Bab 10 #Adek bukan anak kecil lagi 3
by Hyoki
11:16,Feb 18,2021
“hoammmm”
Aku terbangun karena cahaya dari jendela kamarku yang sangat menyilaukan.
“ah ini udah siang banget”
Saat kulihat jam 9.47 pagi. Aku melihat kesampingku, teringat semalam.
“Mas Rafa”
Aku melihat diriku yang terbungkus selimut putih tebalku. Aku tidur hanya menggunakan kaos kebesaran Mas Rafa. Celanaku semalam Mas Rafa lepas dan hanya tidur seperti saat ini, tapi tak terjadi apapun. Mas Rafa yang tidur tanpa berpakaian, aku tahu itu kebiasaannya. Dan aku tidur hanya mengenakan kausnya saja, itu ternyata membuatku bisa tidur dengan nyenyak.
“Pagi”
Mas Rafa datang membawa toast dan 2 botol yogurt,
“uwah, tumben”
Kataku, dan duduk menyender ke kepala ranjangku.
“gak laper?”
“laperlah”
Mas Rafa yang top less hanya mengunakan celananya saja duduk disampingku. Bukan mengambil toast buatannya tapi mengambil kamera milikku. Memotret wajah bantalku.
“ah, Mas Rafa apa si, Adek lagi gini juga”
“cantik kok, meski rada bau jigong”
Ledeknya,
Aku merebut kamera di tangannya, ikut memotret Mas Rafa yang sedang menggigit toast. Ehm bagiamana ya, sexy sekali hasilnya. Otot perutnya yang di biarkan terpampang, jeans belelnya, dan roti yang di gigit kasar diatas kasurku yang berwarna putih.
“bagus loh Mas liat kayak model”
“wih tumben bagus fotonya”
“sini, foto berdua”
Akhirnya Mas Rafa memotret aku dan dirinya. banyak pose. Mas Rafa yang seperti gemas mencubit hidungku, menggigit pipiku, dan membuatku tampak seperti bersembunyi di dalam peluknya. Aku tak bisa jauh dari selimutku, karena di balik itu aku tak memakai celana apapun.
Mas Rafa meraih tanganku, dan meanrikku dalam pelukannya.
“belum pake celana ya?”
“itu tau, ambilin gih”
“males”
Ucap Mas Rafa sambil menyedot kasar yogurtnya. Aku bersender pada tubuh Mas Rafa, rasanya sangat nyaman, berada di dekat Mas Rafa.
“padahal hari ini aku harus jemput Gege di rumah ibu”
“lah, Gege aku pikir ikut Cici loh”
“enggak, Gege di ambil ibu waktu kemarin ibu anterin sup yang Mas abisin”
“pantes rumahmu sepi gak ada yang gukgukguk”
“itu ada”
“siapa”
“kamu Mas barusan udah mirip Gege loh”
“dasar nyebelin”
Mas Rafa memelukku erat, menjitak kepalaku dengan gemas.
“kira-kira kalo Linda liat kita kayak gini gimana ya?”
Aku jadi teringat pada Linda
“seharusnya sih jadi sebuah pembalasan, karena aku juga udah berkali-kali liat dia tidur sama laki-laki lain”
“kok Mas cuek gitu si?”
“karena udah gak ada yang bisa di pertahanin Dek”
Aku menatap mata Mas Rafa yang teduh, alis tebalnya, hidung mancungnya. Aku membelai wajah Mas Rafa itu.
“kenapa Linda bisa tega gitu sama laki-laki kaya gini ya?”
Cup
Mas Rafa mengecup bibirku,
“ehm”
Aku merapatkan bibirku
“ada kamukan Dek”
“jadi Adek Mas jadiin pelampiasan gitu?”
“enggak juga”
Mas Rafa mendorongku, dan membuatku berbaring kembali. Mas Rafa menciumi tengukku dan leherku,
“akhh Mas Rafa jangan lagi”
Kataku yang tak didengar Mas Rafa.
“gak hari ini, tapi besok-besok”
Kata Mas Rafa kemudian menggulungku dengan selimut. Memangkuku ke kamar mandi. Aku di dudukan di pinggiran bathup.
“ah lepas Mas Rafa”
Sampai dikamar mandi Mas Rafa mengeluarkan sikat dan pasta gigi.
“iiiii”
Aku menirukan Mas Rafa
“iiii”
Dan Mas Rafa menggosok gigi dengan pelan dan lembut. Memakaikan headband dan membasuh wajahku dengan facial foamku.
“Mas Rafa aku bukan bayi, aku bisa sendiri”
Kataku, namun Mas malah keasikan mengusapkan busa dari facial foam di wajahku.
