Bab 5 Menulis Tentang Pria Itu di Buku Harian
by Jessica Cinnamon
17:26,Mar 18,2022
Setelah berpamitan pada Hito dan Jason, Kezia kembali ke rumah tua milik ayahnya.
Rumah itu dipenuhi dengan debu karena sudah lama tidak dibersihkan.
Kezia memakai celemek dan mulai membersihkan rumah.
Di bawah sofa dia menemukan foto pernikahannya dengan Alex. Di foto itu Kezia tersenyum manis sedangkan Alex di sampingnya terlihat acuh tak acuh, bahkan dia terlihat kesal.
Di sebelahnya ada catatan yang Kezia tulis.
Dia mencatat di sebuah buku tentang apa yang disukai pria itu, barang yang dia gunakan, hobinya dan hal-hal lainnya.
Semua pikiran dan perhatiannya hanya tertuju untuk Alex. Kezia selalu mencoba yang terbaik untuk menjaga pernikahan yang dia dapatkan dengan susah payah, tapi ternyata berakhir menyedihkan.
Mata Kezia mulai berkaca-kaca, dia mendongak dan memaksa dirinya untuk tidak menangis.
Tiba-tiba ada notifikasi chat di ponselnya, Kezia mengambil dan melihat kalau itu dari Jason.
“Enam tahun yang lalu kamu bantu aku, dan dari sekarang sampai ke depannya aku akan bantu kamu. Lakukan apa pun yang kamu mau, aku akan mendukungmu.”
Perasaan hangat memenuhi hati Kezia.
Meskipun Jason sangat ingin membalas budi, tapi Kezia tidak mau bergantung pada siapa pun. Sejak menikah dengan Alex, dia selalu berusaha menjadi istri yang baik dan mencoba mengubah sifatnya, bahkan dia hampir lupa dengan betapa percaya dirinya dia dulu.
Kezia menelepon orang itu.
“Kezia, ada apa?” Di ujung sana terdengar suara acuh tak acuh Alex.
Kezia juga berkata dengan dingin, “Besok senin jangan lupa untuk datang ke kantor catatan sipil untuk mengurus perceraian.”
Alex mengerutkan kening, “Kamu….”
Sebelum selesai bicara, Kezia sudah mengakhiri panggilan. Pria itu memegang ponselnya dengan kencang dan terlihat marah.
“Alex, siapa yang telepon?” Sunny yang berbaring di ranjang melihat ke arah balkon dengan curiga.
Alex menaruh ponselnya dan berjalan ke arahnya seolah tidak ada yang terjadi dan memakaikan selimut untuknya. “Gapapa kok, minum obat dulu ya.”
Sunny yang pucat memegang tangan pria itu dan terlihat sedih, “Sup herbal itu pahit banget, baunya buat aku mual.”
Alex mengerutkan kening, “Kamu ingat waktu kita jadi sahabat pena? Bukannya kamu pernah bilang gak takut dengan obat herbal? Jadilah anak baik dan minum obat ini supaya cepat sembuh.”
Alex mengatakan itu dengan santai dan tidak memperhatikan arti tatapan Sunny.
Lalu Sunny mendongak dan matanya berkaca-kaca, “Iya deh.. aku akan dengarkan perkataanmu.”
Sunny mengalami koma selama enam tahun, sehingga tubuhnya kurus dan rapuh, wajahnya pucat dan sifatnya masih seperti anak sekolah.
Ekspresinya itu membuat Alex merasa tertekan, “Lain kali aku akan minta Asisten Tama untuk ganti obat herbal itu dengan obat biasa.”
Sunny tersenyum manis, memeluk lengannya dengan manja, “Alex memang pria terbaik untukku!”
Setelah keluar kamar, Alex turun ke bawah dan Belina datang sambil membawa semangkuk sup ginseng. “Apakah keadaan Sunny sudah lebih baik?”
“Dia baru saja minum obat dan sedang bicara dengan orang tuanya di telepon.”
Belina tersenyum. “Alex, ayah Sunny adalah pimpinan Grup Marriot dan setuju kalau kita bawa Sunny tinggal di sini. Dia juga setuju kamu menikah dengan putrinya, jadi kita tidak boleh mengecewakan Sunny.”
Saat melihat sikap perhatian dan ramah ibunya terhadap Sunny, Alex tiba-tiba teringat tahun lalu ketika Kezia sakit.
Belina marah dan melemparkan barang-barang ke bawah, lalu dia menyeret Kezia yang sedang sakit untuk memasak.
Perasaan Alex jadi sedikit rumit tapi dia segera menyangkalnya. Pertama, wanita itu sudah menabrak Sunny dan mengambil keuntungan saat nyawanya terancam bahaya. Wanita itu juga berusaha keras untuk menikahinya dan ini semua salah Kezia.
Belina melihat sekeliling, “Mana Michael? Seharian ini aku belum lihat dia.”
Tepat saat selesai bicara, mereka mendengar pintu terbuka dengan keras. Michael kembali dengan ekspresi muram dan terlihat sangat marah.
“Hei Michael, kamu kenapa?” Belina dengan cepat menaruh mangkuknya dan pergi menghampiri putri bungsunya.
Michael melambaikan tangan, “Aku baik-baik saja kok.”
Kemudian dia menatap kakaknya dan berkata dengan ragu-ragu. “Kak, hari ini aku lihat Kezia di bar. Dia terlihat mesra dengan model pria, sepertinya mereka punya hubungan spesial.”
Ekspresi Alex berubah menjadi dingin, “Siapa?”
Rumah itu dipenuhi dengan debu karena sudah lama tidak dibersihkan.
Kezia memakai celemek dan mulai membersihkan rumah.
Di bawah sofa dia menemukan foto pernikahannya dengan Alex. Di foto itu Kezia tersenyum manis sedangkan Alex di sampingnya terlihat acuh tak acuh, bahkan dia terlihat kesal.
Di sebelahnya ada catatan yang Kezia tulis.
Dia mencatat di sebuah buku tentang apa yang disukai pria itu, barang yang dia gunakan, hobinya dan hal-hal lainnya.
Semua pikiran dan perhatiannya hanya tertuju untuk Alex. Kezia selalu mencoba yang terbaik untuk menjaga pernikahan yang dia dapatkan dengan susah payah, tapi ternyata berakhir menyedihkan.
Mata Kezia mulai berkaca-kaca, dia mendongak dan memaksa dirinya untuk tidak menangis.
Tiba-tiba ada notifikasi chat di ponselnya, Kezia mengambil dan melihat kalau itu dari Jason.
“Enam tahun yang lalu kamu bantu aku, dan dari sekarang sampai ke depannya aku akan bantu kamu. Lakukan apa pun yang kamu mau, aku akan mendukungmu.”
Perasaan hangat memenuhi hati Kezia.
Meskipun Jason sangat ingin membalas budi, tapi Kezia tidak mau bergantung pada siapa pun. Sejak menikah dengan Alex, dia selalu berusaha menjadi istri yang baik dan mencoba mengubah sifatnya, bahkan dia hampir lupa dengan betapa percaya dirinya dia dulu.
Kezia menelepon orang itu.
“Kezia, ada apa?” Di ujung sana terdengar suara acuh tak acuh Alex.
Kezia juga berkata dengan dingin, “Besok senin jangan lupa untuk datang ke kantor catatan sipil untuk mengurus perceraian.”
Alex mengerutkan kening, “Kamu….”
Sebelum selesai bicara, Kezia sudah mengakhiri panggilan. Pria itu memegang ponselnya dengan kencang dan terlihat marah.
“Alex, siapa yang telepon?” Sunny yang berbaring di ranjang melihat ke arah balkon dengan curiga.
Alex menaruh ponselnya dan berjalan ke arahnya seolah tidak ada yang terjadi dan memakaikan selimut untuknya. “Gapapa kok, minum obat dulu ya.”
Sunny yang pucat memegang tangan pria itu dan terlihat sedih, “Sup herbal itu pahit banget, baunya buat aku mual.”
Alex mengerutkan kening, “Kamu ingat waktu kita jadi sahabat pena? Bukannya kamu pernah bilang gak takut dengan obat herbal? Jadilah anak baik dan minum obat ini supaya cepat sembuh.”
Alex mengatakan itu dengan santai dan tidak memperhatikan arti tatapan Sunny.
Lalu Sunny mendongak dan matanya berkaca-kaca, “Iya deh.. aku akan dengarkan perkataanmu.”
Sunny mengalami koma selama enam tahun, sehingga tubuhnya kurus dan rapuh, wajahnya pucat dan sifatnya masih seperti anak sekolah.
Ekspresinya itu membuat Alex merasa tertekan, “Lain kali aku akan minta Asisten Tama untuk ganti obat herbal itu dengan obat biasa.”
Sunny tersenyum manis, memeluk lengannya dengan manja, “Alex memang pria terbaik untukku!”
Setelah keluar kamar, Alex turun ke bawah dan Belina datang sambil membawa semangkuk sup ginseng. “Apakah keadaan Sunny sudah lebih baik?”
“Dia baru saja minum obat dan sedang bicara dengan orang tuanya di telepon.”
Belina tersenyum. “Alex, ayah Sunny adalah pimpinan Grup Marriot dan setuju kalau kita bawa Sunny tinggal di sini. Dia juga setuju kamu menikah dengan putrinya, jadi kita tidak boleh mengecewakan Sunny.”
Saat melihat sikap perhatian dan ramah ibunya terhadap Sunny, Alex tiba-tiba teringat tahun lalu ketika Kezia sakit.
Belina marah dan melemparkan barang-barang ke bawah, lalu dia menyeret Kezia yang sedang sakit untuk memasak.
Perasaan Alex jadi sedikit rumit tapi dia segera menyangkalnya. Pertama, wanita itu sudah menabrak Sunny dan mengambil keuntungan saat nyawanya terancam bahaya. Wanita itu juga berusaha keras untuk menikahinya dan ini semua salah Kezia.
Belina melihat sekeliling, “Mana Michael? Seharian ini aku belum lihat dia.”
Tepat saat selesai bicara, mereka mendengar pintu terbuka dengan keras. Michael kembali dengan ekspresi muram dan terlihat sangat marah.
“Hei Michael, kamu kenapa?” Belina dengan cepat menaruh mangkuknya dan pergi menghampiri putri bungsunya.
Michael melambaikan tangan, “Aku baik-baik saja kok.”
Kemudian dia menatap kakaknya dan berkata dengan ragu-ragu. “Kak, hari ini aku lihat Kezia di bar. Dia terlihat mesra dengan model pria, sepertinya mereka punya hubungan spesial.”
Ekspresi Alex berubah menjadi dingin, “Siapa?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved