Bab 7 Part 7
by Dinda Tirani
17:07,May 08,2024
Sesampainya di rumah, Ratna dengan kepayahan berusaha turun dari mobilku. Badan dan kaki Ratna seperti nya masih lemas karena klimaks nya tadi di perjalanan.
Kemeja Ratna sudah lecek tidak seperti tadi ketika masih di kantor. Jilbab Ratna juga sudah di simpan rapi di dalam tas. Biarlah, lagian juga nanti ga kepake jilbab itu. Rambut Ratna yang hitam bergelombang itu awut-awutan tak karuan.
Turun dari mobil, Ratna langsung mendekap lenganku. Rasa kenyal dari teteknya sangat terasa akibat dekapan tubuh Ratna di lengan ku. Aku pun langsung membopong nya masuk ke dalam rumah.
“Aku ambilin minum dulu ya..” ujarku pada Ratna yang sudah terbaring lemas di sofa ruang tamuku.
Aku pun ke dapur mengambil segelas teh manis yang sudah Ika siapkan sebelumnya.
“Makasih yah kang..” ucap Ratna sambil segera meneguk teh manis itu hingga tandas. Sepertinya desahan dan lenguhan Ratna sepanjang jalan tadi membuat kerongkongan nya kering.
“Duh rumah akang bagus ya..” ujar Ratna memuji rumahku.
Kami pun mengobrol ngalor ngidul beberapa menit. Ratna sudah tidak canggung sama sekali kepadaku. Obrolan kami terasa begitu mengalir dengan diselingi oleh candaan yang membuat kami seakan telah akrab sejak lama. Colekan dan jawilan tangan Ratna juga berkali kali mampir ke paha dan lengan ku.
“Ratna teh di ajak kesini cuma mau diajak ngobrol aja nih kang?” ujar Ratna sambil mengerling nakal kepadaku. Sepertinya tenaga Ratna sudah pulih dan dia ingin segera melanjutkan permainan kami.
Baru saja aku berpindah duduk ke sebelahnya..
“Duh tapi kepala Ratna kenapa yah ini kang? Tunduh (ngantuk) pisan.. Hoamm..” ujarnya sambil menyender kepadaku. Aku pun bingung dengan reaksi Ratna. Ratna tadi sudah mulai memancing ku terus kenapa pas disamperin malah dia bilang ngantuk?
Baru mau kucium bibir Ratna yang tebal itu, Ratna malah mendengkur halus. Lah kok Ratna malah tidur??? Wah.. ada yang ga beres kayak nya nih..
“IKAAAA…” teriakku kencang memanggil Ika.
Ika keluar dari kamarku dengan keadaan sudah bugil. Ika keluar dengan tersenyum genit kepadaku karena Ika kira rencana kami sudah bisa dimulai.
Ketika Ika melihat Ratna tertidur, Ika pun terkejut..
“Loh kok teh Ratna nya malah tidur sih kang?” tanyanya bingung menyalahkanku. Hadeh, pasti Ika salah eksekusi nih..
“Kamu tadi nyampur minum si Ratna pake botol yang mana Ka?” ujarku sebal kepadanya.
Rencana awal kami adalah membuat Ratna meminum teh manis buatan Ika yang sudah dicampur obat perangsang. Setelah obat bekerja, Ika akan membalas dendam dengan cara ‘menyiksa’ Ratna dengan rangsangan tanpa ampun hingga Ratna sepenuhnya akan menyerahkan diri nya kepadaku.
“Ini kang..” ujar Ika sambil menyodorkan sebuah botol kecil seperti botol obat tetes mata kepadaku.
Botol itu berwarna biru. Ada tulisan label di botol itu dengan bahasa inggris. Sleep aid liquid. Duh.. ini sih obat tidur Ikaaaa….
“Yang warna pink harusnya Ka..” ucapku lemas kepadanya. Berantakan sudah rencana kami untuk Ratna.
Sebetulnya bukan salah Ika sih. Aku yang lupa kalau Ika tidak paham dengan label di botol itu yang berbahasa inggris. Makanya, Ika bisa-bisa nya sampai salah mengambil botol di laci lemari ku.
Terus gimana ya ini? Show must go on, penisku sudah tidak sabar untuk menjajah binor seksi ini.
“Ambil tali dulu sana Ka..” pintaku kepada Ika. Ika langsung pergi ke arah dapur mencari tali-talian yang harusnya tersimpan disitu.
Sambil menunggu Ika, aku langsung menggendong Ratna yang sudah tertidur lelap untuk pindah ke dalam kamarku. Sebelum ku dudukkan Ratna di kursi kerja ku, aku menelanjangi Ratna dulu.
Glekk.. besarnya…
Aku menelan ludah melihat goyangan toket Ratna yang melompat ketika ku lepaskan kemeja dan bra nya.
Kulit tetek Ratna yang begitu putih membuat guratan biru dari urat-urat di area dada nya terlihat sangat jelas. Dibandingkan tetek nya yang besar itu, ternyata pentil Ratna memiliki ukuran yang kecil dengan warna kecoklatan areolanya yang juga tidak begitu lebar.
Pentil di tetek Ratna sudah seperti buah ceri yang menjadi penghias di atas sebuah kue tart putih yang begitu besar. Pasti manis rasanya..
Setelah selesai kutelanjangi, tak lama kemudian Ika pun datang dengan membawa tali dan gunting. Segera aku langsung mengikat kedua pergelangan tangan Ratna ke belakang kursi. Setelah itu ku buka kaki Ratna yang sintal itu dan kuikatkan masing-masing pergelangan kaki nya ke ujung kaki kursi.
Posisi Ratna sekarang tidur terduduk dengan tangan yang terikat di belakang serta kedua kkaki nya terbuka lebar.
Posisi tangannya yang terikat ke belakang membuat dada nya otomatis menjadi lebih membusung ke depan memamerkan gunung kembar Ratna yang sungguh menggoda. Gatal rasanya tanganku untuk meremas tetek Ratna yang begitu gede..
Kaki nya yang tebuka lebar juga membuat belahan selangkangannya menjadi tontonan gratis untuk ku.
Berbeda dengan bulu jembut Ika yang sudah tercukur habis, selangkangan Ratna terlihat ditumbuhi bulu jembut yang tebal. Sangat kontras dengan warna kulit selangkangan dan paha Ratna yang putih mulus tanpa cacat.
Bibir vagina Ratna yang tembem terlihat merekah seakan menggodaku segera masuk menyetubuhinya.
Aduhh... harus jaga iman dulu nih gue.. sabar.. sabar...
Kuambil boks kecil milikku yang tersimpan di laci lemari. Di dalam situ terdapat botol obat perangsang dan obat tidur yang kubeli sekalian waktu aku memesan lingerie dan baju rumahan seksi untuk Ika. Selain itu, ada beberapa ‘mainan’ lagi yang aku beli sekalian sebagai perbekalan penjajahan ku di Cikokol.
Beberapa boks kondom, botol cairan pelumas, dan…
Drrrrttttt…..
Vibrator kecil itu kumasukkan ke memek Ratna yang masih basah dengan sisa cairan orgasme nya tadi. Aku set getaran vibrator ke level medium. Setelah masuk, terasa kedutan kecil di otot-otot perut dan sekitaran selangkangan Ratna.
“Sshhh…” suara desisan keluar pelan dari sela bibir Ratna yang terbuka tipis. Lipstik nya yang berwarna merah terang terlihat belepotan hingga ke pipi nya akibat cumbuan kami yang begitu heboh sewaktu di mobil tadi.
Hmmm… walaupun masih terpejam dan pulas tertidur, ternyata rangsangan vibrator di dalam vagina nya tetap berhasil membuat tubuh Ratna bereaksi.
Sretttttt..
Sebuah lakban hitam menutup mulut Ratna. Ika yang daritadi menunggu aksi ku selesai langsung menutup mulut Ratna dengan kasar. Sepertinya dendam Ika begitu dalam kepada Ratna.
Sudah tidak terdengar desahan Ratna keluar dari bibirnya karena telah tertutup lakban. Kini yang tersisa hanya suara nafas Ratna yang semakin memberat.
“Jangan galak-galak atuh Ka..” ucapku sambil memeluk Ika dan mencium bibirnya.
