Bab 6 Part 6

by Dinda Tirani 08:59,Apr 26,2024
Entahlah,kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tidak tertahankan. Begitu besarnya penis si Indra, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat dan dorongan pantatnya yang kuat, batang penis Indra semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku.



Aku merasakan rambut kemaluan Indra yang keriting dan kering itu bergesekan dengan rambut kemaluanku. Aku merasakan geli dan nikmat yang luar biasa ketika rambut kemaluanku bergesekkan dengan rambut kemaluan Indra. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang penis Indra menggesek-gesek dinding vaginaku. Tanpa sadar, aku pun mengimbangi genjotan Indra dengan menggoyang pantatku. Kini, tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa yang ditindih oleh Indra dengan tubuh besar dan kekarnya. Semakin lama, genjotan Indra semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Plok.. , plok.. , plok.. , ceplok.. , begitulah bunyi batang Indra Indra yang terus memompa selangkanganku dan saat pangkal batang penis Indra menabrak selangkanganku.



”Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! Ayoo teruuss Ndraa...!” Erangku berulang-ulang.



Semakin aku mengerang, semakin cepat Indra menggenjot selangkanganku. Sungguh, ini permainan seks paling nikmat yang pernah kurasakan selama seumur hidupku ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Indra benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri tidak bisa memberikan aku kepuasan dan kenikmatan sedashyat ini. Lagipula, sekarang ini sudah tanggung untuk menghentikannya.



Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Kenikmatan ini seolah-olah membuat badanku hendak meledak. Instingku mengatakan bahwa kenikmatan puncakku sudah dekat. Badanku mengelepar-gelepar dibawah gencetan tubuh Indra. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indra. Aku juga memeluk tubuh Indra erat-erat.



”Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. klimaakkss.. niih!” desahku ketika hampir mencapai puncak kenikmatan.



Tahu aku hampir klimaks, Indra semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu, tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Indra yang kuat.



”Kaalauu.. uudahh.. klimaakss.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ” Desah Indra sambil terus memompa selangkanganku.



Akibat genjotan Indra yang sangat kencang itu, aku akhirnya betul-betul klimaks.



”Ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Erangku.



Seketika dengan refleks, tangan kananku menjambak rambut Indra, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Indra dapat menancap sedalam-dalamnya. Oohh, aku merasakan denyutan kenikmatan klimaks di vaginaku. Tidak hanya di vaginaku, seluruh tubuhku pun bergetar menyambut kenikmatan klimaks ini. Apa yang kurasakan ini betul-betul membuatku lupa dengan keadaan sekitar. Dunia ini terasa begitu indah. Yang kuingat, aku hanya mengerang untuk menikmati kenikmatan yang kudapatkan ini.



Setelah sekian lama, akhirnya kenikmatan yang kudapat itu pun berangsur-angsur turun hingga akhirnya itu semua pun berlalu. Tubuhku melemas dengan sendirinya. Aku mulai membuka mataku pelan-pelan. Yang pertama kali kulihat adalah wajah Indra yang sepertinya begitu puas karena bisa memberikan kenikmatan seperti itu padaku. Ia pun memeluk tubuhku erat, sambil mencium keningku dan membelai-belai rambutku. Ooohh, bukan hanya kenikmatan yang kudapatkan, tapi juga perasaan begitu disayangi yang luar biasa. Sungguh, saat itu juga, aku merasa bahwa Indra adalah pria paling ganteng dan perkasa di muka bumi ini. Sekarang, aku menyadari bahwa perasaan Indra padaku tidaklah main-main. Melalui kepuasan yang kudapatkan, dia betul-betul telah mendapatkan tempat yang spesial dihatiku. Aku bisa mengakui sekarang bahwa aku betul-betul menyanyanginya.



“Gimana, ci?” Tanya Indra sambil melumat bibirku sekali dan terus membelai-belai rambutku.



“Kamu hebat, Ndra...” Kataku sambil memeluknya dan membelai-belai rambutnya.



“Aku sayang banget sama cici...” Kata Indra sambil tersenyum lembut dan membelai-belai rambutku.



“Aku juga sayang sama kamu, Ndra...” Kataku sambil mencium pipi Indra.



Kami pun saling berpelukan dengan erat dan berciuman dengan mesra. Aku betul-betul merasa jadi wanita yang paling beruntung di dunia ini. Aku betul-betul sedang dimabuk kembali oleh cinta. Kali ini, aku betul-betul tidak menahan perasaanku lagi. Aku betul-betul melepaskan semua perasaan yang kupendam pada Indra. Seperti inikah hubungan seks yang dilakukan oleh orang yang sama-sama cinta? Rasanya sungguh indah dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Seluruh perasaan canggung dan takut sudah hilang daripadaku.



“Aku belum keluar sayang... Aku terusin dulu... Tahan sebentar ya, sayang.” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku dengan lembut. Tangannya juga masih membelai-belai rambutku.



“He-eh...” Kataku singkat sambil mengangguk.



Indra mulai kembali memompa lubang vaginaku dengan batang penisnya. Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan terus Indra memompa lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Indra terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Indra. Plok... plok... plok... plok... Aku melirik kebawah untuk melihat vaginaku yang sedang “disayang” oleh batang kejantanan Indra. Gila. Vaginaku dimasukki oleh penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang penis seperti itu nikmatnya tiada terkira.



Indra semakin lama semakin kencang memompa penisnya. Sementara, mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir, buah dada, dan puting susuku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu, tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa oleh si Indra. Maka aku balik membalas ciuman Indra, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indra yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku.



”Ciiciii ingiin.. lagii..?” Tanya Indra.



”He-eh nih...” Hanya itu jawabku.



Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indra bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Indra dibawah.



”Ayoohh gaantii...! Ciici seekaarang di ataass..” Kata Indra.



“Okehh Ndraa...” Kataku sambil mengambil ancang-ancang untuk memutar pantatku.


Dengan posisi tubuh diatas Indra, aku memutar-mutar pantatku. Maju-mundur... kiri-kanan... Aku terus memutar pantatku dengan perlahan-lahan untuk mengocok batang penis Indra yang masih mengacung didalam lubang vaginaku. Tanpa malu-malu, aku pun menyandarkan tubuhku diatas tubuh Indra, kemudian mencium bibirnya dengan lembut.



”Tuuh... biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. ga.. bisa...” Kata si Indra sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.



Mendapat rangsangan berupa remasan di kedua buah dadaku, aku pun semakin cepat memutar-mutar pantatku. Kali ini, aku juga mulai menjilati puting dan leher Indra. Indra yang tidak bisa melakukan apa-apa, hanya merem-melek mendapatkan kenikmatan yang kuberikan. Sungguh, aku merasa bangga sekali ketika bisa menaklukan Indra yang begitu perkasa.



Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Indra, lagi-lagi kenimatan tak terkira kembali menderaku. Maka, aku mulai menghunjam-hunjamkan vaginaku kebatang penis Indra dengan kuat. Aku menjatuhkan tubuhku keatas tubuh Indra dan memeluknya lehernya dengan mesra. Aku juga semakin liar mencium dan melumat bibir Indra.



”Nddraa.. aakuu.. haampiir.. klimakss.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah.



Tahu kalau aku akan klimaks untuk yang kedua kalinya, Indra langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Indra yang telah berada diatas tubuhku mulai memompa selangkanganku dengan cepat. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu, rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indra kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.



”Kalau mau klimaaks ngomong sayang, biaar lepaass..!” Desah indra.



Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengalami klimaks yang kedua kalinya.



”Teruss.. , sayaanngg.. , akuu.. klimaks.. auuhhh! ” Desahku.



Aku merasakan tubuhku kembali bergetar dan kejang-kejang dilanda oleh kenikmatan klimaks kedua ini. Akan tetapi, disaat belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan ini, tiba-tiba Indra mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.



”Cii.. , akuu.. , maauu.. , keluaarr sayaangg..! ” Erangnya tidak tertahankan lagi di telingaku.



Melihat Indra yang hampir klimaks, aku pun terkejut.



“Ndraa... jangan keluarriin di daleemm...” Kataku.



Mendengar perkataanku, Indra pun langsung mencabut batang kemaluannya dari lubang kemaluanku. Kemudian, ia pun mengocok-ngocok batang penis nya yang masih sangat keras itu.



“Huuuuhhhhhh.... Uuuooggghhh!” Indra mengerang dengan keras.



Bersamaan dengan itu... Croot.. croot.. croooot..! Sperma Indra pun langsung muncrat dengan deras ke perut dan pahaku. Crot... crot... crooottt! Lagi-lagi, gelombang kedua sperma Indra pun kembali menyembur dan membasahi perutku. Aku merasakan kehangatan di perut dan pahaku akibat sperma Indra yang begitu banyaknya menyemprot ke tubuhku. Gila, sperma Indra luar biasa banyaknya. Aku yakin jumlah sperma nya melebihi pria pada umumnya, termasuk suamiku. Setelah itu, Indra pun langsung kembali menindihku, dan mencium bibirku dengan mesra. Aku pun juga ikut balas menciumnya dengan mesra.



Berangsur-angsur, gelora kenikmatan itu mulai menurun. Kami mulai menghentikan ciuman bibir mesra kami. Untuk beberapa saat Indra masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Tubuh kami berdua pun masih berpelukan dengan eratnya. Erangan-erangan kecil masih keluar dari mulut kami berdua guna mengatur napas kami masing-masing. Setelah itu, ia melepaskan pelukannya dan berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Indra. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap pernikahanku. Itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku. Akan tetapi, di sisi lain, aku begitu menikmati pergumulanku dengan Indra.



”Sorry, Ci Lisa. Aku telah khilaf dan memaksa cici melakukan perbuatan ini.” Ujar Indra dengan lirih.



Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran kami masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah napasku kembali normal, aku mulai berdiri dari tempat tidur. Aku kembali mengenakan celana dalam-ku, BH-ku, kemudian celana pendek coklatku, dan kemeja hijauku. Aku juga membetulkan rambutku seadanya.



“Yuk, pulang.” Kataku.



Indra pun hanya mengangguk, kemudian ia pun mulai berdiri dari tempat tidur. Batang penis milik Indra kulihat sudah mulai melemas, dan masih belepotan oleh spermanya. Ia pun juga mengenakan pakaian lengkapnya. Kemudian, kami sama-sama melangkah dari losmen ini menuju ke mobil. Dalam perjalanan pulang, tidak ada satu pun kata-kata yang keluar dari mulut kami. Aku pun juga merasakan bahwa sperma Indra masih membasahi tubuhku. Entah kenapa aku juga tidak tahu mengapa aku memilih untuk tidak membersihkannya.



Indra mengantarku sampai ke gang rumahku. Sebelum aku turun dari mobil, Indra sempat mengecup bibirku sekali. Kemudian, aku turun dari mobil dan berjalan menuju rumahku tanpa menoleh kebelakang.


Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

202