Bab 9 CEO baru

by Hurem Petrova 11:17,Jan 01,2021
Beberapa suara langkah kaki terdengar berjalan menghampiri. Bisik-bisik beberapa karyawan bagian Sales Promotion Girl yang bertugas melayani pembeli di bagian lantai paling bawah gedung mulai terdengar.
Gosip tentang Ceo baru yang sudah tua dan berwajah galak ternyata itu tidak benar. Semua tatapan memandang ke arah Pras yang berjalan semakin dekat bersama beberapa karyawan lainnya. Tentu saja yang berjalan bersama Pras, karyawan yang memiliki jabatan di dalam redaksi penerbitan.
Gedung redaksi berlebel Rose ini di bagian lantai bawahnya merangkap sebagai toko buku resmi. Dan Sasti berkerja di lantai bagian bawah. Karena itu Sasti tidak ikut berjalan bersama CeO baru untuk memperkenalkan diri.
Sasti melirik ke arah Nadia yang berdiri di ujung samping depan. Nadia adalah maneger di bagian marketing penjualan toko.
Tatapan Sasti dan Nadia sebentar bertemu secara tidak sengaja. Tapi Nadia langsung membuang muka setelah bertatapan sebentar. Jangankan di tempat kerja. Di rumah saja hubungan Sasti dan Nadia tidak dekat. Mereka layaknya dua orang asing yang tinggal di dalam satu atap.
Setelah penyambutan dari bagian Humas kepada CEO yang baru dan mengumumkan kepada semua karyawan jika mulai sekarang pimpinan telah diganti. Lalu CEO baru redaksi mulai bersuara dan akan memberi sambutan.
“Hai semua....” sapanya.
“Hai....” jawab semau karyawan serentak. Termasuk Sasti.
“Terima kasih sudah menyambut saya di sini dengan baik dan ramah. Semoga ke depannya kita menjadi rekan yang solit dan dapat bekerja sama dengan baik. Bagi saya tidak ada jabatan atau saling merasa hebat. Bagi saya kita semua sama. Kita semua satu di dalam perusahaan penerbitan ini. Di dalam rerdaksi ini....”
Sasti terkejut mendengar suara CEO yang sedang berpidato ini mirip dengan sesorang yang dikenalnya beberapa hari yang lalu. Sasti mulai pensaran dengan wajah CEO yang gosipnya sudah tua dan galak itu. Tapi jika di dengar dari suaranya sepertinya CEO ini masih muda.
Sasti mulai berjinjit untuk mengintip siapa yang sedang berpidato itu. Namun karena para teman-temannya yang lebih tinggi darinya berdiri di depannya, membuat Sasti tidak bisa melihat siapa yang berdiri di depan mereka.
Nana melihat Sasti yang sejak tadi berjinjit-jinjit. “Kamu mencari siapa?” tanya Nana heran dengan sikap Sasti yang tidak biasa.
“Aku ingin melihat CEO baru itu....” jawab Sasti.
Nana yang lebih tinggi dari Sasti melihat lurus yang ada di depan. “CEO-nya masih muda....” kata Nana memberitahu Sasti. “Gosip yang beredar itu engga benar. Pantas saja saat CEO baru masuk yang lain langsung berbisik-bisik. CEO-nya engga tua Sas..... CEO baru kita malah mirip Nicholas saputra! Ini mah semakin rajin masuk kerja kalo kek gini....” Nana tersenyum geli.
Sasti semakin penasaran dan melonjak-lonjak agar dapat melihat CEO yang sedang berpidato itu. Memang salah Sasti sendiri. Harusnya ia tahu diri. Sudah tahu tidak terlalu tinggi tapi malah memilih berbaris di bagian paling belakang.
Pras menatap jajaran para karyawan yang ada di depannya. Ia melihat seorang perempuan yang berlonjak-lonjak tidak bisa diam. Sehingga pidatonya yang sedang ia ucapkan sejenak terhenti.
Tina yang melihat Pras terdiam tidak melanjutkan kalimatnya langsung mengikuti pandangan mata Pras yang tertuju ke arah barisan belakang.
Sejenak suasana menjadi hening karena Pras tidak kunjung melanjutkan kalimatnya. Membuat beberapa karyawan yang berdiri tidak jauh di belakang dan samping Pras berdiri, mengikuti tatapan Pras menuju. Semuanya menatap ke arah barisan belakang.
Dan akhirnya di bagian barisan Sasti berdiri, kini menoleh ke arahnya. Sasti menghentikan loncatannya dan terdiam. Bibirnya terkatup. Mata Sasti melirik ke kiri dan ke kanan, ia merasa tidak enak.
“Kamu sih engga bisa diem. Nanti juga keliatan dan tahu sendiri CEO baru kita yang mana....” kata Nana berbisik.
Sasti menggigit bibirnya dan mulai cengengesan.
Nadia menggelengkan kepala melihat tingkah Sasti yang kini menjadi perhatian.
“Hei.... Kamu yang di sana!” panggil Pras sambil menunjuk ke arah barisan belakang.
Nana menatap Sasti, “Sasti.... Kamu di panggil....” katanya lirih.
Sasti terkejut dengan dirinya yang di panggil.
“Kamu yang tadi loncat-loncat kaya anak TK bisa maju ke depan....?!” ujar Pras dengan suara kencang dan tegas.
Nadia tersenyum simpul sambil menatap Sasti yang ketakutan. Bukannya simpati pada sepupunya, Nadia malah terlihat senang ketika Sasti akan dimarahi dan dipermalukan oleh CEO baru.
Sasti menatap Nana sejenak dan kemudian melangkahkan kaki menuju ke arah depan.
Nana menggelengkan kepalanya pelan sambil menatap Sasti dengan iba. “Semoga aja Sasti engga dimarahin di depan umum....”
Sasti menelan ludahnya sambil melangkahkan kakinya pelan. Teman-temannya bergeser ke samping untuk memberikan Sasti jalan.
Pras ingin melihat siapa gadis SPG diperusahaannya yang tingkahnya seperti anak TK itu.
Sasti berjalan sambil tertunduk. Puluhan pasang mata menatapinya. Jantung di dada Sasti berdegup kencang karena perasaan gugup dan camas.
Pras mulai terkejut ketika Sasti sudah terlihat berjalan keluar dari barisan. Walau Sasti tertunduk dan gaya rambut Sasti yang tidak sama seperti ketika mereka bertemu kemarin, Pras dapat mengenali dengan jelas jika gadis yang berjalan ke arahnya adalah Sasti.
Sasti masih tertunduk ketika langkahnya sudah berada di hadapan Pras. Kedua mata Sasi menatap sepatu hitam mengkilat yang dikenakan Pras. “Maaf Pak....” tutur Sasti lirih.
“Kamu lihat apa di bawah?” tegur Pras. “Saya di sini. Bukan di bawah.” Suara Pras tegas.
Sasi merasa suara yang ia dengar ini sangat mirip seseorang yang dikenalnya. Perasaan takut dan rasa penasaran tercampur di dalam hatinya. Sasti langsung mendongakkan wajahnya.
Kedua mata Sasti langsung membulat. Sasti terkejut bukan main karena tahu siapa Ceo baru di perusahannya berkerja. “Pras....?”
Sama dengan halnya Sasti, Pras juga sama terkejutnya. Hanya saja Pras mampu mengendalikan diri dengan ekspresi wajahnyanya.
“Hei... Nama kamu siapa?” tanya Tina sambil melihat id card karyawan yang tergantung di leher Sasti. Tina membaca dengan cepat nama yang tertulis di sana.
“Kamu Sasti.... Tadi kamu berlaku tidak sopan, sehingga CEO kita merasa tidak nyaman,” tutur Tina. “Setelah ini kamu keruangan saya ya!”
Tanpa di komando suara sedikit riuh mulai terdengar. Bisik-bisik yang tidak bersuara lirih terjadi di antara para karyawan.
Sasti menatap Pras. Begitu pula dengan Pras. Mereka bertatapan sejenak hingga tangan Tina menarik Sasti agar menjauh dari Pras.
Pras langsung menarik Sasti kembali. “Hei... kata siapa aku marah?” tanyanya pada Tina.
Tina kebingungan dengan apa yang terjadi. Tadi ia sangat jelas jika sepertinya Pras tidak nyaman dengan karyawan yang berlonjak-lonjak di barisan belakang ketika Pras sedang berpidato.
“Bukannya kamu tadi.....” kata-kata Tina terbata dan kebingungan dengan maksud Pras yang memanggil Sasti dan menyuruhnya berjalan ke depan. “Tadi kamu memanggilnya untuk apa?” tanyanya lirih.
“Aku memanggilnya bukan untuk dimarahi....”
Tina melihat ke arah Sasti yang berdiri di samping Pras. Dahi Tina berkerut. “Lalu untuk apa kamu memanggilnya ke sini?”

Bersambung...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

68