Bab 5 Part 5
by Dinda Tirani
10:11,Apr 26,2024
Beberapa belas menit kemudian kurasakan ujung penisku sudah mulai gatal akibat hisapan Ika.
Ika yang sepertinya sadar kalau batang penis ku makin menggembung malah makin mempercepat kocokan dan hisapannya di penisku.
Entah Ika belajar darimana. Ilmu sepong Ika benar-benar luar biasa.
Tidak perlu lama akhirnya kurasakan rambatan kenikmatan dari penisku menjalar ke seluruh tubuhku.
Crooott… crot.. crot..
Beberapa semburan sperma ku langsung tertelan oleh Ika. Sebagian lagi muncrat ke muka nya yang terliat polos tapi sebenarnya binal itu.
Sambil tersenyum memamerkan wajah cantiknya yang berlumuran dengan sperma ku, Ika dengan telaten membersihkan sisa-sisa pejuh yang ada di penisku.
Ughhh.. Nikmatnya…
Selesai sudah sarapan bibir Ika hari ini.
Aku mengecup dahi Ika mesra yang masih menjilati sisa sperma ku di jemari tangannya dengan gerakan nakal.
Duhhh.. puas banget aku bisa dapat janda kembang seperti Ika..
Tapi tetep ga mungkin nih aku puasa Ika udah ga kuat ngelayanin. Kayaknya aku emang harus cari pemain pengganti…
---
“Halo.. kenapa Ron?"
"Hmm.. gue harus kesana langsung?"
"Lo ga perlu ikut berarti?"
"Cuman tanda tangan aja kan?"
"Yaudah nanti gue nyetir sendiri aja."
"Gampang lah, elo tinggal shareloc aja."
"Iya nanti gue minta di temenin si Ika aja."
"Yaudah."
"Bye.” kututup telfon dari Roni kepala kantorku.
Karena perusahaan ku secara legal baru berdiri, maka masih banyak administrasi yang perlu diurus.
Roni barusan mengabariku kalau ada surat yang perlu di tandatangani di salah satu instansi di Kecamatan. Sekalian mengajak Ika berjalan-jalan, aku pun menolak ajakan Roni untuk mengantarkan ku kesana.
Sekarang aku dan Ika sudah berangkat ke pusat kecamatan. Letaknya hampir 30 menit dari desa Cicilok. Ika terlihat rapi dengan setelan yang baru kubelikan kemarin.
Kayaknya emang kalo Ika kudandani sedikit saja aura kecantikan Ika bisa meningkat dratis. Mirip-mirip artis Amanda Manopo lah minimal..
Mobil ku sudah sampai di instansi yang dimaksud Roni. Tidak sulit menemukan kantor ini karena ada petunjuk nya di google maps.
Ika yang sangat senang pertama kali aku ajak jalan-jalan naik mobil ku berjalan mengikuti langkahku. Semenjak Ika tinggal di rumah ku memang dia belum sempat ku ajak berkeliling menggunakan Fortuner milik ku.
“Enakkan naik ini yah kang daripada naik Carry..” ujarnya polos ketika baru berangkat tadi.
Kami lumayan lama berputar-putar mencari Pusat Informasi. Maklum, kantor instansi ini lumayan ramai dengan warga yang mau mencairkan bantuan uang dari pemerintah.
“Maaf kang, numpang nanya, saya dari Cicilok. Katanya ada dokumen yang kurang tandatangani buat PT Pekerti Juara ya?” tanyaku ke petugas administrasi yang sedang bertugas.
“Ohh.. Kang Japran ya?” Kembali namaku diperkosa oleh warga disini…
“Iya kang, saya harus kemana ya?” tanyaku lagi malas membetulkan cara baca namaku yang salah itu. Zafran woy, bukan Japran.
“Ke ruangan itu aja kang. Ada yang jaga disitu, nanti dibantu. Bilang aja mau tanda tangan dokumen PT PEJU gitu kang..” Kali ini nama perusahaan ku yang diperkosa oleh nya. Pekerti Juara kenapa disingkat PEJU sih kang...
“Nuhun..” aku buru-buru pergi sebelum makin emosi dibuat nya.
Ketika kami berada di depan ruangan itu, kulihat ada satu petugas yang sedang berjaga.
Duh.. geulis cuy..
Sepertinya umur nya sudah masuk 30 tahunan. Badan nya terlihat bohay karena memang agak gemuk tapi tetap terlihat seksi.
Apalagi seragam nya yang ketat membuat lekuk tubuh sintal nya menjadi tercetak jelas. Suguhan pemandangan itu langsung membuat ku menelan ludah.
Duhh.. sasaran baru torpedo ku kayaknya nih..
Baru mau aku mau melangkah masuk ke ruangan itu, Ika dengan cepat menarik tanganku.
