Bab 7 Part 7

by Dinda Tirani 09:05,Apr 26,2024
Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Akan tetapi, menginjak minggu kedua, muncul rasa rindu pada Indra. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikmatan luar biasa yang telah diberikan Indra. Aku selalu terbayang keperkasaan Indra diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh suamiku. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Bukan hanya kenikmatan saja, tapi bagaimana cara dia memeluk tubuhku dan mencium bibirku dengan lembut betul-betul membuatku dimabuk dalam perasaan cinta. Aku seperti merasa kembali ke masa pubertas, dimana aku mulai mencintai seorang laki-laki.


Sudah dalam beberapa hari ini, aku betul-betul berdebar-debar ketika sedang merenung sendirian di meja kerjaku. Aku membuka chat-chatku dengan Indra di smartphone milikku. Aku ingin sekali mengiriminya pesan, menanyakan kabarnya. Aku betul-betul rindu sekali dengannya. Aku akui bahwa Indra sangat hebat dalam meluluhkan hatiku ini. Bukan hanya tubuhku yang berhasil dia dapatkan, tetapi juga hatiku. Ah, sedang apa ya dia sekarang?



TRIINGG. Aku mendengar ada chat masuk.



“Halo, ci. Apa kabar?” Ternyata dari Indra.



Wah, bukan main aku kagetnya. Saat itu juga, aku seperti panik hendak melakukan apa. Aku betul-betul seperti kembali ke zaman ABG dimana aku mulai malu-malu kucing suka terhadap laki-laki. Jantungku betul-betul berdebar dengan keras. Bagaimana ini? Haruskah kubalas? Atau haruskah kubiarkan saja? Ah, balas saja deh.



“Eh, kamu Ndra. Baik. Kamu sendiri apa kabar? Usaha kamu gimana?” Balasku.



“Baru mulai ngerintis, ci. Ya jatuh bangunnya nih disini.” Balas Indra.



“Hehehe. Semangat ya ndra!” Balasku singkat.



“Oh iya, ci. Cici hari ini ke Four Season ga?” Balas Indra.



“Iya, fitnes. Kenapa Ndra?” Balasku.



“Ci, boleh minta tolong ambilin surat keterangan kerja aku nggak sama Mas Wandy? Nanti aku juga mao ke four season, mao ketemu sama manager hotel.” Balas Indra.



“Oh, boleh-boleh. Nanti aku ambilin dari Wandy. Kamu jam berapa mao ke Four Season?” Tanyaku.



“Aku udah di Four Season lagi mao meeting. Mungkin nanti aja ya abis cici fitnes, aku ambil suratnya dari cici.” Balas Indra.



“Oke. See you.” Balasku.



Setelah itu, Indra memberikan emoticon cium. Jujur, aku sangat berdebar-debar mendapatkan emoticon itu. Aku langsung teringat ketika tubuh telanjang Indra menindih tubuh telanjangku dan mencium bibirku dengan mesra. Oohh, teringat akan hal itu betul-betul membuat nafsuku bangkit seketika. Tanpa ragu, aku pun memberikan dua emoticon cium.



Setelah selesai kerja, aku mengambil surat keterangan kerja Indra dari Wandy, kemudian mengemudikan kendaraanku menuju Four Season. Ah, hari ini aku akan bertemu dengan Indra. Aku senyum-senyum sendiri sepanjang perjalanan. Aku betul-betul sudah jatuh dalam perselingkuhan yang gawat. Tapi, aku tidak peduli! Tubuh dan pikiranku betul-betul sudah diisi oleh Indra. Saat fitnes pun, aku sangat tidak berkonsentrasi. Pada akhirnya, aku segera menyudahinya cepat-cepat, dan langsung berganti pakaian, kemudian keluar dari tempat fitnes dan menunggu di lobby.



“Ndra, aku sudah selesai fitnes nih. Kamu dimana?” Chat-ku.



“Di depan cici.” Chat Indra.



Hah? Apa maksudnya? Saat aku melihat kedepan, aku kaget bukan main karena Indra betul-betul sudah berdiri dihadapanku. Aku pun kaget sampai hampir melompat.



“Hehehe. Kaget ya?” Tanya Indra.



Waah, sudah lama sekali rasanya aku tidak bertemu dengan Indra, padahal baru dua minggu. Ia pun tetap tampan seperti dulu, dan tubuhnya seolah-olah makin atletis.



“Yeee, kamu. Dasar! Nih!” Kataku sambil menyerahkan surat keterangan kerjanya.



Kemudian, aku pun berjalan bersamanya menuju pintu keluar.



“Meeting apa nih, Ndra?” Tanyaku.



“Meeting masalah kerjasama bisnis, ci. Ribet deh.” Kata Indra.



“Ya, namanya juga bisnis. Begitulah.” Kataku.



“Iya nih. Yaudah deh, ci. Aku mao naik dulu ya. Malem ini, aku tinggal disini.” Kata Indra.



Lho? Rupanya aku berjalan menuju lift. Saking mabuknya aku, aku tidak sadar kalau aku berjalan menuju lift. Pintu lift pun terbuka. Kemudian, Indra menoleh kearahku. Aku pun melambaikan tangan kepadanya. Indra pun hanya tersenyum, hingga pintu lift itu tertutup. Akan tetapi, tepat sebelum pintu lift itu tertutup, Indra menahan pintu lift nya sehingga pintu lift nya terbuka lagi. Kemudian, tangan Indra yang begitu kekar menarik pergelangan tanganku, sehingga tubuhku pun ikut tertarik masuk ke dalam lift. Di dalam lift, Indra pun langsung mencium bibirku dengan lembut. Ooohh, aku ingat sensasi ini. Bibir Indra yang begitu hangat, kenyal. Ciumannya yang begitu lembut, tapi pasti dan kokoh. Aku pun langsung terbuai dengan seketika. Maka, aku pun ikut membalas ciumannya dengan lembut.



“Aku kangen.” Kata Indra.



“Heeh, aku juga kangen, Ndra.” Kataku.



Kemudian, kami melanjutkan ciuman kami. Kali ini, ciuman kami semakin panas, dengan lidah kami saling menjulur dan saling beradu. Oohh, ya... aku ingat rangsangan ini. Dalam sekejap, tubuhku langsung merefresh seluruh memori tentang dua minggu lalu, hari minggu, dimana aku dan Indra saling bercinta dan bersetubuh.



“I love you, ci.” Kata Indra.



“I love you too, Ndra.” Kataku sambil tetap berciuman.



TRIINGG. Suara yang menandakan bahwa kami sudah sampai di lantai kamar Indra pun berbunyi. Kami dengan refleks langsung menghentikan ciuman kami, dan kami saling melepaskan diri dari pelukan kami masing-masing. Tidak lama kemudian, pintu lift pun terbuka, dan ternyata tidak ada siapa-siapa di lorong ini. Huh, tahu begitu, aku tidak perlu menghentikan kegiatan mesra kami berdua. Tiba-tiba, Indra mengangkat tubuhku ke rangkulannya. Ah... baru kali ini aku diperlakukan seperti ini. Suamiku sendiri pun tidak pernah melakukan hal ini kepadaku. Aku sih maklum saja, karena suamiku cenderung kurus, sehingga ia tidak kuat mengangkat tubuhku seperti yang Indra lakukan. Akan tetapi, diangkat seperti ini oleh seorang pria betul-betul membuat hatiku berdebar-debar. Oohh, Indra... sampai sejauh mana kamu akan terus mengisi hatiku? Aku mohon, berhentilah sejenak. Akan tetapi, hatiku sudah terlanjur terlalu berbunga-bunga sebelum mulutku mampu memberitahu Indra untuk berhenti.



“Ci, aku pengen ngebuktiin, bahwa aku bener-bener sayang sama cici. Boleh?” Tanya Indra.



Suaranya yang begitu jantan, wajahnya yang begitu tampan, dan caranya memperlakukanku betul-betul membuatku dimabuk oleh cinta.



“Iya, Ndra. Buktikanlah kalo kamu betul-betul sayang sama aku.” Kataku.



Indra pun langsung berjalan sambil mengangkat tubuhku di atas tangannya. Sementara, aku hanya pasrah. Aku betul-betul pasrah tanpa perlawanan. Aku pasrah kemanapun Indra membawaku.



Indra pun berhenti didepan suatu pintu yang ada. Kemudian, sambil tetap menangkat tubuhku, ia mengeluarkan kunci kartu kamar dari saku celananya, dan kemudian membuka kamarnya. Ternyata, kamarnya adalah kamar suite yang paling mewah di hotel ini. Waw, semalamnya berapa ya?



Indra pun langsung membaringkan tubuhku di kasur dengan lembut. Kemudian, Indra pun juga berbaring disampingku. Tanpa membuang waktu, ia langsung memeluk tubuhku, mengelus-elus rambutku, dan kembali mencium bibirku dengan lembut. Luar biasa, dari belaian tangannya, caranya memeluk tubuhku, dan ciumannya yang lembut dibibirku, aku merasakan seolah-olah perasaan sayang Indra kepadaku mengalir kedalam tubuhku, dan menyatu dengan perasaanku. Aku pun tak kuasa untuk tidak membalas ciumannya. Maka, aku pun juga balas mencium bibirnya dengan lembut. Cuup... Cuupp... Cupp... Begitulah suara yang terdengar ditelingaku akibat bibir kami yang saling berciuman. Bukan hanya ciumannya, tapi belaian tangannya di rambutku dan pelukannya yang erat pun juga mengambil bagian dalam meluapkan emosiku. Tidak butuh waktu lama bagi emosiku untuk naik melonjak. Aku tidak mengerti, apakah ini perasaan cinta atau birahi. Atau bahkan campuran dari keduanya. Sekali lagi, aku tidak peduli. Aku hanya ingin menikmati momen yang indah ini bersama Indra.



Sesekali, mata kami pun saling bertemu. Ketika hal itu terjadi, dia mengatakan sesuatu yang singkat, namun sangat bermakna.



“I love you, ci.” Katanya sambil tetap mencium bibirku.



Aku tidak menjawabnya. Sebetulnya, aku pun mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, aku memilih untuk tidak menjawabnya, dan tetap menikmati ciuman kami.



“Cici cantik banget malem ini.” Kata Indra dengan lembut.



Kata-kata pujian Indra kepadaku itu betul-betul memiliki momen yang pas. Tubuhku langsung serasa terbang karena dimabuk oleh pujian itu.



Indra pun melepaskan ciumannya daripadaku. Kemudian, ia mendudukkan tubuhku diatas ranjang, dan mulai melipat bagian bawah kaos putihku, dan menaikkannya keatas. Aku pun mengangkat kedua tanganku, agar mempermudah Indra untuk melepas kaosku. Setelah berhasil melepas kaos putihku, ia pun langsung menuju pengait BH-ku, dan melepaskannya dengan mudah, hingga akhirnya BH-ku langsung terlepas dari dadaku.



Kini, bagian atas tubuhku betul-betul tidak terlindung oleh sehelai benang pun. Indra kembali membaringkan tubuhku di ranjang dengan lembut. Setelah itu, ia pun mulai menciumi sekujur tubuhku, sambil memijat-mijat kedua buah dadaku dengan lembut. Ooohh... Aku merasakan tangan Indra yang kekar dan kasar sedang memutar-mutar buah dadaku. Berputar... searah jarum jam... kemudian berlawanan arah jarum jam. Selain itu, aku juga merasakan bibir dan kumis Indra bergesekan dengan sekujur tubuhku, mulai dari leher, bahu, dada, sampai ke perut.



“Cici betul-betul wanita paling seksi yang pernah aku temuin...” Kata Indra dengan napas yang mulai terengah-engah.



Ooohhhh... Lagi-lagi pujian yang masuk ke telingaku itu seolah-olah menggelitiku tubuhku dari dalam. Berusaha menahan kegelian akibat kombinasi seluruh rangsangan yang Indra berikan, aku pun mendesah pelan, kemudian mengelus-elus rambut dan kepalanya dengan kasar.



“Cici cinta sama aku?” Tanya Indra sambil tetap memijat kedua buah dadaku dan menciumi sekujur tubuhku.



“Ooohhh... Iya, Ndraa... Aku sayaang sama kamuuhh...” Desahku karena tidak kuat menahan kegelian yang melanda tubuhku.



“Aku juga sayang sama cici.” Katanya.



Setelah selesai mengatakan itu, Indra pun menghentikan semua kegiatannya. Ia pun meletakkan kepalanya diatas buah dadaku yang di sebelah kanan. Kemudian, bibirnya mulai menciumi buah dada kananku dengan lembut, sementara tangan kanannya juga mengelus-elus buah dada kiriku dengan lembut. Luar biasa, kali ini Indra betul-betul memperlakukanku dengan begitu lembut, layaknya seperti istrinya sendiri. Indra pun mulai mengulum puting susuku dengan lembut. Akan tetapi, aku bisa merasakan napasnya begitu terengah-engah.



Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

202