Bab 10: Gairah di Dalam Mobil

by Michael Bosley 16:07,Dec 05,2024
Suara Xander terdengar kasar seolah sengaja melepaskan topeng yang melekat selama ini. Dia berkata, "Oke, Emma, punya nyali juga kamu! Kalau begitu, asal tahu juga ya kalau aku, Xander Vanderbilt, sudah bermain dengan lebih dari lima puluh wanita. Jangan menahanku pakai alasan bahwa kamu itu tunanganku. Meskipun kita mungkin menikah nanti, setelah menikah, aku tetap akan mengajak wanita-wanita itu ke rumah!"

"Kalau bisa tahan, tahan saja. Kalau nggak bisa, kamu tetap harus tahan! Nggak kuat? Kalau benar-benar nggak kuat, jangan tunangan denganku! Ingat baik-baik, pertunangan ini adalah hal yang diinginkan keluarga Golding sampai memohon sambil berlutut. Aku bahkan nggak keberatan meskipun kamu adalah barang bekas yang pernah ditiduri sopir, jadi apa hakmu berpura-pura suci di depanku? Masih berani bersikap seperti kamu ini putri terhormat keluarga Golding? Huh, memuakkan!"

"Mau membatalkan pertunangan, ha? Boleh saja, tapi kamu harus menyetujui satu syarat!"

Emma menarik napas dalam-dalam, "Apa syaratnya?"

Xander mencibir, "Tunggu sampai aku puas dengan tubuhmu, baru setelah itu kamu bisa mencari sopir kesayanganmu atau orang lain, terserah. Aku nggak akan menghalangimu!"

Emma berusaha menahan emosinya, tetapi sikapnya semakin tegas, "Oke, karena kamu sudah bicara dengan tegas, aku juga nggak perlu khawatir lagi! Kalau kamu anggap Emma Golding sebagai wanita yang lemah dan bisa ditindas, kamu salah besar. Kamu membuat kesalahan besar kalau berpikir bisa menginjak-injak aku!"

"Kalau mau memperbesar masalah, silakan. Akan kuladeni sampai akhir! Sekarang aku akan hubungi teman-temanku di media dan beri tahu mereka bahwa semua yang terjadi semalam itu benar. Meskipun aku, Emma, sudah hancur, kamu, Xander, akan jadi bahan tertawaan semua kenalan-kenalanmu di sini! Kalau keluarga Vanderbilt saja nggak takut dipermalukan, kenapa aku harus takut?"

Xander tampak ragu-ragu sejenak, lalu menggeram, "Oke, Emma, berani juga kamu. Aku benar-benar meremehkanmu! Apa sopir rendahan itu masih di sana? Bilang sama dia, masalah ini masih belum selesai. Anak buahku sedang mencari dia!"

Emma menatap Andreas dengan tajam, suaranya sengaja dipelankan, "Masalah ini nggak ada hubungannya dengan orang itu. Aku nggak kenal dia. Atas dasar apa kamu mengejar-ngejar?"

Xander tertawa terbahak-bahak. "Nggak ada hubungannya dengan dia? Dia tidur dengan wanitaku dan memukuliku. Sekarang kamu bilang itu nggak ada hubungannya dengan dia? Emma, kamu benar-benar pelacur murahan! Baru juga ditiduri, sekarang mulai membela bajingan itu? Pura-pura suci, padahal perempuan seperti kamu cocok dengan anjing seperti dia. Kalian berdua pasangan yang serasi!"

"Sudah nggak ada jalan keluar. Bilang pada si Andreas itu, dia nggak akan bisa lari dari Alverton. Akan kupastikan dia mati kali ini! Kalau kamu nggak ingin dia mati, jangan buat masalah! Kalau kamu nggak mau memperbesar masalah ini, datang saja ke rumah keluarga Vanderbilt sekarang. Jangan uji kesabaranku. Aku bisa saja menunggu, tapi keluarga Golding nggak akan bisa!"

Dengan suara "tuut, tuut" telepon itu tiba-tiba terputus!

Emma melemparkan teleponnya ke samping dengan sedikit cibiran, "Aku sudah bilang pergi, tapi kamu nggak mau. Sekarang berakhir sudah. Kamu nggak bisa kabur lagi!"

Andreas mengabaikan sindiran Emma. "Sejak awal, aku memang nggak berniat kabur!"

Emma mengernyit. "Andreas, mau apa lagi kamu sekarang? Kamu dengar sendiri di telepon tadi, Xander nggak akan membiarkanmu lolos!"

Andreas sama sekali tidak terusik dengan itu. "Sudah kubilang nggak apa-apa. Kamu pulang saja dulu. Serahkan semuanya padaku!"

Emma menoleh, tatapan matanya yang tajam seolah bisa menembus orang lain. "Mau menghadapi dia? Bagaimana caranya? Mau apa kamu? Apa rencanamu?"

Andreas tidak menjelaskan lebih lanjut. "Soal menghadapi dia itu urusanku, bukan urusanmu. Aku sudah bilang akan bertanggung jawab, jadi aku pasti akan menyelesaikan semuanya dengan baik."

Emma mencibir habis-habisan. "Kamu sudah terjerat masalah, tapi masih sok peduli denganku? Andreas, kamu pikir seorang sopir sepertimu benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini sendiri? Bisa nggak sih, jangan menyepelekan situasi? Masalah ini nggak segampang itu!"

Andreas tidak peduli dan tiba-tiba bertanya, "Kalau begitu, jawab dengan jujur. Yang semalam itu pengalaman pertamamu melakukan itu?"

Suasana dalam mobil menjadi panas, padahal ada udara dingin dari AC, tetapi malah semakin terasa sesak.

Setelah hening sejenak, Emma menatap keluar jendela dan menjawab dengan nada yang kompleks, "Kalau iya, kenapa? Kalau nggak, kenapa?"

Beberapa saat berlalu sebelum Emma kembali menatapnya dan ketegangan di wajahnya mulai surut. "Andreas, semuanya terjadi karena alasan tertentu tadi malam. Itu bukan niatmu dan bukan juga niatku. Aku tahu kamu mencoba bertanggung jawab dan aku sangat berterima kasih padamu. Tapi aku, Emma, nggak bisa menyelesaikan masalah keluarga, apalagi masalah kita berdua! Dengar, ambil uang ini dan tinggalkan Alverton sekarang juga. Kita nggak ada hubungan apa-apa dan itu akan jadi bantuan terbesar yang bisa kamu berikan padaku!"

"Kalau soal Xander, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan minta dia melepaskanmu. Masalahnya, keluarga Hart berbeda. Kalau kamu benar-benar menyinggung keluarga Hart tanpa memahami seberapa serius masalah ini, aku nggak bisa menjamin keselamatanmu. Aku, Emma Golding, bahkan nggak berdaya di hadapan kekuatan keluarga Hart!"

Mata Andreas mengilat berbahaya. "Buat apa kamu meminta Xander untuk melepaskanku?"

"

Emma menirukan nada bicara Andreas dan berkata, ""Itu urusanku, bukan urusanmu. Jangan khawatir!"""

Andreas tampak seperti sudah menebak sesuatu, "Kamu benar-benar mau menghampiri dia ke rumah keluarga Vanderbilt?"

Emma mengernyit dan dengan tegas mengulang, "Sudah kubilang, kamu nggak perlu khawatir soal itu!"

Tiba-tiba nada suara Andreas menjadi lebih tajam. "Kamu tahu tujuan Xander melepaskanmu! Kalau kamu benar-benar ke sana, apa yang akan dia lakukan padamu nanti? Apa kamu akan membiarkan dia menginjak harga dirimu begitu saja?"

Emma menjawab dengan tegas dan auranya semakin mendominasi. "Andreas, kamu sebaiknya pikirkan dulu posisimu sebelum berbicara begitu denganku. Kamu cuma sopir yang aku sewa. Jangan berpikir kita ada hubungan lebih. Bahkan kalau yang terjadi semalam itu bukan kesalahan, apa kamu benar-benar berpikir kamu bisa memengaruhi keputusan seorang Emma Golding?"

"Biar kuberi tahu, Xander itu tunanganku dan aku adalah calon istri dari cucu pertama keluarga Vanderbilt. Wajar saja mau aku menginap di keluarga Vanderbilt hari ini. Jadi, jangan khawatirkan itu!"

Kemarahan Andreas meledak begitu saja, terutama saat dia menatap mata dingin Emma yang begitu dekat dengannya. Rasanya seolah ada api membara yang menyambar di sekujur tubuhnya hingga membuat kepalanya mendidih!

Sesaat kemudian, dia menangkup pipi Emma dengan kedua tangannya, lalu menekan wajah cantik yang tampak bingung itu ke sandaran kursi dengan kasar.

Mata Emma membelalak, ekspresinya tampak panik. Dia sama sekali tidak siap menghadapi situasi ini karena tidak punya pengalaman!

Meskipun mereka sempat berhubungan intim tadi malam, dia sedang mabuk dan tidak sempat merasakan apa-apa. Situasinya berbeda kali ini. Aroma khas laki-laki itu masih ada, ada juga bau tembakau samar yang terus mengikutinya!

Emma selalu jijik dengan pria yang merokok. Kesan yang dia dapatkan dari pria seperti itu hanya kotor dan menggelikan. Dia tidak akan pernah mendekati mereka kalau tidak terpaksa.

Namun, kini bau tembakau itu memberikan rasa aman yang sulit dijelaskan, bahkan membuat tatapannya yang semula dingin terasa menghangat. Tanpa sadar, tangannya sudah mendarat di bahu lebar Andreas.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

608