“Kenapa Ka?” tanyaku heran.
“Itu…” sambil melirik ke arah petugas bahenol yang masih belum sadar kehadiran kami.
“Itu istri nya mantan suami Ika, Kang..” raut muka Ika terlihat begitu benci kepadanya. Seperti nya masih ada dendam dan amarah karena dia pernah membawa pergi suami Ika. Yah, walau pun secara teknis Ika yang menjadi pelakor nya, tapi tetap saja Ika sepertinya begitu benci kepadanya.
Setelah berbisik-bisik dengan Ika, akhirnya aku menginstruksikan Ika supaya pulang duluan ke rumah.
“Pokok nya siapin yang akang suruh ya Ka..” ujar ku kepada Ika dengan senyum jahat.
“Siap kang.. Pokoknya biar tau rasa dia..” Ika pun langsung pergi tak sabar melakukan rencana kami.
Lumayan lah dapat mainan baru..
Selepas Ika tampak menghilang pulang. Aku pun melangkah masuk dengan gagah ke ruangannya
“Siang teh.. Kenalin, saya Zafran..” dengan memberikan senyum terbaikku, aku langsung menyapa nya.
“Ehh.. siang..” petugas itu agak terkejut melihatku masuk. Matanya langsung memindai wajah dan tubuh ku. Tak lama, ia pun tersenyum ramah..
“Masuk kang Zafran, udah Ratna tungguin daritadi. Mau minum apa kang? Pasti capek yah jauh-jauh dari Cicilok. Duduk dulu atuh di sofa Ratna siapin minum dulu..”
Ramah betul perempuan ini? Atau kelewat ramah?
“Ratna teh udah denger katanya bos besar dari Jakarta dateng ke Cicilok. Masih muda. Ganteng. Eh beneran si akang kasep (ganteng) pisan.. Maap yah kang Ratna cuman ada teh manis..” Ratna seperti salah tingkah dan beberapa tertangkap melirik-lirik ke arahku.
Hmm si Ratna ini ternyata sudah tau siapa aku. Meskipun daerah kecamatan bukan daerah jajahanku seperti Cicilok, tapi nama ku ternyata sudah sampai kemari..
Meskipun aku mencoba fokus, tetap saja ujung mata ku tidak bisa lepas dari dada Ratna yang besar. Kalau Ika bisa kubandingkan dengan centong, Ratna pasti sudah kubandingkan dengan baskom. Duh.. apa rasanya kalau dijepit pakai tetek gede itu..
Menyadari lirikan mataku ke tetek nya yang besar, seperti sengaja Ratna makin membusungkan dadanya. Kancing kemejanya yang ketat seperti hampir lepas tak kuat menahan gunung kembar milik Ratna.
Aku dan Ratna saling tersenyum penuh arti..
...
“Ini aja yang perlu saya tanda tangan teh?” ujarku setelah menyerahkan beberapa dokumen kembali ke Ratna. Aku juga menyelipkan amplop berisi sepuluh lembar seratus ribuan yang memang sudah kusiapkan biar urusan ku cepat selesai.
“Ihh.. banyak amat kang..” ujar Ratna setelah melirik isi amplop dari bawah meja nya.
“Tadinya mau ngasih selembar aja, eh yang ngurusin urusan saya ternyata cantik, makanya saya kasihnya seamplop” jawabku menggodanya.
“Ahh.. si akang mah bisaan gombal nya.. Ratna cantik darimana ih si akang mahhh..” Ratna mulai salah tingkah membetulkan letak jilbab nya yang sebenarnya tidak berantakan.
“Iya atuh, masak saya boong sih teh.. rejeki banget kesini ketemu gadis secantik teteh..” ku rayu Ratna kembali. Muka nya sudah mesam mesem mendengar pujianku.
“Ihh.. Akang mah bisa aja ngegodain Ratna nya. Ratna udah punya suami loh kang..” Ratna mendelik seperti ingin tahu reaksi ku kalau aku tahu dia sudah bersuami.
“Masa sih teh? Kirain Teh Rana masih gadis, abisnya ga keliatan kalau udah punya suami. Duh beruntung banget sih suami Teh Ratna bisa punya istri secantik terus seseksi teteh..” aku sok mendengus supaya terlihat aku iri dengan suami nya bisa beristrikan Ratna.
“Ahh.. akang mah jangan ngegodain Ratna mulu atuh. Ratna jadi malu ihhh..” ucapnya sambil memegang pipinya yang merona merah.
Ratna memang cantik dan seksi. Tidak hanya tetek nya menjadi aset Ratna yang paling menggoda, wajahnya juga putih mulus serta berhidung mancung. Begitu sempurna kalau dijadikan istri. Selain fisiknya yang begitu menggairahkan kaum lelaki, sifatnya yang supel dan nakal ini membuat ku semakin membayangkan kebinalan Ratna di ranjang.
Duhh.. ga boleh lepas ini mah..
Bersambung
Ika yang sepertinya sadar kalau batang penis ku makin menggembung malah makin mempercepat kocokan dan hisapannya di penisku.
Entah Ika belajar darimana. Ilmu sepong Ika benar-benar luar biasa.
Tidak perlu lama akhirnya kurasakan rambatan kenikmatan dari penisku menjalar ke seluruh tubuhku.
Crooott… crot.. crot..
Beberapa semburan sperma ku langsung tertelan oleh Ika. Sebagian lagi muncrat ke muka nya yang terliat polos tapi sebenarnya binal itu.
Sambil tersenyum memamerkan wajah cantiknya yang berlumuran dengan sperma ku, Ika dengan telaten membersihkan sisa-sisa pejuh yang ada di penisku.
Ughhh.. Nikmatnya…
Selesai sudah sarapan bibir Ika hari ini.
Aku mengecup dahi Ika mesra yang masih menjilati sisa sperma ku di jemari tangannya dengan gerakan nakal.
Duhhh.. puas banget aku bisa dapat janda kembang seperti Ika..
Tapi tetep ga mungkin nih aku puasa Ika udah ga kuat ngelayanin. Kayaknya aku emang harus cari pemain pengganti…
---
“Halo.. kenapa Ron?"
"Hmm.. gue harus kesana langsung?"
"Lo ga perlu ikut berarti?"
"Cuman tanda tangan aja kan?"
"Yaudah nanti gue nyetir sendiri aja."
"Gampang lah, elo tinggal shareloc aja."
"Iya nanti gue minta di temenin si Ika aja."
"Yaudah."
"Bye.” kututup telfon dari Roni kepala kantorku.
Karena perusahaan ku secara legal baru berdiri, maka masih banyak administrasi yang perlu diurus.
Roni barusan mengabariku kalau ada surat yang perlu di tandatangani di salah satu instansi di Kecamatan. Sekalian mengajak Ika berjalan-jalan, aku pun menolak ajakan Roni untuk mengantarkan ku kesana.
Sekarang aku dan Ika sudah berangkat ke pusat kecamatan. Letaknya hampir 30 menit dari desa Cicilok. Ika terlihat rapi dengan setelan yang baru kubelikan kemarin.
Kayaknya emang kalo Ika kudandani sedikit saja aura kecantikan Ika bisa meningkat dratis. Mirip-mirip artis Amanda Manopo lah minimal..
Mobil ku sudah sampai di instansi yang dimaksud Roni. Tidak sulit menemukan kantor ini karena ada petunjuk nya di google maps.
Ika yang sangat senang pertama kali aku ajak jalan-jalan naik mobil ku berjalan mengikuti langkahku. Semenjak Ika tinggal di rumah ku memang dia belum sempat ku ajak berkeliling menggunakan Fortuner milik ku.
“Enakkan naik ini yah kang daripada naik Carry..” ujarnya polos ketika baru berangkat tadi.
Kami lumayan lama berputar-putar mencari Pusat Informasi. Maklum, kantor instansi ini lumayan ramai dengan warga yang mau mencairkan bantuan uang dari pemerintah.
“Maaf kang, numpang nanya, saya dari Cicilok. Katanya ada dokumen yang kurang tandatangani buat PT Pekerti Juara ya?” tanyaku ke petugas administrasi yang sedang bertugas.
“Ohh.. Kang Japran ya?” Kembali namaku diperkosa oleh warga disini…
“Iya kang, saya harus kemana ya?” tanyaku lagi malas membetulkan cara baca namaku yang salah itu. Zafran woy, bukan Japran.
“Ke ruangan itu aja kang. Ada yang jaga disitu, nanti dibantu. Bilang aja mau tanda tangan dokumen PT PEJU gitu kang..” Kali ini nama perusahaan ku yang diperkosa oleh nya. Pekerti Juara kenapa disingkat PEJU sih kang...
“Nuhun..” aku buru-buru pergi sebelum makin emosi dibuat nya.
Ketika kami berada di depan ruangan itu, kulihat ada satu petugas yang sedang berjaga.
Duh.. geulis cuy..
Sepertinya umur nya sudah masuk 30 tahunan. Badan nya terlihat bohay karena memang agak gemuk tapi tetap terlihat seksi.
Apalagi seragam nya yang ketat membuat lekuk tubuh sintal nya menjadi tercetak jelas. Suguhan pemandangan itu langsung membuat ku menelan ludah.
Duhh.. sasaran baru torpedo ku kayaknya nih..
Baru mau aku mau melangkah masuk ke ruangan itu, Ika dengan cepat menarik tanganku.
“Kenapa Ka?” tanyaku heran.
“Itu…” sambil melirik ke arah petugas bahenol yang masih belum sadar kehadiran kami.
“Itu istri nya mantan suami Ika, Kang..” raut muka Ika terlihat begitu benci kepadanya. Seperti nya masih ada dendam dan amarah karena dia pernah membawa pergi suami Ika. Yah, walau pun secara teknis Ika yang menjadi pelakor nya, tapi tetap saja Ika sepertinya begitu benci kepadanya.
Setelah berbisik-bisik dengan Ika, akhirnya aku menginstruksikan Ika supaya pulang duluan ke rumah.
“Pokok nya siapin yang akang suruh ya Ka..” ujar ku kepada Ika dengan senyum jahat.
“Siap kang.. Pokoknya biar tau rasa dia..” Ika pun langsung pergi tak sabar melakukan rencana kami.
Lumayan lah dapat mainan baru..
Selepas Ika tampak menghilang pulang. Aku pun melangkah masuk dengan gagah ke ruangannya
“Siang teh.. Kenalin, saya Zafran..” dengan memberikan senyum terbaikku, aku langsung menyapa nya.
“Ehh.. siang..” petugas itu agak terkejut melihatku masuk. Matanya langsung memindai wajah dan tubuh ku. Tak lama, ia pun tersenyum ramah..
“Masuk kang Zafran, udah Ratna tungguin daritadi. Mau minum apa kang? Pasti capek yah jauh-jauh dari Cicilok. Duduk dulu atuh di sofa Ratna siapin minum dulu..”
Ramah betul perempuan ini? Atau kelewat ramah?
“Ratna teh udah denger katanya bos besar dari Jakarta dateng ke Cicilok. Masih muda. Ganteng. Eh beneran si akang kasep (ganteng) pisan.. Maap yah kang Ratna cuman ada teh manis..” Ratna seperti salah tingkah dan beberapa tertangkap melirik-lirik ke arahku.
Hmm si Ratna ini ternyata sudah tau siapa aku. Meskipun daerah kecamatan bukan daerah jajahanku seperti Cicilok, tapi nama ku ternyata sudah sampai kemari..
Meskipun aku mencoba fokus, tetap saja ujung mata ku tidak bisa lepas dari dada Ratna yang besar. Kalau Ika bisa kubandingkan dengan centong, Ratna pasti sudah kubandingkan dengan baskom. Duh.. apa rasanya kalau dijepit pakai tetek gede itu..
Menyadari lirikan mataku ke tetek nya yang besar, seperti sengaja Ratna makin membusungkan dadanya. Kancing kemejanya yang ketat seperti hampir lepas tak kuat menahan gunung kembar milik Ratna.
Aku dan Ratna saling tersenyum penuh arti..
...
“Ini aja yang perlu saya tanda tangan teh?” ujarku setelah menyerahkan beberapa dokumen kembali ke Ratna. Aku juga menyelipkan amplop berisi sepuluh lembar seratus ribuan yang memang sudah kusiapkan biar urusan ku cepat selesai.
“Ihh.. banyak amat kang..” ujar Ratna setelah melirik isi amplop dari bawah meja nya.
“Tadinya mau ngasih selembar aja, eh yang ngurusin urusan saya ternyata cantik, makanya saya kasihnya seamplop” jawabku menggodanya.
“Ahh.. si akang mah bisaan gombal nya.. Ratna cantik darimana ih si akang mahhh..” Ratna mulai salah tingkah membetulkan letak jilbab nya yang sebenarnya tidak berantakan.
“Iya atuh, masak saya boong sih teh.. rejeki banget kesini ketemu gadis secantik teteh..” ku rayu Ratna kembali. Muka nya sudah mesam mesem mendengar pujianku.
“Ihh.. Akang mah bisa aja ngegodain Ratna nya. Ratna udah punya suami loh kang..” Ratna mendelik seperti ingin tahu reaksi ku kalau aku tahu dia sudah bersuami.
“Masa sih teh? Kirain Teh Rana masih gadis, abisnya ga keliatan kalau udah punya suami. Duh beruntung banget sih suami Teh Ratna bisa punya istri secantik terus seseksi teteh..” aku sok mendengus supaya terlihat aku iri dengan suami nya bisa beristrikan Ratna.
“Ahh.. akang mah jangan ngegodain Ratna mulu atuh. Ratna jadi malu ihhh..” ucapnya sambil memegang pipinya yang merona merah.
Ratna memang cantik dan seksi. Tidak hanya tetek nya menjadi aset Ratna yang paling menggoda, wajahnya juga putih mulus serta berhidung mancung. Begitu sempurna kalau dijadikan istri. Selain fisiknya yang begitu menggairahkan kaum lelaki, sifatnya yang supel dan nakal ini membuat ku semakin membayangkan kebinalan Ratna di ranjang.
Duhh.. ga boleh lepas ini mah..
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved