Bab 18 #Pelakor
by Hyoki
12:17,Feb 18,2021
# flashback
“Dek”
“Adek”
“apa si Mas?”
“ngapain disitu turun nanati jatoh”
Kataku pada Mas Rafa yang berdiri di atas rumahku.
“sini cepet”
“gak!! Ngapain??!!!”
Mas Rafa tiba-tiba lompat dari atas dan jatuh ke tanah berumput di halaman belakang.
“Mas RAFAAA!!!”
Aku berteiak saat Mas Rafa sudah berada berjongkok diatas tanah. Aku menghampirinya, khawatir takut sesuatu terjadi padanya.
“TARAAA!!!”
“ih Mas Rafa ini, bikin Adek jantungan deh, nyebelin tau gak? Kalo jatoh terus kenapa-kenapa gimana?”
Aku marah sangat marah pada Mas Rafa. Masuk kedalam kamarku kemudian.
“iih kok marah si? Mas gak papa serius. Dari dulu kan tau aku suka lompatin tembok rumah kamu yang tinggi itu, dan Mas Rafa gak papa kan?”
Kata Mas Rafa. Aku mengingat hari itu. Mas Rafa selalu saja datang kerumah malam-malam, saat bapak dan ibu sudah tidur. Entah apa maksudnya ia datang kerumahku malam-malam. Dan kenapa baru sekarang ini aku khawatir pada Mas Rafa. Tiba-tiba saja air mataku jatuh.
“loh Dek kenapa nangis?”
“Adek”
Aku tak menjawab, memalingkan wajahku dari Mas Rafa.
“Mas Rafa nyebelin tau gak? Mas Rafa bikin Adek bingung mulu dari kemaren”
Kataku, mendorongnya keluar kamarku dan mengunci diri di dalam.
“Dek, Adek buka”
“Dek maafin Mas, tadi Cuma becanda”
“becanda tapi bikin Mas bisa celaka itu gak lucu tau gak?”
“Dek”
“Adek”
Mas Rafa terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
“pergi sana, jangan ganggu Adek dulu. Males sama Mas Rafa, Adek!”
Kataku,
“yaudah, Mas pergi tapi nanti telpon Mas ya”
Ucapnya.
Hahhh kenapa aku jadi cengeng gini si, padahal yang loncat dan kalo kenapa-kenapa juga kan Mas Rafa. Terus kenapa aku yang malah khawatir sampe takut gini ya.
Mas Galih tadi pagi menelponku, ia berkata tak bisa menemuiku hari ini. padahal kemarin sudah berjanji akan bertemu denganku, mengajakku ke luar.
“ahh!!! Kesel kenapa semua orang jadi nyebelin gini si”
Aku melemparkan handphoneku kekasurku kasar.
Kriukkk
“emosi juga butuh tenaga ternyata”
Kataku sambil memegangi perutku. Aku membuka pintu dan kulihat Mas Rafa masih duduk di depan pintu kamarku.
“kenapa masih disini”
“nunggu”
Jawab Mas Rafa
“ngapain nunggu?”
“pengen aja”
“Mas mau aku maafin gak?”
Tanyaku, memanfaatkan Mas Rafa. Aku tiba-tiba ingin es krim vanilla
“apa? Pengen es krim”
“ehmm… iya. Tunggu kok tau?”
Tanyaku.
“apasih yang Mas gak tau soal kamu”
Kata Mas Rafa mengacak-acak rambutku.
“gak inget dulu gimana pertama kali ketemu Mas?”
Aku mengingat saat itu, aku sangat marah masih SMA. Dan aku berada di area kampus Mas Rafa. Aku menangis, dan kebetulan Mas Rafa ada di sampingku. Semua orang salah paham hari itu. hanya karena Mas Rafa berdiri di sampingku yang sedang menangis, semua orang mengira Mas Rafalah yang membuatku menangis.
“jangan nangis udah”
Kata Mas Rafa mendekat padaku yang masih belum di kenalnya.
“huaaaa!!!!”
Aku malah menangis semakin keras.
“eh, udah, jangan nangis aduh gimana inii”
Mas Rafa jadi semakin di pelototi oleh semua orang yang ada disana. Akhirnya Mas Rafa melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku.
“udah, rumah kamu dimana? Aku anterin pulang”
“gak mauuu”
“terus maunya apa?”