“gemesin tau gak pipi kamu kenapa kayak gini”
“Mas Rafa gak bosen, tiap hari Mas Rafa gak pernah absen mainin pipi aku? di cubitin, di gigitin, sampe di kasih selai terus di emut”
Mas Rafa malah tertawa mendengar aku ngedumel
“hobi baru aku mainin pipi bakpau kamu Dek”
Balasnya, sekarang selesai. Aku hanya harus membersihkan tubuhku. Tapi Mas Rafa malah diam saja dan menatapku.
“udah lepasin, Adek mau mandi”
“Mas mandiin deh nanggung”
“enggak, gak mau nanti Adek di apa-apain lagi”
“enggaklah semalem aman kan?”
“iya karena semalem aman, jadi Mas Rafa mau apa-apain Adek sekarang gitu”
“buruk banget si, pikiran kamu”
Mas Rafa berdiri setelah berjongkok sedari tadi berjongkok.
“ini lepasin”
Mas Rafa malah menyalakan keran, dan menuangkan sabun dan beberapa essential oil kedalam air itu. busa sudah banyak memenuhi bathup. Akhirnya Mas Rafa melepaskan kaitan selimut ditubuhku.
“ini biar Mas laundry, semalem kena cum-nya Mas”
“gak papa nanti biar aku aja”
Kakiku mulai ku masukan kedalam busa-busa itu. aku memunggungi Mas Rafa dan melepas kaos miliknya, Mas Rafa menarik kaus itu saat sudah berada diujung kepalaku. Aku menenggelamkan diri pada busa-busa yang Mas Rafa buatkan untukku pagi ini.
“suka?”
“ehm, makasih Mas”
Mas Rafa mengambil tanganku dan menuangkan oil di atasnya, mengusap tanganku dengan lembut.
“Mas gak akan ikut masuk?”
Tanyaku membuat Mas Rafa menatapku dengan mata yang disipitkannya.
“tadi gak mau di apapain Mas, sekarang malah minta Mas masuk ke dalem”
“ya sekarangkan beda sama tadi”
“Males mandi, dingin”
“padahal semalem Mas kan orgasme”
“udah ya, tadi pagi Mas bangun langsung cuci, kamu tuh bersihin di bawah sana”
Kata Mas Rafa,
“Gak boleh di bersihin pake sabun ini, pHnya terlalu basa nanti malah bunuh bakteri baik di sana”
“lah kok bisa?”
“bisa Mas, Adek udah ikutin edukasi kesehatan kewanitaan”
“wah, sehat berarti?”
“iyalah sehat, bersih”
“gak ada bulunya lagi”
Kata Mas Rafa, membuatku menatapnya tak percaya
“loh kok tau? Jangan bilang??
“gimana Mas gak liat, tidur kamu tuh gak bisa diem, selimut kamu naik turun, kamu tendangin, Mas sampe benerin berkali-kali takut kamu masuk angin”
“iya? Perasaan Adek tidur kayak bidadari deh”
“hahahh ngaca sana, tidur kamu Dek, Mas aja takut ketendang”
“ih Mas Rafa jangan bongkar aib dong”
Kataku sambil melemparkan busa dari tanganku.
“diem ih”
“huhhhh”
Lagi aku meniupkan busa pada Mas Rafa.
“diem Adek, Mas gak ada lagi celana”
Kata Mas Rafa saat busa-busa yang tiupkan mendarat di kaki Mas Rafa.
“huuuuu”
“perih, Mas Rafamah kena mata”
Protesku,
“sini Mas usap”
Mas Rafa begitu dekat denganku, mengusap pelan mataku dengan jari-jarinya.
“masih perih?”
“udah nggak”
Tak lama acara mandiku selesai. Mas Rafa mengambilkan handuk untukku. Dan melangkah lebih dulu ke kamarku.
Ting
Linda : Dek, titip Mas Rafa ya, aku udah sampe Lombok
“siapa?”
Tanya Mas Rafa
“pacarmu, suruh aku jagain kamu Mas”
“hyfffttt”
“kalo masih peduli ngapain titip orang coba”
“hay Guys”
Ucap Cici yang masuk kekamarku saat aku sedang mengeringkan rambutku.
“loh Mas Rafa ngapain nggak pake baju di kamar Adek”
“basah-basahan, main busa”
Jawab Mas Rafa asal
“tau tuh gak ada kerjaan emang di tinggal pacarnya ke Lombok”
“oh iya Linda pemotretan di Lombok bareng ituloh, siapa actor yang suka traveling itu? itulah pokoknya yang blasteran”
“hebat ya, udah lupa sama pacar dia”
Mas Rafa meledek pacarnya yang sedang pergi jauh
“udahlah Mas, dukung pacarnya yang mulai meroket karirnya”
“ih kita bertiga kayak trio jomblo sekarang, eh tapi Adek udah taken deh sekarang”
Kata Cici bersemangat di saat Mas Rafa sedang buruk suasana hatinya.
“iya, padahal baru minggu kemaren kita makan gyoza terus mereka panas-panasin aku buat ketemu Gilang”
Ingatku pada hari terakhir aku berkumpul dengan formasi lengkap.
