Bab 6: Tangan Kasar Penghancur Keindahan

by Michael Bosley 16:06,Dec 05,2024
Emma merasa sangat gugup hingga refleks menggigit bibir. Sudah dua tahun mereka tak bertemu. Sebagai tunangan, dia tahu persis maksud ucapan Xander, "Kita hicarakan lagi nanti". Ketika Xander hendak menyentuhnya, bayangan Andreas tiba-tiba muncul di pikirannya. Saking terkejutnya, Emma sampai mundur selangkah.

Wajah Xander memerah menahan marah saat diprovokasi. Namun, sebelum emosinya sempat meledak, kerumunan sekitar langsung heboh.

Tidak mengerti, Xander pun bertanya, "Ada apa ini?"

Saat anak buahnya mendekat, wajah Xander langsung berubah merah padam. Pria itu menatap tajam ke arah Emma dengan mata memerah, ada kobaran api emosi yang seakan siap melahap Emma hidup-hidup di tempat itu juga!

Karina buru-buru mengeluarkan ponselnya, menutup mulut dengan tangan gemetar, dan berseru, "Ah!"

Layar ponselnya menampilkan sebuah video. Dalam rekaman gelap itu, terlihat Emma yang sedang mabuk dibantu masuk ke vila oleh seorang sopir laki-laki. Keesokan harinya, sopir tersebut keluar dari vila dengan santainya pada siang bolong. Judul video itu pun provokatif. "Semalam Sebelum Tunangan Pulang ke Alvertan, CEO Cantik Ini Diam-diam Memasukkan Seorang Sopir ke Rumahnya!"

Video itu dilengkapi gambar yang jelas, narasi sensasional, dan sejumlah kata kunci yang dengan cepat menarik perhatian. Drama seperti ini adalah favorit netizen. Tidak butuh waktu lama setelah video itu diunggah, diskusi panas pun memuncak di dunia maya. Para blogger terkenal beramai-ramai membagikannya. Hanya dalam waktu setengah jam, semua informasi terkait sudah berhasil digali oleh para netizen kecuali identitas sopir.

Xander menggertakkan gigi dengan keras. Selama dua tahun ini, dia selalu setia mendampingi Vivian dan bekerja keras untuk mengangkat nama keluarga Vanderbilt ke jajaran elite kota. Namun, saat pulang dengan penuh kemenangan, yang dia dapatkan justru penghinaan yang menggemparkan seluruh Alverton.

Xander bisa merasakan tatapan penuh ejekan dari orang-orang di sekitarnya. Meskipun amarahnya membara, pengendalian dirinya menahan ledakan emosi itu. Dengan wajah yang tetap tenang, dia bertanya pada Emma, "Nggak mau menjelaskan apa-apa?"

Emma menatap balik ke arah tatapan tajam orang-orang, lalu dengan nada penuh percaya diri, dia menjawab, "Penjelasan untuk apa? Kalau aku benar-benar mau selingkuh, aku bisa melakukannya kapan saja. Kenapa harus menunggu semalam sebelum kamu pulang? Aku sudah menunggumu selama dua tahun. Apa susahnya menunggu satu hari lagi?"

Mata Xander menyipit. "Kalau begitu, video apa ini?"

Dengan tenang, Emma menjawab, "Seperti yang kamu lihat, aku minum terlalu banyak tadi malam. Sopir itu yang mengantarku pulang. Tadi pagi, dia juga yang menjemputku dan mengantarku ke bandara."

Xander menekan, "Jadi, maksudmu video ini sengaja diedit dan disebarkan oleh seseorang?"

Emma menatap mata Xander tanpa ragu. "Aku nggak tahu soal itu, tapi sopir yang bersangkutan ada di sini sekarang. Dia ada di mobilku. Kalau mau, tanya langsung saja padanya."

Xander terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apa alasannya? Siapa yang melakukan ini?"

Emma membuka tas kecilnya dan mengeluarkan perekam suara, lalu melemparkannya ke arah Xander.

Karina, yang menyaksikan pemandangan itu, tampak pucat. Ekspresinya berubah seraya dia perlahan mundur beberapa langkah.

Di mata Xander, tampak kilatan dingin yang tajam. Beberapa pengawal segera maju untuk menghentikannya. Setelah mendengarkan isi rekaman suara itu, dia menoleh dengan ekspresi yang semakin suram saat memandang Karina. Suaranya kini dipenuhi kemarahan yang tak terbendung. Dia tidak peduli jika ada wanita yang cemburu karena dirinya, tetapi wanita bodoh ini tidak hanya merusak reputasi Emma dengan cara kotor, tapi juga menjadikan Xander bahan tertawaan seluruh Alverton.

Dengan nada dingin, Xander berkata, "Jadi, kamu yang merencanakan semua ini?"

Karina panik dan buru-buru maju mencoba menjelaskan. "Kak Xander, dengar dulu! Aku bisa jelaskan …."

Namun, tatapan dingin Xander menghentikan langkahnya. Terpojok, dia beralih menyerang Emma dengan nada tajam, "Emma, kamu memang kejam!"

Emma hanya mengangkat bahu santai dan berkata, “Aku memang pernah sial digigit anjing sekali. Tapi dua kali oleh anjing yang sama? Karina, apa kau pikir aku sebodoh itu?”

Karina berusaha membela diri. "Kak Xander, aku akui aku memang cemburu pada Emma, tapi video itu benar! Emma itu perempuan liar! Kalau nggak, mana mungkin aku bisa menangkapnya dalam keadaan seperti itu? Pikirkan saja, bahkan sopir rendahan pun bisa naik ke tempat tidurnya. Kalau begitu, apa yang nggak berani dia lakukan? Perempuan seperti ini nggak pantas untukmu, Kak Xander. Aku hanya ingin membuka matamu!"

Namun, meski dihujani cacian dan fitnah oleh Karina, Emma tetap diam, tak sedikit pun membela diri. Ekspresinya tenang tanpa tanda-tanda ketakutan.

Kontras yang mencolok ini perlahan membuat suasana di sekitar mereka menjadi hening. Meski ambisi Karina untuk menghancurkan Emma tampak jelas, cara kotor yang dia gunakan untuk mencapai tujuannya justru mulai mengusik pikiran orang-orang di sekitarnya. Jika dia bisa menyerang Emma dengan metode serendah ini hari ini, mungkin saja akan ada korban berikutnya, 'kan?

Dalam sekejap, opini publik mulai berbalik. Beberapa dari mereka bahkan mulai membela Emma dengan simpati.

Xander menatap Emma dengan tatapan penuh arti sebelum menghardik dengan suara lantang, "Bawa wanita ini pergi! Antar dia kembali ke keluarga Smith dan beri tahu mereka kalau Karina memfitnah tunanganku. Jika keluarga Golding nggak terlibat dalam masalah ini, aku, Xander Vanderbilt, tetap akan menuntut keadilan. Beri mereka waktu tiga hari. Jika dalam tiga hari mereka nggak memberikan penjelasan yang masuk akal, keluarga Smith harus menanggung semua konsekuensinya!"

"Selain itu, beri tahu media untuk segera menghapus postingan, mengklarifikasi dan meminta maaf. Kalau nggak, pengacara keluarga Vanderbilt akan berurusan dengan mereka!"

Karina yang tidak terima dengan keputusan itu, meronta saat hendak diseret pergi. Dalam kepanikan, dia berhasil melepaskan diri dan berlari menuju mobil Emma. Dengan panik, dia meraih Andreas dan berteriak, "Dia orangnya! Dia yang di video itu! Tanyakan saja pada sopir ini apa aku bohong atau nggak!"

Tatapan semua orang langsung tertuju pada Andreas. Wajah Xander tampak semakin suram, seolah ingin melampiaskan amarahnya dengan memotong Karina menjadi serpihan-serpihan kecil.

Karina memegangi Andreas lebih erat sebelum berkata, "Ayo, jujur! Cepat mengaku!"

Emma hanya menoleh dengan pandangan tajam ke arah Andreas. Untuk pertama kalinya, sorot matanya terlihat goyah.

Pemandangan itu tak luput dari perhatian Xander. Mengingat perlawanan Emma sebelumnya, tinjunya mengepal kuat. Meski pria itu tersenyum di luar, ada kemarahan membara yang nyaris tak tertahan, seperti api yang siap membakar segalanya!

Andreas tetap tenang dengan ekspresi datar. "Kamu bilang apa barusan?"

Karina yang merasa menang langsung bersemangat, meski nada suaranya tetap kejam. "Ceritakan bagaimana Emma merayumu tadi malam! Ceritakan bagaimana kamu menggendong dia ke tempat tidur dan melepaskan pakaiannya. Bilang pada semua orang betapa menjijikkannya dia! Kalau kamu berkata jujur, aku akan memberimu satu miliar sekarang ...."

Namun, sebelum kata-katanya selesai, sebuah tamparan keras tiba-tiba terdengar memecah kesunyian. Semua mata terkejut melihat pelakunya adalah Andreas!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

608