“coklat? Es krim? Aku beliin tapi berhenti nangis, semua orang liatin jadinya”
Kata Mas Rafa, perlahan aku mereda. Hanya terdengar isakan saja.
“es krim”
Mas Rafa menggenggam tanganku dan membawaku ke sebuah gerai.
“bukan yang itu, vanilla”
Kataku saat Mas Rafa mengambil salah satu bungkus es krim stroberi
“ehmmm iya-iya”
“ini”
Mas Rafa memberikannya padaku.
“rumah kamu dimana aku anterin pulang”
Kata Mas Rafa. Aku hanya diam.
“gak mau pulang”
“terus? Aku harus pergi”
“temenin bentar aja”
Pintaku.
“bentar ya?”
“tapi pengen lagi es krimnya”
“dasar anak aneh”
Mas Rafa terlihat kesal tapi masuk kembali ke dalam gerai itu dan membeli es krim lagi untukku. Mas Rafa menemaniku hari itu. sampai supir Bapak menjemputku pulang.
Setelah itu entah bagaiamana aku dan Mas Rafa jadi sering bertemu. Dan menjadi dekat.
*
“nih”
Kata Mas Rafa memberikan es krim itu padaku.
“gak jalan sama Masmu?”
Tanya Mas Rafa
“Mas Galih sibuk”
“sibuk sama anjingnya, kasian pacarnya di anggurin gini”
Kata Mas Rafa membuatku kesal saja, aku mulai bangun namun Mas Rafa menahanku sambil tersenyum
“sensi banget sih, gitu aja marah”
“lagi dapet, makanya jangan ganggu”
Kataku.
“jadi kemaren pembalut siapa yang kamu pake?”
Tanya Mas Rafa, oooh berhenti tanya soal itu.
“gak penting yang mana yang Adek pakek ya”
“tapi aku liat postingan si Galih yang beliin pembalut buat kamu, gak ada satupun yang biasa kamu pake tuh”
“terus???”
Kataku. Memang Mas Galih membelikan pembalut, sangat banyak hari itu tapi taka da yang selalu ku pakai. Dan Mas Rafa sangat tahu produk mana yang selalu ku pakai. Mungkin karena dia sering melihat.
“jawab Dek”
“iya-iya dari Mas Rafa yang Adek pakek puas???”
“yeahh 2-0”
“apa sih Mas Rafa ini kayak bocah tau gak?”
“Dek jujur deh kayaknya Mas Rafa lebih cocok jadi pacar kamu di banding Mas Galih”
Ucapnya, tiba-tiba
“Mas Rafa ini udah punya Linda ya! Jadi jangan mikir yang macem-macem”
“dek”
“udah ah, Adek mau ke klinik Mas Galih sama Gege”
Aku langsung pergi bersama Gege meninggalkan mas Rafa yang berbicaranya semakin melantur itu.
Dalam perjalanan aku jadi berpikir, benar, Mas Rafa memang mengenalku lebih dari Mas Galih mengenalku. Aku pikir itu wajar, karena Mas Rafa bersamaku lima tahun lamanya. Tapi itu, rasanya, ada yang aneh.
Aku menaiki taxi online menuju klinik Mas Galih. kulihat pemberitaan online dari ponselku.
-pelakor, artis ini menjadi pelakor temannya sendiri-
“iiiih apa banget si, ngapain ngerebut pacar temen sendiri kayak gak ada cowok lagi aja”
Kataku
“iya Mba, sekarang lagi musim temen makan temen kayak gitu”
Supir itu menyahutiku.
“kenapa yak Pak?”
“mungkin lebih deket sama sahabatnya sendiri dari pada sama pacarnya makanya kayak gitu”
Aku jadi diam. aku berkaca pada diriku sendiri. Aku bersama Mas Rafa. Noo!!! Adek No!!!
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku harus menjaga jarak dengan Mas Rafa kalau tak ingin terjadi hal buruk diantara persahabatanku dengan mereka.
Tapi apa yang kulakukan dengan Mas Rafa, apa itu udah di sebut cheating ya? Aku telah melakukan banyak hal di belakang Linda bersama Mas Rafa.
“oooh tuhan!!! No!!”
“kenapa Mbak? Pacarnya jug alebih deket sama sahabatnya di banding Mbaknya ya?”
“ih amit-amit Pak”
Balasku
“semoga tidak ya Mbak”
Tak lama akupun sampai dan bertemu Mas Galih di klinik.
“Dek”
“Adek”
“apa si Mas?”
“ngapain disitu turun nanati jatoh”
Kataku pada Mas Rafa yang berdiri di atas rumahku.
“sini cepet”
“gak!! Ngapain??!!!”
Mas Rafa tiba-tiba lompat dari atas dan jatuh ke tanah berumput di halaman belakang.
“Mas RAFAAA!!!”
Aku berteiak saat Mas Rafa sudah berada berjongkok diatas tanah. Aku menghampirinya, khawatir takut sesuatu terjadi padanya.
“TARAAA!!!”
“ih Mas Rafa ini, bikin Adek jantungan deh, nyebelin tau gak? Kalo jatoh terus kenapa-kenapa gimana?”
Aku marah sangat marah pada Mas Rafa. Masuk kedalam kamarku kemudian.
“iih kok marah si? Mas gak papa serius. Dari dulu kan tau aku suka lompatin tembok rumah kamu yang tinggi itu, dan Mas Rafa gak papa kan?”
Kata Mas Rafa. Aku mengingat hari itu. Mas Rafa selalu saja datang kerumah malam-malam, saat bapak dan ibu sudah tidur. Entah apa maksudnya ia datang kerumahku malam-malam. Dan kenapa baru sekarang ini aku khawatir pada Mas Rafa. Tiba-tiba saja air mataku jatuh.
“loh Dek kenapa nangis?”
“Adek”
Aku tak menjawab, memalingkan wajahku dari Mas Rafa.
“Mas Rafa nyebelin tau gak? Mas Rafa bikin Adek bingung mulu dari kemaren”
Kataku, mendorongnya keluar kamarku dan mengunci diri di dalam.
“Dek, Adek buka”
“Dek maafin Mas, tadi Cuma becanda”
“becanda tapi bikin Mas bisa celaka itu gak lucu tau gak?”
“Dek”
“Adek”
Mas Rafa terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
“pergi sana, jangan ganggu Adek dulu. Males sama Mas Rafa, Adek!”
Kataku,
“yaudah, Mas pergi tapi nanti telpon Mas ya”
Ucapnya.
Hahhh kenapa aku jadi cengeng gini si, padahal yang loncat dan kalo kenapa-kenapa juga kan Mas Rafa. Terus kenapa aku yang malah khawatir sampe takut gini ya.
Mas Galih tadi pagi menelponku, ia berkata tak bisa menemuiku hari ini. padahal kemarin sudah berjanji akan bertemu denganku, mengajakku ke luar.
“ahh!!! Kesel kenapa semua orang jadi nyebelin gini si”
Aku melemparkan handphoneku kekasurku kasar.
Kriukkk
“emosi juga butuh tenaga ternyata”
Kataku sambil memegangi perutku. Aku membuka pintu dan kulihat Mas Rafa masih duduk di depan pintu kamarku.
“kenapa masih disini”
“nunggu”
Jawab Mas Rafa
“ngapain nunggu?”
“pengen aja”
“Mas mau aku maafin gak?”
Tanyaku, memanfaatkan Mas Rafa. Aku tiba-tiba ingin es krim vanilla
“apa? Pengen es krim”
“ehmm… iya. Tunggu kok tau?”
Tanyaku.
“apasih yang Mas gak tau soal kamu”
Kata Mas Rafa mengacak-acak rambutku.
“gak inget dulu gimana pertama kali ketemu Mas?”
Aku mengingat saat itu, aku sangat marah masih SMA. Dan aku berada di area kampus Mas Rafa. Aku menangis, dan kebetulan Mas Rafa ada di sampingku. Semua orang salah paham hari itu. hanya karena Mas Rafa berdiri di sampingku yang sedang menangis, semua orang mengira Mas Rafalah yang membuatku menangis.
“jangan nangis udah”
Kata Mas Rafa mendekat padaku yang masih belum di kenalnya.
“huaaaa!!!!”
Aku malah menangis semakin keras.
“eh, udah, jangan nangis aduh gimana inii”
Mas Rafa jadi semakin di pelototi oleh semua orang yang ada disana. Akhirnya Mas Rafa melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku.
“udah, rumah kamu dimana? Aku anterin pulang”
“gak mauuu”
“terus maunya apa?”
“coklat? Es krim? Aku beliin tapi berhenti nangis, semua orang liatin jadinya”
Kata Mas Rafa, perlahan aku mereda. Hanya terdengar isakan saja.
“es krim”
Mas Rafa menggenggam tanganku dan membawaku ke sebuah gerai.
“bukan yang itu, vanilla”
Kataku saat Mas Rafa mengambil salah satu bungkus es krim stroberi
“ehmmm iya-iya”
“ini”
Mas Rafa memberikannya padaku.
“rumah kamu dimana aku anterin pulang”
Kata Mas Rafa. Aku hanya diam.
“gak mau pulang”
“terus? Aku harus pergi”
“temenin bentar aja”
Pintaku.
“bentar ya?”
“tapi pengen lagi es krimnya”
“dasar anak aneh”
Mas Rafa terlihat kesal tapi masuk kembali ke dalam gerai itu dan membeli es krim lagi untukku. Mas Rafa menemaniku hari itu. sampai supir Bapak menjemputku pulang.
Setelah itu entah bagaiamana aku dan Mas Rafa jadi sering bertemu. Dan menjadi dekat.
*
“nih”
Kata Mas Rafa memberikan es krim itu padaku.
“gak jalan sama Masmu?”
Tanya Mas Rafa
“Mas Galih sibuk”
“sibuk sama anjingnya, kasian pacarnya di anggurin gini”
Kata Mas Rafa membuatku kesal saja, aku mulai bangun namun Mas Rafa menahanku sambil tersenyum
“sensi banget sih, gitu aja marah”
“lagi dapet, makanya jangan ganggu”
Kataku.
“jadi kemaren pembalut siapa yang kamu pake?”
Tanya Mas Rafa, oooh berhenti tanya soal itu.
“gak penting yang mana yang Adek pakek ya”
“tapi aku liat postingan si Galih yang beliin pembalut buat kamu, gak ada satupun yang biasa kamu pake tuh”
“terus???”
Kataku. Memang Mas Galih membelikan pembalut, sangat banyak hari itu tapi taka da yang selalu ku pakai. Dan Mas Rafa sangat tahu produk mana yang selalu ku pakai. Mungkin karena dia sering melihat.
“jawab Dek”
“iya-iya dari Mas Rafa yang Adek pakek puas???”
“yeahh 2-0”
“apa sih Mas Rafa ini kayak bocah tau gak?”
“Dek jujur deh kayaknya Mas Rafa lebih cocok jadi pacar kamu di banding Mas Galih”
Ucapnya, tiba-tiba
“Mas Rafa ini udah punya Linda ya! Jadi jangan mikir yang macem-macem”
“dek”
“udah ah, Adek mau ke klinik Mas Galih sama Gege”
Aku langsung pergi bersama Gege meninggalkan mas Rafa yang berbicaranya semakin melantur itu.
Dalam perjalanan aku jadi berpikir, benar, Mas Rafa memang mengenalku lebih dari Mas Galih mengenalku. Aku pikir itu wajar, karena Mas Rafa bersamaku lima tahun lamanya. Tapi itu, rasanya, ada yang aneh.
Aku menaiki taxi online menuju klinik Mas Galih. kulihat pemberitaan online dari ponselku.
-pelakor, artis ini menjadi pelakor temannya sendiri-
“iiiih apa banget si, ngapain ngerebut pacar temen sendiri kayak gak ada cowok lagi aja”
Kataku
“iya Mba, sekarang lagi musim temen makan temen kayak gitu”
Supir itu menyahutiku.
“kenapa yak Pak?”
“mungkin lebih deket sama sahabatnya sendiri dari pada sama pacarnya makanya kayak gitu”
Aku jadi diam. aku berkaca pada diriku sendiri. Aku bersama Mas Rafa. Noo!!! Adek No!!!
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku harus menjaga jarak dengan Mas Rafa kalau tak ingin terjadi hal buruk diantara persahabatanku dengan mereka.
Tapi apa yang kulakukan dengan Mas Rafa, apa itu udah di sebut cheating ya? Aku telah melakukan banyak hal di belakang Linda bersama Mas Rafa.
“oooh tuhan!!! No!!”
“kenapa Mbak? Pacarnya jug alebih deket sama sahabatnya di banding Mbaknya ya?”
“ih amit-amit Pak”
Balasku
“semoga tidak ya Mbak”
Tak lama akupun sampai dan bertemu Mas Galih di klinik.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved