Bab 2 Part 2

by Dinda Tirani 16:40,Apr 25,2024
“Kalo sama pacar kan juga dilandasi rasa sayang, ci. Jadi ga sepenuhnya bejat.” Kata Indra.



“Halah, ngeles aja kamu. Jadi kamu ama pacar itu jatuh cinta pada pandangan pertama ya?“ Kataku.



“Hah? Ga kok ci, maksudnya apa ya?” Tanya Indra dengan bingung.



“Itu, kata beberapa sumber, bilang kalo kamu udah punya seseorang yang kamu jatuh cinta pada pandangan pertama. Pacar toh.” Kataku.



“Oh, itu sih beda lagi, ci.” Kata Indra.



“Loohh... Kok beda? Ooohhh, jadi kamu masturbasi ngebayangin orang itu ya? Divisi accounting kan?” Tanyaku dengan senyum memancing.



“Betul, ci!... Ah, maksudnya ga kok ci.” Kata Indra dengan terbata-bata.



“Hayoo, kamu ngebayangin siapa? Sini cerita sama cici, siapa tau cici bisa macomblangin kalian berdua, terus kalian berdua nikah, dan fantasi kamu terwujud deh, Ndra.” Godaku.



“Ah, ga mungkin, ci.” Kata Indra dengan serius.



Hmmm, entah kenapa aku merasakan keseriusan di raut wajahnya.



“Kenapa nggak mungkin, Ndra?” Tanyaku.



“Ah, udahlah. Kok kita malah ngomongin beginian sih. Udah lanjut kerja aja yuk, ci.” Kata Indra.



“Ah, malu-malu kamu. Ayolah cerita aja udah.” Kataku.



Ya, singkatnya malam itu kami malah jadi ngalor-ngidul nggak jelas. Yang lebih parahnya, kita itu terkadang ngalor-ngidul soal seks. Ternyata, Indra itu cukup berpengalaman masalah seks. Ia selalu nyambung denganku yang notabenenya sudah menikah dan lebih paham masalah seks. Waduh, dia dan pacarnya sudah sejauh apa ya? Terkadang juga, aku menjadi terpancing untuk mengetahui bagaimana sisi laki-laki memandang seks. Dan yang aku simpulkan, ternyata Indra ini cukup unik. Ia memandang seks sebagai pelampiasan dari kasih sayang kepada wanita yang ia cintai, bukan hanya pelampiasan birahi semata. Menarik juga.



Karena kebanyakan ngobrol, kami baru selesai jam 11 malam. Indra menawariku untuk mengantarku pulang. Akan tetapi, aku menolaknya karena kebetulan aku membawa kendaraan sendiri. Kemudian, kami pulang ke rumah masing-masing.



Sejak kejadian malam pada saat kami lembur itu, terutama sejak kami banyak mengobrol soal seks, aku dan Indra menjadi semakin akrab. Kami banyak bercerita soal pengalaman hidup kami, pengalaman indah kami, pengalaman pekerjaan kami, dan juga seputar kehidupan seks. Ia juga terkadang bertanya seputar hal wanita. Aku tahu bahwa menurut anak-anak ABG divisi accounting, ada orang yang membuat Indra jatuh hati pada pandangan pertama. Akan tetapi, Indra tidak pernah mau menunjukkan orangnya padaku. Aku pun jadi penasaran juga dibuatnya. Kira-kira orang seperti apa yang mampu membuat Indra jatuh hati pada pandangan pertama. Dan mungkin, aku bertanya-tanya sebetulnya wanita seperti apa yang sangat beruntung mendapatkan tempat spesial di hati Indra. Indra ini orangnya begitu simpatik, baik hati, pintar, kritis, dan juga perhatian. Ditambah dengan wajahnya yang ganteng dan tubuhnya yang bagus, kurang beruntung apa lagi wanita itu. Akan tetapi, bukankah Indra sudah punya pacar? Apakah hatinya sudah berpindah? Entahlah.


Suatu hari, aku merayakan hari ulang tahunku yang ke-35. Ah, biasanya aku cuti untuk merayakannya bersama dengan suamiku. Akan tetapi, pekerjaan kantor sedang ada deadline, jadinya perayaan ulang tahunku terpaksa harus tertunda deh. Aku mendapatkan surprise berupa kue ulang tahun dari anak-anak divisi accounting, termasuk Indra. Malamnya, aku lembur membuat laporan keuangan perusahaan.



”Misi, ci. Bisa ganggu ga? ” Kata Indra sambil mengetuk pintu ruanganku yang kebetulan terbuka.



”Ya ada apa, Ndra?” Jawabku sambil tetap melihat layar komputer.



”Ini, ci. Ada beberapa yang aku ga ngerti. Boleh minta penjelasan ga, ci?” Kata Indra.



”Ooohh bisa. Mana yang kurang paham?” Kataku sambil berdiri dari kursi kerjaku dan mempersilakan Indra untuk duduk di sofa. Aku pun juga duduk di sofa disebelah Indra.



Kemudian, Indra mulai menunjukkan kepadaku data-data laporan keuangan yang telah dibuat oleh anak-anak ABG divisi accounting itu. Aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Daya serapnya Indra pun cukup baik. Hanya beberapa kali kujelaskan, ia langsung mengerti. Hingga akhirnya, semua yang hendak ia tanyakan sudah ia pahami sepenuhnya.



“Oohh, sip deh, ci. Aku udah ngerti semua nih. Semua berkat cici. Makasih banget loh, ci.” Kata Indra sambil membungkukkan badannya.



“Ah, nggak apa-apa, Ndra. Makin kamunya ngerti, makin kebantu aku juga.” Kataku sambil tersenyum.



“Ci... anu...” Kata Indra sambil berpikir.



“Kenapa, Ndra?” Tanyaku.



”Aku punya hadiah ulang tahun buat cici nih. Cici mau nerima ga?” Tanya Indra.



Mendengar hal itu, aku sedikit kaget, tapi kemudian tersenyum.



“Ya ampun, Ndra. Repot-repot banget sih kamu, tadinya mah nggak usah, Ndra.” Kataku sambil tersenyum.



“Ga repot juga sih, ci. Tapi cici mau nerima ga nih?” Tanya Indra.



”Mau dong. Tapi, syaratnya hadiahnya harus banyak.” Jawabku bergurau.



“Yah ga tau sih ci, banyak ato ga. Menurutku sih lumayan banyak, tapi ga tau deh menurut cici banyak ato ga.” Kata Indra sambil tersenyum.



“Yaudah, aku anggep banyak deh. Mana?” Tanyaku sambil tersenyum.



”Nah, syarat cici kan udah aku penuhin nih. Sekarang, aku juga punya syarat nih, ci. Cici tutup mata dulu, baru aku kasih hadiahnya.” Kata Indra.



”Serius nih? Itu mah gampang. Oke, aku tutup mata nih.” Kataku sambil memejamkan mata.



”Tunggu ya, ci. Jangan melek dulu sampe aku kasih aba-aba.” Kata Indra.



“Iya.” Kataku.


Sambil terpejam, aku penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikan oleh Indra. Aku bisa mendengar Indra duduk disebelahku. Tidak lama kemudian, aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Rasanya begitu hangat. Aku langsung tahu bahwa Indra sedang menciumku. Maka, aku langsung membuka mata. Wajah Indra begitu dekat dengan wajahku. Tidak lama kemudian, tangannya pun merangkul pinggangku. Jujur, mendapatkan perlakuan seperti itu, dadaku berdebar-debar dengan cepat. Aku pun juga tidak berusaha menghindar. Untuk beberapa saat, Indra masih melumat bibirku. Kalau boleh jujur, aku pun juga mulai menikmatinya. Beberapa saat secara refleks, aku juga membalas melumat bibir Indra. Kini, kami saling berciuman dan melumat bibir masing-masing.



Tiba-tiba, kesadaranku menguasaiku dengan sangat kuat. Aku, yang sudah kembali mendapatkan kesadaranku, langsung mendorong dada Indra sampai-sampai ia terjengkang kebelakang.


”Ndra. Seharusnya ini nggak boleh terjadi.” Kataku dengan nada bergetar menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.



”Maaf, Ci Lisa. Mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar bahwa cici sudah bersuami. Tapi inilah kenyataannya, aku sayang sama Ci Lisa.” Katanya sambil menatap mataku dengan serius.



Ah, dia sayang padaku? Mustahil, apakah orang yang sudah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama... adalah aku?? Aku kah orang yang bisa membuat orang sehebat dan seganteng dia jatuh hati pada pandangan pertama? Memangnya apa yang istimewa dari diriku? Bukankah Indra juga sudah punya pacar? Sehebat itukah aku, sampai bisa membuat Indra berpaling hati dari pacarnya?



Selama berdetik-detik, tidak satupun kata yang keluar dari mulut kami masing-masing. Aku terlalu larut dalam pikiranku, sementara Indra sepertinya menunggu kata-kata dariku. Sampai akhirnya, Indra berdiri dan membungkukkan badan kepadaku, kemudian pergi meninggalkanku.



Saat itu, aku merasa sangat menyesal. Aku merasa telah mengkhianati suamiku. Aku, yang sebelumnya tidak terpikir akan melakukan hal seperti itu, kini telah menodai kepercayaan suamiku padaku, meskipun hal itu bukan aku yang memulai. Akan tetapi, anehnya aku tidak marah sama sekali pada Indra. Malah, saat itu aku merasa menjadi wanita paling hebat sedunia karena bisa menaklukan hati pria ganteng dan hebat seperti Indra. Yaah, mendapat ciuman dari pria ganteng, kenapa tidak? Sudahlah, bukan aku gini yang mulai. Aku anggap lalu saja.



Setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku pun keluar dari ruanganku. Sepanjang perjalanan, entah kenapa hatiku berdebar-debar sendiri jika mengingat ciumanku dengan Indra itu. Saat itu pula, aku tersenyum-senyum sendiri. Kenapa ya? Aku sendiri juga tidak tahu.



Selama beberapa hari ke depan, kami tidak saling berbicara satu sama lain. Meskipun tidak marah, aku sengaja menjaga jarak darinya. Gitu-gitu, dia juga sudah punya pacar. Aku khawatir jika kami semakin dekat, akan terjadi sesuatu yang tidak baik yang menyebabkan retaknya hubungan mereka. Akan tetapi, namanya manajer dan asisten manajer, mana mungkin tidak berbicara sama sekali. Akhirnya, tanggung jawab pekerjaan pun memaksa kami untuk kembali berbicara. Akibatnya, keakrabanku dan Indra mulai kembali lagi. Bahkan karena kami selalu saling membantu, kami menjadi lebih akrab dari sebelumnya.


Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

202