“yah, untung ada Adeklah”
“lah gue gak Mas akuin”
“males”
Jawab Mas Rafa, membuat Cici meleparkan bantal pad Mas Rafa, dan tak mau kalah Mas Rafa jadi membalasnya dengan melemparkan boneka pandaku yang ada dikasur. Mereka jadi bergelut dan membuat kasurku berantkan.
“aaa!!! Jangan di jambakkk! Dek tolongin Dek”
Kata Mas Rafa yang sepertinya kalah oleh Cici
“ehemm”
Suara itu, Mas Galih muncul saat Mas Rafa dan Cici sedang ribut kamarku,
“loh Mas Galih pagi banget”
Mas Rafa dan Cici yang menyadari itu langsung mengehentikan aksi mereka.
“pagi Mas Galih”
Sapa Cici
Mas Galih hanya melemparkan senyum pada Cici dan Mas Rafa. Tatapannya pada Mas Rafa berbeda sekali dengan semalam. Aku berjalan menghampiri Mas Galih, berjalan berdua meninggalkan kamar dan duduk di ruang tengah.
“pagi banget, aku pikir siang nanti Mas Galih ada jadwal”
“iya, kamu gak bales chat Mas jadinya Mas ke sini deh”
“kenapa? Chat apa? Ada yang Mas mau bilang sama aku?”
“engga papa kok, Cici sama Rafa nginep?”
“enggak”
Cici yang engga dan Mas Rafa yang nginep jawabku dalam hati.
“Mas mau aku buatin coffee”
“boleh”
“bentar ya”
“di masukin ke mug take away aja Dek, buat nanti Mas mau langsung pergi soalnya”
“loh kok cepet banget”
“iya tadi cuma mastiin aja, kamu …”
Tak diteruskannya.
“apa?"
"Engga jadi”
Terdengar dari kamar Mas Rafa dan Cici sedang tertawa dengan keras.
“mereka memang selalu kayak gitu Mas, abaikan aja”
Kataku pada Mas Galih.
“mereka deket?”
“deket banget sampe kayak tom and Jerry gitu”
Kataku melebihkan ceritaku.
“gitu ya”
Setelah jadi Mas Galih akhirnya berjalan keluar dan akupun mengantarnya sampai kedepan mobilnya.
“besok aku jemput”
“ehm?”
“besok kita ke Malang inget?”
“ah iya, okey Mas”
“ehm, boleh Mas peluk?”
Tanya Mas Galih pelan dan terdengar sangat ragu meinta hal itu. aku jaid ragu apa aku harus memeluknya atau menolaknya.
“sini”
Aku merentangkan tanganku, mempersilahkannya memelukku.
“hari ini Mas bakal kangen kamu banget Dek”
“ehmm, pacarku sibuk ya hari ini semangat ya”
Tangaku mengelus-elus punggung Mas Galih berharap bisa memberinya semangat.
“aktifin handphone kamu Mas hubungin kamu nanti”
Ucap Mas Galih sebelum masuk kedalam mobil.
“dah, hati-hati”
Kataku melambaikan tangan padanya. Setelah melaju aku masuk kembali kedalam.
Cici dan Mas Rafa sedang mentertawakan sesuatu.
“kalian ngapain si?”
“Dek, Liat”
Cici memberikan handphone miliku,
Ku lihat itu isi pesan dari Mas Galih.
Dek
Adek
Dek
Bangun
Masih tidur ya?
Dek
Emot peluk
Emot menunggu
Adek, mas kangen bales
Adek sayang
Dek
Gak lagi sama Mas temenmu itu kan
Dek
Adek
Dan masih panjang lagi
“Dek pacarmu kenapa, kok konyol gitu. Dua jam gak bales kok sampe +99 pesan masuk”
“wah, aku aja gak nyangka loh dari tadi pagi hadphoneku silent makanya gak aku bales”
“ckckck”
Dalam hati aku mengumpat pada Mas Rafa. Kalo bukan karena ulahnya aku pasti bisa balesin pesan Mas Galih.
“Dek mau ambil Gege?”
“iya, bentar lagi, ikut yuuu”
Ajakku pada Cici
“sama Mas Rafa tuh, kasian di tinggal jadi kayak jombli gitu. Aku mau ke perpus”
“perpus? Nagapainn”
“ngemodus sama penulis baru yang lagi negluarin buku baru disana”
“ihhh dasar”
Kataku,
“dah Adek”
Cici buru-buru pergi, keluar dari rumahku.
“Mas Rafa mau anter?”
“yowis dek tak anterr”
Kata Mas Rafa, aku mengambil jaketku dan tasku.
“ayo”
“rumah Mas dulu, Ganti”
Aku menurut Mas Rafa, mengikutinya di belakang. Sampai dirumah Mas Rafa aku malah merebahkan diriku di kasurnya.
“Mas Mandi bentar ya”
“bukannya tadi pagi mandi?”
