Bab 5 Part 5
by Dinda Tirani
08:59,Apr 26,2024
Mendapat pujian seperti itu, nafsu birahiku semakin menggelora. Mungkin karena biasanya suamiku tidak pernah memuji tubuhku bahkan seinci pun. Kemudian, Indra juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi, aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu.
Kemudian, Indra melepas celana pendek coklat dan celana dalam hijau-ku dengan cepat dan tanpa kuduga dalam sekali tarikan. Lagi-lagi, aku berusaha melawan. Akan tetapi, dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki oleh Indra, ia menaklukkan perlawananku dengan mudah. Sekarang, tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Indra. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan laki-laki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya, aku juga tidak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Akan tetapi, kini Indra berhasil memaksaku. Sementara, aku seperti pasrah tanpa daya.
”Ndra, untuk yang satu ini jangan, Ndra. Aku nggak ingin ngerusak keutuhan perkawinan aku..!” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vagina-ku yang kini tanpa penutup.
”Cii... Sekaraang udah nanggung banget... Kita terusin aja, ci... Kasih kesempatan ke aku buat ngebuktiin kalo aku sayang sama cici... Aku ga main-main kok, ci... Aku pasti bakal ngebahagiain cici kok...” Kata Indra masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Indra kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya kembali menggarap kedua buah dadaku, sementar tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikmatan itu. Sementara, napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba, Indra melepaskanku. Ia beranjak dari tempat tidur dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya, dari kaos polo putihnya, sampai celana pendek kargo dan celana dalam-nya. Sekarang, ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku tidak percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang bukan suamiku. Ohhh... aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar, dan kekar. Otot-otot perut, dada, dan tangannya begitu terbentuk. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedang-sedang saja. Akan tetapi, yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda di selangkangan Indra. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 18 cm, atau hampir satu setengah kali lipat dibanding milik suamiku. Sementara besarnya sekitar 2 sampai 3 kali lipatnya. Pangkal batang kemaluan Indra yang panjang itu juga ditumbuhi oleh rambut-rambut yang lumayan rimbun. Sungguh, aku tidak percaya laki-laki seumur Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes, dan penasaran.
Kini, tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dengan dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi dan menjilati sekujur tubuhku, sementara kedua tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan se-dashyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata, Indra nekat memasukkan jari telunjuknya ke celah lubang vaginaku. Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku. Oohh, gesekan jari telunjuknya betul-betul pas mengena titik sensitif milikku sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutar pantatku. Akan tetapi, aku masih berusaha menolaknya.
”Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya! cukup diluaran saja..!” Pintaku.
Akan tetapi, lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Malah, kini ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu melumat habis vaginaku dengan bibir dan lidahnya. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini, aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Secara refleks, aku juga mendorong kepala Indra masuk lebih jauh ke selangkanganku. Ia tidak ada henti-hentinya melumat lubang vaginaku.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, tiba-tiba Indra melepaskanku dan berlutut di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
”Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif. Capek nih. Sekarang ganti Ci Lisa dong yang aktif..! ” Kata Indra dengan manja.
”Aku nggak bisa, Ndra. Lagian aku masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu.
”Oke. Kalo gitu, pegang aja iniku ya. Please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Aku pun mulai bangun dari tempat tidurku. Kini, Indra gantian membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku pun memasang posisi merangkak dihadapannya untuk memegang batang kejantanan milik Indra itu. Batang kejantanan milik Indra tegak dan kokoh mengacung keatas. Dengan malu-malu, kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi, dadaku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak, aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan. Apalagi, jika perempuan itu aku.
”Gimana ci? Besar ga?” Goda Indra sambil tersenyum penuh arti.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui bahwa penis Indra itu sangat besar dan menggemaskan. Ingin sekali rasanya aku mengocok-ngocoknya.
”Diapain nih, Ndra..? Beneran aku bingung...” Kataku berbohong sambil memegang penis Indra.
”Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisa kan..?” Jawab Indra dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, aku mulai perlahan-lahan mengocok penis besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok batang penis Indra yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Indra, yang kini telentang disampingku, memejamkan matanya ketika tanganku mulai dengan cepat naik turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.
Tiba-tiba, Indra memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku. Sebaliknya, kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku, sementara aku masih terus mengocok batang penis Indra. Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu.
Setelah itu, Indra melepaskan mulutnya dari selangkanganku. Ia juga beranjak bangun dari posisi telentangnya. Tangannya melepaskan tanganku dari kocokan batang penisnya, kemudian ia membaringkan tubuhku telentang di tempat tidur. Dengan cepat, ia langsung menindih tubuhku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga telanjang, dan laki-laki itu bukan suamiku.
Indra kembali melumat bibirku. Kali ini, ciumannya teramat lembut. Sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Jujur, aku betul-betul merasa begitu dilindungi dan disayang karena dipeluk erat dan dicium lembut seperti ini. Entah apakah rasa sayang atau birahi yang mendorongku, aku pun juga membalas ciuman Indra dengan lembut. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku. Bibir kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing selama bermenit-menit. Peluh kami mulai mengucur dengan deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Indra.
Dalam posisi itu, tiba-tiba kurasakan ada benda kenyal mengganjal diatas perutku. Ohhh... aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang penis itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku. Tentu saja aku tersentak.
”Ndra.. jangan dimasukkin..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus atau tidak sebab di sisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang vaginaku.
”Oke.. kalau gaa boleh dimasuukin, aku gesek-gesekin dibibirnya aja ya sayang..? ” Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah.
“Iyaah... Gesek-gesekin aja yaa... Jangan dimasukiin...” Jawabku.
Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh, aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku. Namun, karena batang penis Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannya ke dalam celah bibir vaginaku. Padahal, jika aku bersetubuh dengan suamiku, penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung batang kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk. Seperti janji Indra, penisnya yang berukuran jumbo itu hanya digesek-gesekan dibibir vaginaku saja. Memang mulanya terasa sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasakan betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Indra terus mamaju-mundurkan batang penisnya sebatas di bibir vaginaku. keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
”Ayoohh.. ngoommoong saayang... giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indra tersengal-sengal.
”Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! Desahku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah menerobos masuk sepenuhnya ke dalam vaginaku. Bless... perlahan tapi pasti, batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” Tanyaku.
”Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Bersambung
Kemudian, Indra melepas celana pendek coklat dan celana dalam hijau-ku dengan cepat dan tanpa kuduga dalam sekali tarikan. Lagi-lagi, aku berusaha melawan. Akan tetapi, dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki oleh Indra, ia menaklukkan perlawananku dengan mudah. Sekarang, tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Indra. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan laki-laki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya, aku juga tidak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Akan tetapi, kini Indra berhasil memaksaku. Sementara, aku seperti pasrah tanpa daya.
”Ndra, untuk yang satu ini jangan, Ndra. Aku nggak ingin ngerusak keutuhan perkawinan aku..!” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vagina-ku yang kini tanpa penutup.
”Cii... Sekaraang udah nanggung banget... Kita terusin aja, ci... Kasih kesempatan ke aku buat ngebuktiin kalo aku sayang sama cici... Aku ga main-main kok, ci... Aku pasti bakal ngebahagiain cici kok...” Kata Indra masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Indra kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya kembali menggarap kedua buah dadaku, sementar tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikmatan itu. Sementara, napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba, Indra melepaskanku. Ia beranjak dari tempat tidur dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya, dari kaos polo putihnya, sampai celana pendek kargo dan celana dalam-nya. Sekarang, ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku tidak percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang bukan suamiku. Ohhh... aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar, dan kekar. Otot-otot perut, dada, dan tangannya begitu terbentuk. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedang-sedang saja. Akan tetapi, yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda di selangkangan Indra. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 18 cm, atau hampir satu setengah kali lipat dibanding milik suamiku. Sementara besarnya sekitar 2 sampai 3 kali lipatnya. Pangkal batang kemaluan Indra yang panjang itu juga ditumbuhi oleh rambut-rambut yang lumayan rimbun. Sungguh, aku tidak percaya laki-laki seumur Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes, dan penasaran.
Kini, tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dengan dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi dan menjilati sekujur tubuhku, sementara kedua tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan se-dashyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata, Indra nekat memasukkan jari telunjuknya ke celah lubang vaginaku. Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku. Oohh, gesekan jari telunjuknya betul-betul pas mengena titik sensitif milikku sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutar pantatku. Akan tetapi, aku masih berusaha menolaknya.
”Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya! cukup diluaran saja..!” Pintaku.
Akan tetapi, lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Malah, kini ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu melumat habis vaginaku dengan bibir dan lidahnya. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini, aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Secara refleks, aku juga mendorong kepala Indra masuk lebih jauh ke selangkanganku. Ia tidak ada henti-hentinya melumat lubang vaginaku.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, tiba-tiba Indra melepaskanku dan berlutut di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
”Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif. Capek nih. Sekarang ganti Ci Lisa dong yang aktif..! ” Kata Indra dengan manja.
”Aku nggak bisa, Ndra. Lagian aku masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu.
”Oke. Kalo gitu, pegang aja iniku ya. Please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Aku pun mulai bangun dari tempat tidurku. Kini, Indra gantian membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku pun memasang posisi merangkak dihadapannya untuk memegang batang kejantanan milik Indra itu. Batang kejantanan milik Indra tegak dan kokoh mengacung keatas. Dengan malu-malu, kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi, dadaku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak, aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan. Apalagi, jika perempuan itu aku.
”Gimana ci? Besar ga?” Goda Indra sambil tersenyum penuh arti.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui bahwa penis Indra itu sangat besar dan menggemaskan. Ingin sekali rasanya aku mengocok-ngocoknya.
”Diapain nih, Ndra..? Beneran aku bingung...” Kataku berbohong sambil memegang penis Indra.
”Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisa kan..?” Jawab Indra dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, aku mulai perlahan-lahan mengocok penis besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok batang penis Indra yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Indra, yang kini telentang disampingku, memejamkan matanya ketika tanganku mulai dengan cepat naik turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.
Tiba-tiba, Indra memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku. Sebaliknya, kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku, sementara aku masih terus mengocok batang penis Indra. Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu.
Setelah itu, Indra melepaskan mulutnya dari selangkanganku. Ia juga beranjak bangun dari posisi telentangnya. Tangannya melepaskan tanganku dari kocokan batang penisnya, kemudian ia membaringkan tubuhku telentang di tempat tidur. Dengan cepat, ia langsung menindih tubuhku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga telanjang, dan laki-laki itu bukan suamiku.
Indra kembali melumat bibirku. Kali ini, ciumannya teramat lembut. Sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Jujur, aku betul-betul merasa begitu dilindungi dan disayang karena dipeluk erat dan dicium lembut seperti ini. Entah apakah rasa sayang atau birahi yang mendorongku, aku pun juga membalas ciuman Indra dengan lembut. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku. Bibir kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing selama bermenit-menit. Peluh kami mulai mengucur dengan deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Indra.
Dalam posisi itu, tiba-tiba kurasakan ada benda kenyal mengganjal diatas perutku. Ohhh... aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang penis itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku. Tentu saja aku tersentak.
”Ndra.. jangan dimasukkin..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaanku itu tulus atau tidak sebab di sisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang vaginaku.
”Oke.. kalau gaa boleh dimasuukin, aku gesek-gesekin dibibirnya aja ya sayang..? ” Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah.
“Iyaah... Gesek-gesekin aja yaa... Jangan dimasukiin...” Jawabku.
Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh, aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku. Namun, karena batang penis Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannya ke dalam celah bibir vaginaku. Padahal, jika aku bersetubuh dengan suamiku, penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung batang kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk. Seperti janji Indra, penisnya yang berukuran jumbo itu hanya digesek-gesekan dibibir vaginaku saja. Memang mulanya terasa sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasakan betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Indra terus mamaju-mundurkan batang penisnya sebatas di bibir vaginaku. keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
”Ayoohh.. ngoommoong saayang... giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indra tersengal-sengal.
”Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! Desahku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah menerobos masuk sepenuhnya ke dalam vaginaku. Bless... perlahan tapi pasti, batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” Tanyaku.
”Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved