas Galih sedikit mengangkatku, kakiku di letakannya di pinggangnya, membuatnya mengait disana. Dadaku kini tepat sejajar dengan wajahnya. Di hirupnya dalam dadaku yang tak tertutupi bikini itu. Mas Galih kemudian menatapku.
Aku hanya memberinya kecupan singkat dan tanganku yang sedari tadi sudah melingar di lehernya.
“Adek”
Berat suaranya terdengar.
“Mas beruntung banget punya pacar secantik kamu, kamu gak nyata buat Mas, terlalu indah sayang”
Ucap Mas Galih, aku tersenyum padanya,
“Mas tapi Adek belum bisa lebih jauh, kalo Mas Galih mau itu- mungkin bukan malam ini, mungkin di lain waktu Adek masih belum siap”
“apa maksud kamu sayang? Itu? sex? Mas sebenernya gak ada niatan buat lakuin itu sayang”
“terus ajak Adek trip kesini?”
Aku menatap Mas Galih tak mengerti
“kamu pikir Masmu ini laki-laki kaya gimana, Mas aja kaget banget waktu kamu tadi keluar pake bikini, tapi Mas jadi sadar kalo di kepala kamu itu ada pikiran liarnya”
Ucap Mas Galih membuatku memeluknya malu
“aaah Mas Galih aku jadi malu, kegeeran banget si aku mikir Mas Galih minta aku buat lakuin itu sama Mas”
“Gak papa, Adek udah dewasa artinya”
Mas Galih mengelus-elus rambut basahku.
“Mas Cuma pengen kita pacaran, beduan tanpa gangguan kaya kemarin-kemarin, Gege atau temenmu itu, Mas mungkin pengen cium dan peluk kamu, tapi buat ambil harta berharga kamu Mas takut lukain kamu, dan itu bukan yang Mas mau”
Aku menatap lagi Mas Galih, membelai wajahnya mendengar kata-katanya aku sangat bersyukur aku di cintai laki-laki berhati baik sepertinya.
“liat kamu polosan kayak gini, tubuh kamu yang indah, cantiknya wajah kamu, Mas jadi sangat ingin melindungimu sayang”
“makasih Mas”
Aku mencium Mas Galih, bibirnya ku kulum dengan lembut. Mas Galih membiarkanku menikmati dan menuntun ciuman itu.
“Mas tau gak, sebenernya Adek malu pake bikini kayak gini”
“emh? Terus kenapa pake?”
Aku memukul dada Mas Galih pelan.
“ih, inikan buat Mas Galih, aku pengen bikin Mas Galih terpesona gitu sama aku”
Kataku,
“gak usah kayak gini juga Mas udah terpesona, tertusuk, terpana sama kamu Dek”
“ah, malu”
“sini sembunyi”
Mas Galih memelukku dan tubuhku tenggelam dalam dekapannya.
“jangan dilitin Mas”
“keliatan”
Mas Galih terus saja menatap dadaku, aku membuatnya beberapa kali mengalihkan pandangannya kemaping. Sampai di ujung dekat kamar. Mas Galih lebih dulu naik dan mengambil handuk. Sementara aku baru saja naik dari kolam.
“dingin?”
“iya”
Mas Galih memakaikan handuk yang di bawanya tadi dan memelukku.
Ting
“kayanya layanan kamar, bentar Mas liat”
Mas Galih membuka pintu kamar dan mempersilahkan pelayan masuk membawa makanan.
Aku masuk dan melihat Mas Galih.
“Mas madi dulu deh kayaknya, nanti masuk angin lagi”
Kataku,
“yaudah kamu duluan Dek”
Akhirnya aku berjalan masuk kamar Mandi dan membilas tubuhku dengan air hangat. Memakai lotion dan parfume, selesai dengan cepat. Keluar menggunakan handuk kimono, aku membuka pintu. Mas Galih menungguku dari depan pintu kamar mandi.
“ih bikin kaget, sana Mas Galih mandi”
Mas Galih mengecupku dan masuk kedalam kamar mandi,
Tak lama Mas Galih keluar menggunakan handuk kimono sama denganku.
“sini Mas Adek keringin rambutnya”
Kataku, dan Mas Galih mendekat kearahku. Duduk di sampingku, aku mulai menyalakan hairdyer yang baru saja selesai kepakai.
“ahhh enak”
Aku menghentikan sebentar, rambut Mas Galih masih basah tapi tak seperti saat keluar dari kamar mandi.
“Adek pakein pelembut rambut ya, wangi kok”
Aku menuangkan beberapa tetes dan sedikit memijit kepala Mas Galih.
“kalo aja tiap hari kayak gini Dek, enak kepala Mas di pijit gini tiap abis mandi”
“iya, besok-besok Adek pijitin lagi deh”
Kataku tersenyum pada Mas Galih, dan melanjutkan lagi mengeringkan rambutnya.
“udah selesai”
“makanannya bawa sini aja, kita makan sambil nonton”
Kata Mas Galih sambil berjalan membawa satu piring pasta.
“aaa”
Aku mengikutinya dan memakan suapanya. Tak banyak aku dan Mas Galih makan malam, karena aku juga sudah ingin segera merebahkan diriku. Setelah selesai, aku berbaring, Mas galihpun berbaring di sampingku, aku memeluknya.
“Mas”
“apa sayang?”
“Mas beneran gak akan marahkan kita gak lakuin itu”
“iya Dek, lagian Mas udah janji sama diri Mas sendiri waktu jadi pacar kamu, Mas mau jagain kamu bukan nyakitin kamu”
“tapi apa emang Mas Galih gak tergoda buat lakuin itu?”
“Mas, ehm Mas pengen, pengen banget bahkan tadi hampir aja Mas hilang kendali, tapi”
“Makasih Mas”
Putusku, aku mengerti dan tahu maksud Mas Galih.
“mungkin bukan malam tapi malam nanti Adek pasti bakal lakuin itu sama Mas. Mas Gak usah takut itu bisa lukain Adek, karena Adek juga pengen lakuin itu sama orang yang Adek sayang, Adek pikir kalo Mas Galih orangnya, Adek percaya Adek gak akan terluka, karena Mas Galih orang yang pengen jagain Adek”
Jujurku,
Aku tak bisa melakukan itu sekarang karena aku masih tak yakin dengan perasaanku pada Mas Galih. aku akan menunggu sampai aku yakin, dan saat itu pasti aku akan dengan berani dan percaya untuk memeberikan itu padanya.
Mas Galih memelukku erat,
“makasih sayang”
Aku sedikit bangun dan menghadap Mas Galih, menciumnya.
“tunggu ya Mas, adek masih belum berani”
Cup cup cup
“jangan jadiin beban, Mas juga gak nuntut kamu buat lakuin itu sama Mas, kamu bahagia dan hubungan kita lebih baik setiap harinya, itu udah cukup, love you sayang”
Mas Galih mengatakannya tanpa ada nada kebohongan dari mulutnya, aku tidur dalam dadanya dan memeuluknya. Aku berterimakasih pada tuhan telah memberikan Mas Galih padaku.





Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55