“engga tadi pagi cuma, basuh ini aja. Oh iya lupa celana dalem Mas ketinggalan di kamar mandi kamu”
Kata Mas Rafa setelah masuk kedalam kamar mandi.
“wah, bener-bener deh”
Menunggu Mas Rafa aku jadi berguling-guling di kasurnya, rasanya seperti lebih nyaman tidur di kamar Mas Rafa dari pada kamarku sendiri.
“bau Mas Rafa”
Saat kucium bau bantalnya, Mas Rafa sangat aku kenal bau tubuhnya, tanpa parfume aku tahu baunya seperti ini, maskulin. Tak sadar aku malah menutup mataku, dan tertidur.
Aku merasakan seseorang membelai wajahku, mengelus pipiku. Hingga aku membuka Mataku.
“Mas Rafa mandi lama banget Adek jadi ketiduran”
“kamu yang tidur lama banget”
“apaan, hahh?!!! Mas Rafa kenapa gak bangunin Adek? Ini udah jam 6 sore”
Kataku kaget saat melihat jam, bagaimana bisa aku bisa tidur selama itu.
“kebo”
“terus gimana dong Gege?”
“besok aja lagi”
“handphoneku low batt”
“charger sana, jangan dulu balik di luar ujan”
“iya”
aku mengisi batre handphone dan berbaring kembali di kasur Mas Rafa.
“kenapa enka banget tidur disini?”
“yakan dari tadi aku peluk makanya kamu nyenyak tidurnya”
“ih Mas Rafa mah cari-cari kesempatan”
“tapi emang enakkan kayak gini Mas peluk?”
Tanya Mas Rafa sambil memelukku
“nginep sini Dek”
“ehem, kalo ujannya gak berhenti ya Adek nginep Mas”
“tidur lagi ah”
Kataku membenarkan posisiku dan bantalku. Mas Rafa hanya tesneyum memperhatikanku.
“Nggak lepas bra?”
Aku hanya menatap Mas Rafa dengan tatapan bertanya maksud perkataannya
“bukannya kamu tidur suka lepas bra?”
“kok Mas Rafa tau, suka perhatiin Adek yaaa”
“iya kenapa? Gak boleh?”
Tanya Mas Rafa
“gak bolehlah, Mas Rafakan pacar Linda”
Mas Rafa mendekat ke arahku, dan memutar tubuhku. Melepaskan pengait braku dari balik kaos yang kupakai. Melepaskan talinya melalu tangan kanan dan kiriku dan menariknya dari bagian leherku.
“udah tidur lagi gih”
“iih Mas Rafa seenaknya banget sama Adek”
Dan aku tahu itu salahku juga membiarkannya brtingkah semaunya.
“Mas nonton film”
“film apa?”
“apa aja”
Mas Rafa menyalakan yang ada tv dikamarnya, mendari-cari film disana.
“ini aja”
Aku akhirnya memilih drama korea, dan bukan film. Seperti biasa aku tidur di lengan Mas Rafa,
“ini film monster di gedung loh dek tapi judulnya kok sweet home”
“aaaa!!!”
Aku kaget saat tiba-tiba muncul monster disana, memakan manusia disana, darah mengalir dan pemeran utamanya mulai berlarian.
“sok berani si, mau nonton kaya ginian”
Kata Mas Rafa padaku yang sudah bersembunyi dalam pelukannya.
“pindahin Mas”
“seru tapi, editingnya bagus, monsternya juga kece buat setingkat drama korea”
“bagus dramanya, tapi jelek banget muka monsternya”
Kataku yang sedikit mengintip di antara jari tangan Mas Rafa yang ku jadikan penghalang,
“aaa!! Adek takut ah”
“yaudah gak usah liat, tidur aja”
Tangan Mas Rafa menekan kepalaku untuk kembali bersembunyi dan hanya melihat dadanya saja.
“suaranya masih kedengeran Mas”
Mas Rafa menutup telingaku dengan tangannya yang besar.
“dasar Adek”
Kata Mas Rafa,
Cup
Mas Rafa mengecup bibirku dan menonton kembali drama di tv. Aku menatap Mas Rafa dari dekat. Aku mengingat apa yang selama ini kulakukan bersama Mas Rafa yang tak pernah dilakukannya bersama Linda. Bahkan aku juga mengingat bagaimana orang yang baru mengenalku atau Mas Rafa dan Linda, mereka selalu salah mengira bahwa akulah pacar Mas Rafa bukan Linda.
“jangan liatin gitu, kenapa baru sadar ya Mas Ganteng?”
Aku menarik wajah Mas Rafa dan mencium bibirnya. Menghisap bibir bawahnya, dan menerobos masuk kedalam mulutnya. Mas Rafa membalas ciumanku. Kini Mas Rafa jadi berada di aatasku.
“Mas”
Panggilku lirih
“ehmm”
Jawab Mas Rafa, tangannya mengusap bibirku.
“Adek pengen itu…”
Aku terbangun karena cahaya dari jendela kamarku yang sangat menyilaukan.
“ah ini udah siang banget”
Saat kulihat jam 9.47 pagi. Aku melihat kesampingku, teringat semalam.
“Mas Rafa”
Aku melihat diriku yang terbungkus selimut putih tebalku. Aku tidur hanya menggunakan kaos kebesaran Mas Rafa. Celanaku semalam Mas Rafa lepas dan hanya tidur seperti saat ini, tapi tak terjadi apapun. Mas Rafa yang tidur tanpa berpakaian, aku tahu itu kebiasaannya. Dan aku tidur hanya mengenakan kausnya saja, itu ternyata membuatku bisa tidur dengan nyenyak.
“Pagi”
Mas Rafa datang membawa toast dan 2 botol yogurt,
“uwah, tumben”
Kataku, dan duduk menyender ke kepala ranjangku.
“gak laper?”
“laperlah”
Mas Rafa yang top less hanya mengunakan celananya saja duduk disampingku. Bukan mengambil toast buatannya tapi mengambil kamera milikku. Memotret wajah bantalku.
“ah, Mas Rafa apa si, Adek lagi gini juga”
“cantik kok, meski rada bau jigong”
Ledeknya,
Aku merebut kamera di tangannya, ikut memotret Mas Rafa yang sedang menggigit toast. Ehm bagiamana ya, sexy sekali hasilnya. Otot perutnya yang di biarkan terpampang, jeans belelnya, dan roti yang di gigit kasar diatas kasurku yang berwarna putih.
“bagus loh Mas liat kayak model”
“wih tumben bagus fotonya”
“sini, foto berdua”
Akhirnya Mas Rafa memotret aku dan dirinya. banyak pose. Mas Rafa yang seperti gemas mencubit hidungku, menggigit pipiku, dan membuatku tampak seperti bersembunyi di dalam peluknya. Aku tak bisa jauh dari selimutku, karena di balik itu aku tak memakai celana apapun.
Mas Rafa meraih tanganku, dan meanrikku dalam pelukannya.
“belum pake celana ya?”
“itu tau, ambilin gih”
“males”
Ucap Mas Rafa sambil menyedot kasar yogurtnya. Aku bersender pada tubuh Mas Rafa, rasanya sangat nyaman, berada di dekat Mas Rafa.
“padahal hari ini aku harus jemput Gege di rumah ibu”
“lah, Gege aku pikir ikut Cici loh”
“enggak, Gege di ambil ibu waktu kemarin ibu anterin sup yang Mas abisin”
“pantes rumahmu sepi gak ada yang gukgukguk”
“itu ada”
“siapa”
“kamu Mas barusan udah mirip Gege loh”
“dasar nyebelin”
Mas Rafa memelukku erat, menjitak kepalaku dengan gemas.
“kira-kira kalo Linda liat kita kayak gini gimana ya?”
Aku jadi teringat pada Linda
“seharusnya sih jadi sebuah pembalasan, karena aku juga udah berkali-kali liat dia tidur sama laki-laki lain”
“kok Mas cuek gitu si?”
“karena udah gak ada yang bisa di pertahanin Dek”
Aku menatap mata Mas Rafa yang teduh, alis tebalnya, hidung mancungnya. Aku membelai wajah Mas Rafa itu.
“kenapa Linda bisa tega gitu sama laki-laki kaya gini ya?”
Cup
Mas Rafa mengecup bibirku,
“ehm”
Aku merapatkan bibirku
“ada kamukan Dek”
“jadi Adek Mas jadiin pelampiasan gitu?”
“enggak juga”
Mas Rafa mendorongku, dan membuatku berbaring kembali. Mas Rafa menciumi tengukku dan leherku,
“akhh Mas Rafa jangan lagi”
Kataku yang tak didengar Mas Rafa.
“gak hari ini, tapi besok-besok”
Kata Mas Rafa kemudian menggulungku dengan selimut. Memangkuku ke kamar mandi. Aku di dudukan di pinggiran bathup.
“ah lepas Mas Rafa”
Sampai dikamar mandi Mas Rafa mengeluarkan sikat dan pasta gigi.
“iiiii”
Aku menirukan Mas Rafa
“iiii”
Dan Mas Rafa menggosok gigi dengan pelan dan lembut. Memakaikan headband dan membasuh wajahku dengan facial foamku.
“Mas Rafa aku bukan bayi, aku bisa sendiri”
Kataku, namun Mas malah keasikan mengusapkan busa dari facial foam di wajahku.
“gemesin tau gak pipi kamu kenapa kayak gini”
“Mas Rafa gak bosen, tiap hari Mas Rafa gak pernah absen mainin pipi aku? di cubitin, di gigitin, sampe di kasih selai terus di emut”
Mas Rafa malah tertawa mendengar aku ngedumel
“hobi baru aku mainin pipi bakpau kamu Dek”
Balasnya, sekarang selesai. Aku hanya harus membersihkan tubuhku. Tapi Mas Rafa malah diam saja dan menatapku.
“udah lepasin, Adek mau mandi”
“Mas mandiin deh nanggung”
“enggak, gak mau nanti Adek di apa-apain lagi”
“enggaklah semalem aman kan?”
“iya karena semalem aman, jadi Mas Rafa mau apa-apain Adek sekarang gitu”
“buruk banget si, pikiran kamu”
Mas Rafa berdiri setelah berjongkok sedari tadi berjongkok.
“ini lepasin”
Mas Rafa malah menyalakan keran, dan menuangkan sabun dan beberapa essential oil kedalam air itu. busa sudah banyak memenuhi bathup. Akhirnya Mas Rafa melepaskan kaitan selimut ditubuhku.
“ini biar Mas laundry, semalem kena cum-nya Mas”
“gak papa nanti biar aku aja”
Kakiku mulai ku masukan kedalam busa-busa itu. aku memunggungi Mas Rafa dan melepas kaos miliknya, Mas Rafa menarik kaus itu saat sudah berada diujung kepalaku. Aku menenggelamkan diri pada busa-busa yang Mas Rafa buatkan untukku pagi ini.
“suka?”
“ehm, makasih Mas”
Mas Rafa mengambil tanganku dan menuangkan oil di atasnya, mengusap tanganku dengan lembut.
“Mas gak akan ikut masuk?”
Tanyaku membuat Mas Rafa menatapku dengan mata yang disipitkannya.
“tadi gak mau di apapain Mas, sekarang malah minta Mas masuk ke dalem”
“ya sekarangkan beda sama tadi”
“Males mandi, dingin”
“padahal semalem Mas kan orgasme”
“udah ya, tadi pagi Mas bangun langsung cuci, kamu tuh bersihin di bawah sana”
Kata Mas Rafa,
“Gak boleh di bersihin pake sabun ini, pHnya terlalu basa nanti malah bunuh bakteri baik di sana”
“lah kok bisa?”
“bisa Mas, Adek udah ikutin edukasi kesehatan kewanitaan”
“wah, sehat berarti?”
“iyalah sehat, bersih”
“gak ada bulunya lagi”
Kata Mas Rafa, membuatku menatapnya tak percaya
“loh kok tau? Jangan bilang??
“gimana Mas gak liat, tidur kamu tuh gak bisa diem, selimut kamu naik turun, kamu tendangin, Mas sampe benerin berkali-kali takut kamu masuk angin”
“iya? Perasaan Adek tidur kayak bidadari deh”
“hahahh ngaca sana, tidur kamu Dek, Mas aja takut ketendang”
“ih Mas Rafa jangan bongkar aib dong”
Kataku sambil melemparkan busa dari tanganku.
“diem ih”
“huhhhh”
Lagi aku meniupkan busa pada Mas Rafa.
“diem Adek, Mas gak ada lagi celana”
Kata Mas Rafa saat busa-busa yang tiupkan mendarat di kaki Mas Rafa.
“huuuuu”
“perih, Mas Rafamah kena mata”
Protesku,
“sini Mas usap”
Mas Rafa begitu dekat denganku, mengusap pelan mataku dengan jari-jarinya.
“masih perih?”
“udah nggak”
Tak lama acara mandiku selesai. Mas Rafa mengambilkan handuk untukku. Dan melangkah lebih dulu ke kamarku.
Ting
Linda : Dek, titip Mas Rafa ya, aku udah sampe Lombok
“siapa?”
Tanya Mas Rafa
“pacarmu, suruh aku jagain kamu Mas”
“hyfffttt”
“kalo masih peduli ngapain titip orang coba”
“hay Guys”
Ucap Cici yang masuk kekamarku saat aku sedang mengeringkan rambutku.
“loh Mas Rafa ngapain nggak pake baju di kamar Adek”
“basah-basahan, main busa”
Jawab Mas Rafa asal
“tau tuh gak ada kerjaan emang di tinggal pacarnya ke Lombok”
“oh iya Linda pemotretan di Lombok bareng ituloh, siapa actor yang suka traveling itu? itulah pokoknya yang blasteran”
“hebat ya, udah lupa sama pacar dia”
Mas Rafa meledek pacarnya yang sedang pergi jauh
“udahlah Mas, dukung pacarnya yang mulai meroket karirnya”
“ih kita bertiga kayak trio jomblo sekarang, eh tapi Adek udah taken deh sekarang”
Kata Cici bersemangat di saat Mas Rafa sedang buruk suasana hatinya.
“iya, padahal baru minggu kemaren kita makan gyoza terus mereka panas-panasin aku buat ketemu Gilang”
Ingatku pada hari terakhir aku berkumpul dengan formasi lengkap.
“yah, untung ada Adeklah”
“lah gue gak Mas akuin”
“males”
Jawab Mas Rafa, membuat Cici meleparkan bantal pad Mas Rafa, dan tak mau kalah Mas Rafa jadi membalasnya dengan melemparkan boneka pandaku yang ada dikasur. Mereka jadi bergelut dan membuat kasurku berantkan.
“aaa!!! Jangan di jambakkk! Dek tolongin Dek”
Kata Mas Rafa yang sepertinya kalah oleh Cici
“ehemm”
Suara itu, Mas Galih muncul saat Mas Rafa dan Cici sedang ribut kamarku,
“loh Mas Galih pagi banget”
Mas Rafa dan Cici yang menyadari itu langsung mengehentikan aksi mereka.
“pagi Mas Galih”
Sapa Cici
Mas Galih hanya melemparkan senyum pada Cici dan Mas Rafa. Tatapannya pada Mas Rafa berbeda sekali dengan semalam. Aku berjalan menghampiri Mas Galih, berjalan berdua meninggalkan kamar dan duduk di ruang tengah.
“pagi banget, aku pikir siang nanti Mas Galih ada jadwal”
“iya, kamu gak bales chat Mas jadinya Mas ke sini deh”
“kenapa? Chat apa? Ada yang Mas mau bilang sama aku?”
“engga papa kok, Cici sama Rafa nginep?”
“enggak”
Cici yang engga dan Mas Rafa yang nginep jawabku dalam hati.
“Mas mau aku buatin coffee”
“boleh”
“bentar ya”
“di masukin ke mug take away aja Dek, buat nanti Mas mau langsung pergi soalnya”
“loh kok cepet banget”
“iya tadi cuma mastiin aja, kamu …”
Tak diteruskannya.
“apa?"
"Engga jadi”
Terdengar dari kamar Mas Rafa dan Cici sedang tertawa dengan keras.
“mereka memang selalu kayak gitu Mas, abaikan aja”
Kataku pada Mas Galih.
“mereka deket?”
“deket banget sampe kayak tom and Jerry gitu”
Kataku melebihkan ceritaku.
“gitu ya”
Setelah jadi Mas Galih akhirnya berjalan keluar dan akupun mengantarnya sampai kedepan mobilnya.
“besok aku jemput”
“ehm?”
“besok kita ke Malang inget?”
“ah iya, okey Mas”
“ehm, boleh Mas peluk?”
Tanya Mas Galih pelan dan terdengar sangat ragu meinta hal itu. aku jaid ragu apa aku harus memeluknya atau menolaknya.
“sini”
Aku merentangkan tanganku, mempersilahkannya memelukku.
“hari ini Mas bakal kangen kamu banget Dek”
“ehmm, pacarku sibuk ya hari ini semangat ya”
Tangaku mengelus-elus punggung Mas Galih berharap bisa memberinya semangat.
“aktifin handphone kamu Mas hubungin kamu nanti”
Ucap Mas Galih sebelum masuk kedalam mobil.
“dah, hati-hati”
Kataku melambaikan tangan padanya. Setelah melaju aku masuk kembali kedalam.
Cici dan Mas Rafa sedang mentertawakan sesuatu.
“kalian ngapain si?”
“Dek, Liat”
Cici memberikan handphone miliku,
Ku lihat itu isi pesan dari Mas Galih.
Dek
Adek
Dek
Bangun
Masih tidur ya?
Dek
Emot peluk
Emot menunggu
Adek, mas kangen bales
Adek sayang
Dek
Gak lagi sama Mas temenmu itu kan
Dek
Adek
Dan masih panjang lagi
“Dek pacarmu kenapa, kok konyol gitu. Dua jam gak bales kok sampe +99 pesan masuk”
“wah, aku aja gak nyangka loh dari tadi pagi hadphoneku silent makanya gak aku bales”
“ckckck”
Dalam hati aku mengumpat pada Mas Rafa. Kalo bukan karena ulahnya aku pasti bisa balesin pesan Mas Galih.
“Dek mau ambil Gege?”
“iya, bentar lagi, ikut yuuu”
Ajakku pada Cici
“sama Mas Rafa tuh, kasian di tinggal jadi kayak jombli gitu. Aku mau ke perpus”
“perpus? Nagapainn”
“ngemodus sama penulis baru yang lagi negluarin buku baru disana”
“ihhh dasar”
Kataku,
“dah Adek”
Cici buru-buru pergi, keluar dari rumahku.
“Mas Rafa mau anter?”
“yowis dek tak anterr”
Kata Mas Rafa, aku mengambil jaketku dan tasku.
“ayo”
“rumah Mas dulu, Ganti”
Aku menurut Mas Rafa, mengikutinya di belakang. Sampai dirumah Mas Rafa aku malah merebahkan diriku di kasurnya.
“Mas Mandi bentar ya”
“bukannya tadi pagi mandi?”
“engga tadi pagi cuma, basuh ini aja. Oh iya lupa celana dalem Mas ketinggalan di kamar mandi kamu”
Kata Mas Rafa setelah masuk kedalam kamar mandi.
“wah, bener-bener deh”
Menunggu Mas Rafa aku jadi berguling-guling di kasurnya, rasanya seperti lebih nyaman tidur di kamar Mas Rafa dari pada kamarku sendiri.
“bau Mas Rafa”
Saat kucium bau bantalnya, Mas Rafa sangat aku kenal bau tubuhnya, tanpa parfume aku tahu baunya seperti ini, maskulin. Tak sadar aku malah menutup mataku, dan tertidur.
Aku merasakan seseorang membelai wajahku, mengelus pipiku. Hingga aku membuka Mataku.
“Mas Rafa mandi lama banget Adek jadi ketiduran”
“kamu yang tidur lama banget”
“apaan, hahh?!!! Mas Rafa kenapa gak bangunin Adek? Ini udah jam 6 sore”
Kataku kaget saat melihat jam, bagaimana bisa aku bisa tidur selama itu.
“kebo”
“terus gimana dong Gege?”
“besok aja lagi”
“handphoneku low batt”
“charger sana, jangan dulu balik di luar ujan”
“iya”
aku mengisi batre handphone dan berbaring kembali di kasur Mas Rafa.
“kenapa enka banget tidur disini?”
“yakan dari tadi aku peluk makanya kamu nyenyak tidurnya”
“ih Mas Rafa mah cari-cari kesempatan”
“tapi emang enakkan kayak gini Mas peluk?”
Tanya Mas Rafa sambil memelukku
“nginep sini Dek”
“ehem, kalo ujannya gak berhenti ya Adek nginep Mas”
“tidur lagi ah”
Kataku membenarkan posisiku dan bantalku. Mas Rafa hanya tesneyum memperhatikanku.
“Nggak lepas bra?”
Aku hanya menatap Mas Rafa dengan tatapan bertanya maksud perkataannya
“bukannya kamu tidur suka lepas bra?”
“kok Mas Rafa tau, suka perhatiin Adek yaaa”
“iya kenapa? Gak boleh?”
Tanya Mas Rafa
“gak bolehlah, Mas Rafakan pacar Linda”
Mas Rafa mendekat ke arahku, dan memutar tubuhku. Melepaskan pengait braku dari balik kaos yang kupakai. Melepaskan talinya melalu tangan kanan dan kiriku dan menariknya dari bagian leherku.
“udah tidur lagi gih”
“iih Mas Rafa seenaknya banget sama Adek”
Dan aku tahu itu salahku juga membiarkannya brtingkah semaunya.
“Mas nonton film”
“film apa?”
“apa aja”
Mas Rafa menyalakan yang ada tv dikamarnya, mendari-cari film disana.
“ini aja”
Aku akhirnya memilih drama korea, dan bukan film. Seperti biasa aku tidur di lengan Mas Rafa,
“ini film monster di gedung loh dek tapi judulnya kok sweet home”
“aaaa!!!”
Aku kaget saat tiba-tiba muncul monster disana, memakan manusia disana, darah mengalir dan pemeran utamanya mulai berlarian.
“sok berani si, mau nonton kaya ginian”
Kata Mas Rafa padaku yang sudah bersembunyi dalam pelukannya.
“pindahin Mas”
“seru tapi, editingnya bagus, monsternya juga kece buat setingkat drama korea”
“bagus dramanya, tapi jelek banget muka monsternya”
Kataku yang sedikit mengintip di antara jari tangan Mas Rafa yang ku jadikan penghalang,
“aaa!! Adek takut ah”
“yaudah gak usah liat, tidur aja”
Tangan Mas Rafa menekan kepalaku untuk kembali bersembunyi dan hanya melihat dadanya saja.
“suaranya masih kedengeran Mas”
Mas Rafa menutup telingaku dengan tangannya yang besar.
“dasar Adek”
Kata Mas Rafa,
Cup
Mas Rafa mengecup bibirku dan menonton kembali drama di tv. Aku menatap Mas Rafa dari dekat. Aku mengingat apa yang selama ini kulakukan bersama Mas Rafa yang tak pernah dilakukannya bersama Linda. Bahkan aku juga mengingat bagaimana orang yang baru mengenalku atau Mas Rafa dan Linda, mereka selalu salah mengira bahwa akulah pacar Mas Rafa bukan Linda.
“jangan liatin gitu, kenapa baru sadar ya Mas Ganteng?”
Aku menarik wajah Mas Rafa dan mencium bibirnya. Menghisap bibir bawahnya, dan menerobos masuk kedalam mulutnya. Mas Rafa membalas ciumanku. Kini Mas Rafa jadi berada di aatasku.
“Mas”
Panggilku lirih
“ehmm”
Jawab Mas Rafa, tangannya mengusap bibirku.
“Adek pengen itu…”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved