Bab 3: Bertingkah Sembrono Di Depan Umum

by Michael Bosley 16:06,Dec 05,2024
Setelah melihat keraguan di wajah Andreas, Emma mencibir tajam, "Kenapa? Barusan kamu sok berani dan bilang akan bertanggung jawab untukku. Sekarang kamu menyesal?"

Andreas bertanya dengan ragu, "Kamu mau menjemput seseorang?"

Emma menutup matanya, "Jangan banyak bicara. Jadi, mau pergi atau tidak?"

Andreas terdiam sejenak sebelum akhirnya mengalah. "Aku hanya bisa mengantar sampai gerbang terminal. Aku tidak mau menjemput, tidak mau turun dari mobil, sisanya kamu urus sendiri!"

Emma membuka matanya dan menyindir, "Aku sudah sering bertemu sopir, tapi ini pertama kalinya aku bertemu sopir sepertimu. Siapa sebenarnya majikan di sini, kamu atau aku?"

Andreas mengabaikan ejekan Emma. "Kalau tidak mau, ya sudah. Aku sudah kasih nomor kontakku. Bilang saja bagaimana aku harus bertanggung jawab, kamu bisa menghubungiku kapan saja. Tapi dengan satu syarat. Hapus ulasan negatif itu!"

Saat Andreas hendak melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil, Emma menarik napas panjang, "Ayo, jalan!"

Andreas melirik ke arah spion dengan tatapan penuh arti, lalu memilih diam dan melanjutkan perjalanan.

Mobil melaju kencang, dan Bandara Edoras mulai terlihat di kejauhan. Namun, suasana di sana tampak berbeda. Ada sebuah acara besar yang berlangsung hari itu. Ketegangan terasa di udara, dan atmosfernya cukup menekan. Staf penjemputan bandara, bersama deretan reporter, memadati area di tiga lantai luar, menghalangi pintu masuk dan keluar. Semua kendaraan, termasuk mobil mewah, diperiksa dengan ketat, bahkan identitas pengemudinya pun dicek secara saksama.

Setelah Emma menyerahkan dokumen yang diminta, seorang petugas keamanan khusus memandu Andreas untuk mengemudikan mobil menuju landasan pacu.

Di sana, deretan mobil mewah terparkir dengan rapi. Orang-orang yang terlihat di sekitar hanyalah kalangan kaya dan bangsawan. Pemandangan itu begitu mencolok, bahkan membuat Emma yang biasanya percaya diri, merasa sedikit gugup. Sebaliknya, Andreas tampak tenang, seolah situasi tersebut sama sekali tidak mengusiknya.

Sambil membuka cermin rias dan memoles wajahnya, Emma bertanya dengan santai, "Kamu tahu siapa yang sedang mereka tunggu?"

Tanpa menunggu jawaban Andreas, Emma langsung melanjutkan, "Yang mereka tunggu adalah Vivian Hart, putri tertua dari keluarga Hart di Alverton, salah satu dari empat keluarga terkaya di negeri ini. Dia dikenal dengan julukan Putri Hart. Siapa pun yang diizinkan masuk ke acara ini adalah tokoh besar di Kota Alverton. Bahkan orang yang kamu tunjuk secara acak di sini pasti punya pengaruh besar yang bisa mengguncang Alverton!"

Andreas menoleh sedikit dan bertanya, "Jadi, kamu di sini untuk menjemput dia juga?"

Emma tertegun, lalu tersenyum pahit. "Aku? Mana mungkin aku punya kualifikasi seperti itu? Keluarga Golding hanyalah keluarga kaya biasa di Donghai. Di lingkaran orang kaya ini, aku, Emma Golding, bahkan tidak pantas mengangkat sepatu Putri Hart!"

Andreas mengerutkan kening, "Kenapa kamu memberitahuku semua ini?"

Emma menjawab dengan santai, "Orang yang akan aku jemput di bandara nanti adalah Xander, cucu tertua dari keluarga Vanderbilt. Dia tunanganku. Keluarga Vanderbilt adalah rekan dari keluarga Hart. Jadi, kamu bisa bayangkan sendiri seberapa pentingnya posisi Xander."

Andreas mengangguk, lalu berkata dengan nada penuh sindiran, "Aku mengerti. Aku ini cuma seorang sopir. Mana mungkin aku berani menyinggung orang-orang hebat dalam hidupku."

Emma menghela napas lega, tetapi nadanya tetap dingin dan tajam. "Selama kamu paham, jangan sampai cerita tadi malam keluar ke siapa pun. Tidak peduli siapa yang bertanya, pura-puralah tidak tahu apa-apa. Kalau sampai bocor, kamu bahkan mungkin tidak sadar bagaimana kamu akan hancur."

Andreas mendengar sesuatu yang janggal dan bertanya dengan nada waspada, "Jadi, ada sesuatu di balik kejadian tadi malam?"

Emma tersenyum sinis, lalu menjawab dengan nada menusuk, "Apa menurutmu itu kebetulan? Sekalipun aku benar-benar mabuk dan kehilangan akal, kenapa aku harus memilih orang sepertimu, sopir yang tiba-tiba masuk ke tempat tidurku? Meskipun aku bukan Putri Hart, aku tetaplah Emma dari keluarga Golding dengan aset lebih dari dua ratus miliar. Apa kamu pikir orang seperti kamu punya hak menyentuhku?"

"Bagaimanapun," lanjutnya dengan nada tajam, "setelah urusan hari ini selesai, aku akan memberimu dua miliar secara tunai. Ambil uangnya, tinggalkan Alverton, dan jangan pernah muncul di depanku lagi! Tapi, kalau kamu berpikir bisa memerasku dengan masalah ini, lebih baik kamu berpikir ulang. Kalau kabar aku selingkuh dari cucu keluarga Vanderbilt menyebar, reputasiku akan hancur. Tapi, untuk orang biasa sepertimu, kamu bahkan takkan punya kesempatan untuk bertahan!"

Di tengah percakapannya, Emma melihat kerumunan mulai berkumpul di kejauhan.

Emma menarik cermin riasnya dan memperingatkan Andreas dengan serius, "Tetap di dalam mobil. Kalau ada yang bertanya, bilang saja kamu sopirku, tidak lebih!"

Saat Emma hendak keluar, Andreas tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"

Emma mengangkat alis, tampak tidak sabar. "Apa lagi sekarang?"

Andreas menatapnya dengan serius. "Aku tahu kamu tidak menyukai cucu keluarga Vanderbilt itu. Kalau memang kejadian tadi malam adalah jebakan, mereka pasti sudah punya rencana lanjutan. Bahkan kalau aku menyangkal segalanya, hal itu cukup untuk menimbulkan desas-desus yang akan menyebabkan keributan besar."

"Di zaman ini, hanya dengan sedikit gosip, seluruh Alverton akan geger. Bagiku ini tidak masalah, tapi kamu? Bagaimana kamu bisa menghadapi publik setelah ini?"

Emma terdiam sejenak, wajahnya berubah muram. "Lalu, apa yang bisa kulakukan?" tanyanya lemah.

Andreas menjawab tegas, "Pergilah dari sini. Hari ini jangan muncul di tempat ini. Kalau kamu tidak ada, mereka tidak akan punya bahan untuk melancarkan serangan."

Emma tertawa sinis. "Dasar bodoh!"

Namun, Andreas tidak tinggal diam. Dengan nada marah, dia berkata, "Emma, aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Aku berkata seperti ini bukan karena aku mengincar uangmu. Aku hanya mencoba melindungimu!"

Emma menatap Andreas dengan ekspresi meremehkan. "Melindungiku? Siapa kamu sampai merasa punya hak ikut campur dalam hidupku? Jangan pikir hanya karena kejadian tadi malam, kamu punya hak untuk memberitahuku apa yang harus kulakukan!"

"Hari ini adalah hari tunanganku kembali setelah dua tahun. Aku sudah menunggunya begitu lama, tetapi sekarang, sebagai tunangannya, aku malah menghindarinya. Menurutmu, apakah keluarga Vanderbilt masih akan mengakui statusku? Tanpa dukungan mereka, apakah keluarga Golding masih bisa bertahan di Alverton?"

Andreas menangkap inti masalahnya. "Apakah keluarga Golding sedang dalam masalah?" tanyanya.

Emma tersenyum getir, matanya memancarkan kesedihan. "Adikku sudah menyinggung keluarga Hart. Sudahlah, kenapa aku harus menjelaskan semua ini kepada seorang sopir? Singkatnya, lakukan saja apa yang kuperintahkan. Selebihnya bukan urusanmu dan aku juga tidak akan memperlakukanmu dengan buruk."

Emma melanjutkan dengan nada tajam, "Andreas, aku sarankan kamu ingat posisimu. Jangan pernah bermimpi macam-macam tentangku. Sekalipun aku, Emma, tidak bisa menjadi menantu keluarga Vanderbilt, aku tidak akan pernah menurunkan martabatku untuk seseorang sepertimu. Kamu hanya seorang sopir, jadi sadarilah tempatmu!"

Setelah mengucapkan itu, Emma membuka pintu mobil dan bersiap keluar. Namun, sebelum dia sempat melangkah, sebuah tangan tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya dari belakang!

Wajah Emma langsung berubah. Dalam situasi ini, berani sekali Andreas menyentuhnya di depan umum. Bagaimanapun, dia adalah tunangan cucu keluarga Vanderbilt. Konsekuensi dari tindakan ini bukan hanya menghancurkan dirinya, tetapi juga seluruh keluarga Golding.

Sambil menoleh ke arah Andreas dan memastikan tak ada yang memperhatikan, Emma berbisik dengan nada marah, "Andreas, apa kamu sudah gila? Lepaskan aku sekarang juga!"

Namun, Andreas mengabaikan protesnya. Cengkeramannya semakin kuat, dan dia berkata dengan suara rendah, "Adikmu telah menyinggung keluarga Hart, dan sekarang kamu ingin bertaruh dengan statusmu sebagai tunangan cucu keluarga Vanderbilt untuk memohon belas kasihan keluarga Hart? Itu rencanamu?"

Emma mencoba melepaskan diri dengan panik. "Itu bukan urusanmu!" bentaknya.

Andreas menatapnya dengan tajam, seolah membuat keputusan besar. "Mungkin tadinya ini bukan urusanku. Tapi, sekarang semuanya sudah jadi urusanku!"

Emma merasa seolah salah dengar. Dia menatap Andreas dengan ekspresi tak percaya. "Apa yang barusan kamu katakan?" tanyanya.

Andreas dengan tenang mengulang, "Aku bilang, aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi tadi malam. Ini tanggung jawabku, jadi aku akan menyelesaikan masalah ini untukmu sebagai bentuk kompensasi."

Emma mendengkus sinis, matanya tampak penuh ejekan. "Andreas, apa otakmu baik-baik saja? Kita sedang bicara soal keluarga Hart. Apa kamu pikir kamu bisa menangani masalah sebesar ini?"

Andreas menarik napas dalam-dalam an tatapannya penuh keyakinan. "Ya, aku bisa!"

Mata Emma menyipit tajam, seolah mencoba menembus niat Andreas. "Kenapa kamu melakukan ini?" tanyanya dengan nada dingin.

Andreas menjawab tegas, suaranya penuh ketegasan, "Karena kamu adalah wanitaku!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

608