Bab 15 Kabar Buruk

by Remisakho N.R 16:09,May 19,2023
Bab 15

Terlihat dari cahaya muncul wajah seorang malaikat cantik, yang dia tidak asing…

Wajah ini, dengan hidung yang mancung dan bibir yang merah merona. Dengan mata lebar cantik dan bulu mata yang lentik.

Kecantikan ini dicampur dengan tatapan mata polos malaikat di depannya, memang benar- benar menggambarkan bahwa dia sedang di surga.

Saat Raiden sedang menikmati gambaran malaikat cantik di depannya, dia berkedip sesaat, kemudian merasakan sakit yang luar biasa.

Kemudia matanya terbuka, dia melihat ke atap langit-langit berwarna putih dan lampu.

Juga ada bau Safron dan Sesha di sekitarnya.

Malaikat yang dia lihat tadi, yang ternyata adalah Amera, sedang duduk di samping tempat tidurnya, lalu sedang membalut lukanya.

Raiden, “dimana aku? Apa yang terjadi?”

Amera, “Kamu di toko Al Zahra. Rumahku.”

Raiden, “Kenapa aku bisa disini? Aku bukannya sudah mati, setelah membunuh Clark si cungkring itu? Bagaimana dengan keadaan mereka disana?”

Amera, “Bodoh. Seperti yang kamu tahu. Kamu sudah menghancurkan sarang mereka dan membunuh mereka semua. Setelah ayahku tahu kamu akan menuju ke markas Clark si Crocodile, dia langsung menghubungi beberapa orang, untuk mempersiapkan kalau-kalau terjadi kecelakaan.”

Amera lanjut berkata, “Bayangkan jika kamu gagal dalam membunuh Clark. Resiko yang lebih besar akan menimpa kami. Apakah kamu pernah memikirkannya?”

Raiden berpikir sejenak. Betul juga, dia begitu sok keren sewaktu mendatangi markas Clark. Menghancurkan mereka membabi buta, tapi pada akhirnya, dia hampir mati.

Jika bukan karena bantuan dari para bodyguard, dia mungkin sudah mati di cakar cakra Clark.

Kali ini, dia memang mengakui bahwa dia sangat ceroboh.

Amera melihat Raiden yang terdiam, tahu bahwa pria bodoh ini pasti merasa bersalah.

Dia cukup mengenal sifat Raiden, pria mesum ini meskipun terlihat bodoh dan mesum di depan wanita, namun untuk hatinya, masih bisa dikatakan cukup baik.

Amera tidak ingin Raiden terus merasa bersalah, dia lalu melanjutkan, “Tapi untungnya kamu menang. Jadi tidak ada skenario buruk yang sudah diprediksi oleh ayahku. Ayahku dan beberapa koneksinya sedang membereskan masalah ini disana. Kamu masuk dan membunuh lebih dari 25 orang, apakah menurutmu kamu itu seorang Dewa yang bisa melawan hukum masyarakat dan negara?”

Raiden terdiam sejenak, berkata, “Aku tidak membunuh mereka semua. Paling tidak, ada 5 orang yang bukan aku pelakunya.”

Amera, “Huh. Sudahlah, masalah ini sudah dibereskan oleh ayahku. Sekarang kamu harus disembuhkan disini.”

Amera, “Ngomong-ngomong, terimakasih. Bagaimanapun juga kamu sudah meresikokan nyawamu hanya untuk membalaskan dendam kita. Keluarga kita akan mengingat budi ini."

Raiden, "...."

Dia terdiam sejenak. Dia tidak tidak tahu harus berkata apa.

Beberapa saat kemudian, dia melihat kesamping tempat tidur, melihat Amera yang sedang membalut luka dalam di tangannya.

Raiden, "tidak masalah. Untuk calon istriku, aku rela mati. Kalaupun aku mati, ini juga layak. Mati demi wanita yang sangat cantik dan baik sepertimu, meski harus melawan seluruh organisasi The Judge, aku juga akan melakukannya."

Dia sedikit tersenyum menggoda, melihat ke wajah cantik Amera yang bak malaikat.

Amera memang gadis luar biasa. Meski temperamennya tidak sepanas dan semenggoda wanita lain, tapi wajahnya penuh dengan aura kalem dan paras manisnya memang bisa membuat semua pria lupa akan hal lain disekitarnya.

Ditambah dia yang menggunakkan pakaian muslim dan hijab, namun proporsi tubuhnya masih terlihat bagus, Raiden merasa dia saat ini seperti seorang bajingan.

Wanita polos dan lugu di depannya, juga masih dia imajinasikan.

Amera melihat hal ini, dia tertawa kecil, kemudian berkata, "kamu memang pria paling bodoh yang pernah aku temui. Kenapa kamu tidak mati saja, seperti kecoa yang selalu bertahan di saat darurat, seperti buaya yang bermulut besar, seperti beruang dengan kekuatan yang begitu besar. Huh"

Amera berkata sambil pipinya memerah, dia tidak berani menatap mata Raiden secara langsung.

Raiden lalu lanjut menggoda, "Aku belum mau mati kalau belum nikah sama kamu."

Amera tidak membalas kali ini. Hanya berkata, "Sudah jangan banyak bergerak. Aku akan memberikan cakra regen agar lukamu cepat sembuh. Beberapa lukamu sangat dalam, organ dalammu juga ada yang terluka sedikit. Meski tidak membahayakan, namun kalau terlambat sedikit saja untuk diselamatkan, hasilnya bisa berbeda jauh."

Raiden tersenyum. Dia merasa sangat bersyukur. Dia juga ingat, ibu Amera adalah seorang Master dengan kemampuan cakra regen. Bisa menyembuhkan luka dengan cara menyalurkan cakranya ke tubuh seseorang. Tidak diduga kemampuan ini diturunkan pada anaknya, begitu juga dengan kemampuannya.

Raiden bertanya, "Kapan kamu menyadari kekuatanmu?"

Amera terdiam sejenak. Lalu dia melihat Raiden, tatapan matanya agak sembab.

Amera, ""Setelah ibuku dibunuh oleh Clark. Lalu ayahku juga dilukai olehnya. Saat itulah aku merasakan patah hati dan kesedihan terbesar di hatiku. Kemudian aku hanya berpikir untuk menyelamatkan ayahku, kemudian aku menyadari bahwa apa yang kusentuh pada saat cakraku meluap, akan menyembuhkan banyak hal. Tumbuhan, hewan, manusia."

Amera, ""Clark menyadari kekuatanku ini. Saat itu, dia sangat tertarik padaku. Ingin membawaku menjadi selirnya dan juga pendukungnya. Namun dengan koneksi ayahku, pada akhirnya, aku masih bisa selamat. Tapi Clark tidak pernah berhenti memikirkanku."

Raiden, "Aku paham. Sekarang Clark sudah mati. tidak akan ada masalah untuk kalian setelah ini."

Amera, "Betul. Masalah kami selesai. Tapi masalahmu baru saja dimulai. Aku dengar dari ayahku, The Judge mempertanyakan perbuatanmu yang menghabisi markas Clark. Clark juga seorang Sweeper yang bergengsi di The Judge. The Judge merasa kamu melakukan hal diluar hak-mu. Saat ini ayahku sedang mencari info dan menghubungi koneksinya untuk memberikan pembelaan padamu."

Wajah Raiden cemberut, dia berkata, "Tidak kuduga masalah akan menjadi seribet ini. Awalnya aku hanya ingin berurusan dengan Black Killer dan Goran. Sekarang kelihatannya aku harus bertemu lagi dengan The Judge lagi."

Setelah berkata, Raiden tertidur lagi, Amera disebelahnya terus mengusap tubuhnya dan memberikan cakra regen pada tubuhnya.

Raiden merasakan perasaan hangat dan nikmat yang sangat luar biasa, ditambah dengan tangan halus Amera, dia merasa jika waktu berhenti saat ini, dunia akan terasa indah.

Raiden aga tidak bisa menahan, dia mencoba untuk memegang tangan Amera.

Amera terkejut saat melihat Raiden melakukan inj, berkata, "Kamu ngapain?"

Raiden berkata, "Tanganmu halus sekali. Rasa sakit di tubuhku ini rasanya seakan tidak ada apa-apanya lagi. Hehehe."

Amera terlihat malu, dengan wajah kesal berkata, "Hentikan kebodohanmu atau aku tidak mau menyembuhkanmu !"

Saat mereka sedang mengobrol, telepon Amera berbunyi.

did did did.

Melihat nama penelepon di HP, Amera segera melepaskan tangan Raiden yang menggenggam tangannya, kemudian dia mengambil HP di sebelahnya.

Amera, "Halo, ya ayah, ada apa?"

Reyhan, di sisi lain berkata, "Apakah kamu masih bersama Raiden?"

Amera, "Ya ayah, dia tidur di sampingku. Aku masih merawatnya."

Reyhan, "berikan telepon padanya."

Mendengar ini, Amera melihat Raiden, lalu memberikan HP kepadanya.

Amera, "Ayahku mau bicara denganmh."

Raiden melihat ini, wajahnya cemberut, lalu berkata, "Kenapa setiap aku lagi senang ada saja yang mengganggu. Apakah aku ini kena kutukan?"

Raiden mengambil Hp dari tangan Amera, kemudian dengan malas berkata ke telepon, "Ada apa?"

Reyhan, "Ada berita buruk untuk kamu. "

Setelah mengatakan ini, ada keheningan di telepon.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

30