Ika tidak menjawab ucapan ku tapi langsung saja membalas kuluman bibirku di bibirnya. Sepertinya birahi Ika sudah terpancing setelah melihat Ratna yang bugil dalam posisi terikat tak berdaya.
Baru sebentar berciuman, kurasakan nafas Ika juga ikut memberat.
Kurasakan jari jemari Ika dengan lihai membuka kancing kemeja ku satu per satu. Dalam hitungan detik, kemeja ku sudah terlepas. Tak lama, jeans dan celana dalam ku pun ikut tanggal meninggalkan tubuh ku telanjang tanpa tersisa sehelai benang pun.
Ketika masih larut dalam cumbuan bibir ku di bibir Ika yang tipis, kurasakan tangan Ika mendorong dadaku pelan.
Aku pun mengikuti arah dorongan tangannya hingga akhirnya aku terduduk di kursi yang posisinya tepat berseberangan dengan posisi Ratna duduk. Posisi Ika sekarang duduk berhadapan dipangkuanku.
Dari balik tubuh Ika yang mungil ini, aku dapat melihat pemandangan tubuh bugil Ratna yang sedang terikat. Pemandangan itu langsung semakin memancing nafsuku.
Tanganku yang daritadi memeluk erat Ika mulai bergerilya. Teteknya yang kecil itu kuremas lembut serta pentilnya ikut aku pilin. Tanganku yang satu lagi juga langsung menyelinap ke selangkangan nya mencari klitoris Ika yang masih bersembunyi.
“Acchhh…. Akanghhh…”
Bibir tipis Ika langsung mengeluarkan desahan akibat rangsangan yang kuberikan. Pinggul Ika bergoyang-goyang mencoba menggesekkan bibir memeknya dengan batang kemaluan ku yang sudah kembali tegang.
Makin lama kurasakan penisku semakin licin karena lelehan cairan kemaluan Ika sudah merembes semakin banyak.
“Ssshhhhh…. Sssshhhh…. Shhhhhh….” desisan demi desisan keluar dari mulut Ika menikmati cumbuan mulutku di puting dan dadanya. Pinggulnya semakin kencang menggesek-gesekkan memeknya ke penisku. Ayunan pinggulnya membuat kepala penisku beberapa kali hampir menyeruak masuk ke vagina nya.
Slebbbb…
Bersambung
Kemeja Ratna sudah lecek tidak seperti tadi ketika masih di kantor. Jilbab Ratna juga sudah di simpan rapi di dalam tas. Biarlah, lagian juga nanti ga kepake jilbab itu. Rambut Ratna yang hitam bergelombang itu awut-awutan tak karuan.
Turun dari mobil, Ratna langsung mendekap lenganku. Rasa kenyal dari teteknya sangat terasa akibat dekapan tubuh Ratna di lengan ku. Aku pun langsung membopong nya masuk ke dalam rumah.
“Aku ambilin minum dulu ya..” ujarku pada Ratna yang sudah terbaring lemas di sofa ruang tamuku.
Aku pun ke dapur mengambil segelas teh manis yang sudah Ika siapkan sebelumnya.
“Makasih yah kang..” ucap Ratna sambil segera meneguk teh manis itu hingga tandas. Sepertinya desahan dan lenguhan Ratna sepanjang jalan tadi membuat kerongkongan nya kering.
“Duh rumah akang bagus ya..” ujar Ratna memuji rumahku.
Kami pun mengobrol ngalor ngidul beberapa menit. Ratna sudah tidak canggung sama sekali kepadaku. Obrolan kami terasa begitu mengalir dengan diselingi oleh candaan yang membuat kami seakan telah akrab sejak lama. Colekan dan jawilan tangan Ratna juga berkali kali mampir ke paha dan lengan ku.
“Ratna teh di ajak kesini cuma mau diajak ngobrol aja nih kang?” ujar Ratna sambil mengerling nakal kepadaku. Sepertinya tenaga Ratna sudah pulih dan dia ingin segera melanjutkan permainan kami.
Baru saja aku berpindah duduk ke sebelahnya..
“Duh tapi kepala Ratna kenapa yah ini kang? Tunduh (ngantuk) pisan.. Hoamm..” ujarnya sambil menyender kepadaku. Aku pun bingung dengan reaksi Ratna. Ratna tadi sudah mulai memancing ku terus kenapa pas disamperin malah dia bilang ngantuk?
Baru mau kucium bibir Ratna yang tebal itu, Ratna malah mendengkur halus. Lah kok Ratna malah tidur??? Wah.. ada yang ga beres kayak nya nih..
“IKAAAA…” teriakku kencang memanggil Ika.
Ika keluar dari kamarku dengan keadaan sudah bugil. Ika keluar dengan tersenyum genit kepadaku karena Ika kira rencana kami sudah bisa dimulai.
Ketika Ika melihat Ratna tertidur, Ika pun terkejut..
“Loh kok teh Ratna nya malah tidur sih kang?” tanyanya bingung menyalahkanku. Hadeh, pasti Ika salah eksekusi nih..
“Kamu tadi nyampur minum si Ratna pake botol yang mana Ka?” ujarku sebal kepadanya.
Rencana awal kami adalah membuat Ratna meminum teh manis buatan Ika yang sudah dicampur obat perangsang. Setelah obat bekerja, Ika akan membalas dendam dengan cara ‘menyiksa’ Ratna dengan rangsangan tanpa ampun hingga Ratna sepenuhnya akan menyerahkan diri nya kepadaku.
“Ini kang..” ujar Ika sambil menyodorkan sebuah botol kecil seperti botol obat tetes mata kepadaku.
Botol itu berwarna biru. Ada tulisan label di botol itu dengan bahasa inggris. Sleep aid liquid. Duh.. ini sih obat tidur Ikaaaa….
“Yang warna pink harusnya Ka..” ucapku lemas kepadanya. Berantakan sudah rencana kami untuk Ratna.
Sebetulnya bukan salah Ika sih. Aku yang lupa kalau Ika tidak paham dengan label di botol itu yang berbahasa inggris. Makanya, Ika bisa-bisa nya sampai salah mengambil botol di laci lemari ku.
Terus gimana ya ini? Show must go on, penisku sudah tidak sabar untuk menjajah binor seksi ini.
“Ambil tali dulu sana Ka..” pintaku kepada Ika. Ika langsung pergi ke arah dapur mencari tali-talian yang harusnya tersimpan disitu.
Sambil menunggu Ika, aku langsung menggendong Ratna yang sudah tertidur lelap untuk pindah ke dalam kamarku. Sebelum ku dudukkan Ratna di kursi kerja ku, aku menelanjangi Ratna dulu.
Glekk.. besarnya…
Aku menelan ludah melihat goyangan toket Ratna yang melompat ketika ku lepaskan kemeja dan bra nya.
Kulit tetek Ratna yang begitu putih membuat guratan biru dari urat-urat di area dada nya terlihat sangat jelas. Dibandingkan tetek nya yang besar itu, ternyata pentil Ratna memiliki ukuran yang kecil dengan warna kecoklatan areolanya yang juga tidak begitu lebar.
Pentil di tetek Ratna sudah seperti buah ceri yang menjadi penghias di atas sebuah kue tart putih yang begitu besar. Pasti manis rasanya..
Setelah selesai kutelanjangi, tak lama kemudian Ika pun datang dengan membawa tali dan gunting. Segera aku langsung mengikat kedua pergelangan tangan Ratna ke belakang kursi. Setelah itu ku buka kaki Ratna yang sintal itu dan kuikatkan masing-masing pergelangan kaki nya ke ujung kaki kursi.
Posisi Ratna sekarang tidur terduduk dengan tangan yang terikat di belakang serta kedua kkaki nya terbuka lebar.
Posisi tangannya yang terikat ke belakang membuat dada nya otomatis menjadi lebih membusung ke depan memamerkan gunung kembar Ratna yang sungguh menggoda. Gatal rasanya tanganku untuk meremas tetek Ratna yang begitu gede..
Kaki nya yang tebuka lebar juga membuat belahan selangkangannya menjadi tontonan gratis untuk ku.
Berbeda dengan bulu jembut Ika yang sudah tercukur habis, selangkangan Ratna terlihat ditumbuhi bulu jembut yang tebal. Sangat kontras dengan warna kulit selangkangan dan paha Ratna yang putih mulus tanpa cacat.
Bibir vagina Ratna yang tembem terlihat merekah seakan menggodaku segera masuk menyetubuhinya.
Aduhh... harus jaga iman dulu nih gue.. sabar.. sabar...
Kuambil boks kecil milikku yang tersimpan di laci lemari. Di dalam situ terdapat botol obat perangsang dan obat tidur yang kubeli sekalian waktu aku memesan lingerie dan baju rumahan seksi untuk Ika. Selain itu, ada beberapa ‘mainan’ lagi yang aku beli sekalian sebagai perbekalan penjajahan ku di Cikokol.
Beberapa boks kondom, botol cairan pelumas, dan…
Drrrrttttt…..
Vibrator kecil itu kumasukkan ke memek Ratna yang masih basah dengan sisa cairan orgasme nya tadi. Aku set getaran vibrator ke level medium. Setelah masuk, terasa kedutan kecil di otot-otot perut dan sekitaran selangkangan Ratna.
“Sshhh…” suara desisan keluar pelan dari sela bibir Ratna yang terbuka tipis. Lipstik nya yang berwarna merah terang terlihat belepotan hingga ke pipi nya akibat cumbuan kami yang begitu heboh sewaktu di mobil tadi.
Hmmm… walaupun masih terpejam dan pulas tertidur, ternyata rangsangan vibrator di dalam vagina nya tetap berhasil membuat tubuh Ratna bereaksi.
Sretttttt..
Sebuah lakban hitam menutup mulut Ratna. Ika yang daritadi menunggu aksi ku selesai langsung menutup mulut Ratna dengan kasar. Sepertinya dendam Ika begitu dalam kepada Ratna.
Sudah tidak terdengar desahan Ratna keluar dari bibirnya karena telah tertutup lakban. Kini yang tersisa hanya suara nafas Ratna yang semakin memberat.
“Jangan galak-galak atuh Ka..” ucapku sambil memeluk Ika dan mencium bibirnya.
Ika tidak menjawab ucapan ku tapi langsung saja membalas kuluman bibirku di bibirnya. Sepertinya birahi Ika sudah terpancing setelah melihat Ratna yang bugil dalam posisi terikat tak berdaya.
Baru sebentar berciuman, kurasakan nafas Ika juga ikut memberat.
Kurasakan jari jemari Ika dengan lihai membuka kancing kemeja ku satu per satu. Dalam hitungan detik, kemeja ku sudah terlepas. Tak lama, jeans dan celana dalam ku pun ikut tanggal meninggalkan tubuh ku telanjang tanpa tersisa sehelai benang pun.
Ketika masih larut dalam cumbuan bibir ku di bibir Ika yang tipis, kurasakan tangan Ika mendorong dadaku pelan.
Aku pun mengikuti arah dorongan tangannya hingga akhirnya aku terduduk di kursi yang posisinya tepat berseberangan dengan posisi Ratna duduk. Posisi Ika sekarang duduk berhadapan dipangkuanku.
Dari balik tubuh Ika yang mungil ini, aku dapat melihat pemandangan tubuh bugil Ratna yang sedang terikat. Pemandangan itu langsung semakin memancing nafsuku.
Tanganku yang daritadi memeluk erat Ika mulai bergerilya. Teteknya yang kecil itu kuremas lembut serta pentilnya ikut aku pilin. Tanganku yang satu lagi juga langsung menyelinap ke selangkangan nya mencari klitoris Ika yang masih bersembunyi.
“Acchhh…. Akanghhh…”
Bibir tipis Ika langsung mengeluarkan desahan akibat rangsangan yang kuberikan. Pinggul Ika bergoyang-goyang mencoba menggesekkan bibir memeknya dengan batang kemaluan ku yang sudah kembali tegang.
Makin lama kurasakan penisku semakin licin karena lelehan cairan kemaluan Ika sudah merembes semakin banyak.
“Ssshhhhh…. Sssshhhh…. Shhhhhh….” desisan demi desisan keluar dari mulut Ika menikmati cumbuan mulutku di puting dan dadanya. Pinggulnya semakin kencang menggesek-gesekkan memeknya ke penisku. Ayunan pinggulnya membuat kepala penisku beberapa kali hampir menyeruak masuk ke vagina nya.
Slebbbb…
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved