Bab 1 Memergoki tunangan berselingkuh di dalam mobil
by Hurem Petrova
11:09,Jan 01,2021
Sasti melirk arloji di tangannya berulang kali. Waktu telah menunjukkan pukul satu lewat dua puluh menit siang hari. Gilang, sudah terlambat dua puluh menit dengan waktu yang sudah di janjikan.
Gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun itu melipat kedua tangannya di depan dada dan melihat ke kiri dan kanan. Jalanan terlihat sepi. Harusnya dari jam satu siang tadi Gilang sudah menjemputnya di sini. Di depan gedung pengurus jasa Wedding Organizer.
Pernikahannya dan Gilang akan disenggelarakan dua puluh tiga hari lagi. Sasti sibuk mengurusi pesiapan pernikahan mereka. Hari-harinya dihiasi kebahagiaan karena sebentar lagi dirinya akan melepas status lajangnya.
Sasti masih menengok ke kiri dan ke kanan jalanan yang tidak terlalu ramai. Gilang tidak kunjung menjemputnya. Ponsel Gilang yang ia hubungi pun tidak aktif. Sasti menghela nafas panjang, mencoba lebih bersabar lagi untuk menunggu.
Setelah melihat ke kiri dan ke kanan, akhirnya Sasti menemukan mobil miliknya. Mobil yang sedang dibawa oleh Gilang itu terparkir di lahan parkir yang masih dalam wilayah gedung wedding organizer ini. “Lah itu dia!” seru Sasti saat yakin jika mobil berwarna putih itu adalah mobilnya.
“Ternyata sejak tadi ia sudah ada di sini.... Kenapa engga langsung nyari aku aja...” kata Sasti pada dirinya sendiri.
Sasti berjalan mendekat pada mobilnya. Semakin dekat langkah Sasti menuju mobil itu, ia merasa semakin aneh.
Mobil bergoyang ke kiri dan ke kanan. Sasti mengerutkan dahinya. Ia bingung apa yang terjadi dengan mobilnya karena bergoyang tidak karuan seperti itu.
Dan saat langkah kakinya sangat mendekati mobil, suara desahan dan rintihan wanita terdengar.
Sasti mengerutkan dahinya. Ia semakin aneh dengan apa yang ia dengar. Bulu-bulu halus di permukaan kulitnya meremang. Tangannya bergetar ketika memegang bagian samping mobil dan ingin membuka pintunya.
Belum juga Sasti membuka pintu mobil, sebuah tangan menapak pada kaca mobil. Hingga membuat Sasti terkejut. “Apa ini?” desisnya.
“Cepat Gilang... Ayo cepat....” rintih suara wanita itu lagi.
Lutut Sasti semakin lemas mendengar nama Gilang disebut. Wajahnya sudah mulai memerah karena amarah. “Apa yang sedang mereka lakukan di mobilku?!” gerutu Sasti penuh emosi.
“Gilang!” Sasti berteriak dan memukul kaca mobil dengan kencang.
Seketika goyangan mobil berhenti. Tidak kencang seperti tadi.
Suasana langsung hening.
Suara desahan dan rintihan yang beberapa kali terdengar di telinga Sasti tidak terdengar lagi. Sasti menggedor kaca mobil sangat kencang. “Gilang keluar!” teriak Sasti bertubi.
Tidak ada jawaban yang menyahut kata-kata Sasi yang memanggil nama Gilang beberapa kali. Sasi menempelkan wajahnya pada kaca jendela mobil yang berwarna hitam pekat.
Ketika wajah Sasti sudah menempel di kaca mobil dan matanya menatap lekat ke arah dalam mobil, Sasti melihat Gilang dan seorang wanita di dalamnya. Wajah mereka terlihat samar karena kaca mobil yang berwarna hitam ini.
Sasti terus menggedor kaca jendela mobil semakin kencang. “Gilang cepat keluar dari dalam mobil! Atau aku akan berteriak pada orang-orang jika kamu berbuat mesum di dalam!”
Masih tidak ada sahutan. Membuat Sasti semakin naik pitam dibuatnya. “Aku hitung sampai tiga ya.... Satu... Dua... Tiga....”
Sasti tidak main-main dengan apa yang ia ucapkan. Baru saja ia akan mengeluarkan suaranya untuk berteriak pada orang-orang jika ada pasangan selingkuh yang berbuat mesum di dalam mobil. “Krek!” Terdengar suara pintu mobil terbuka.
“Sasti....” panggil Gilang lirih.
“Deg!” Jantung di dada Sasti seakan berhenti berdetak bertepatan dengan suara Gilang yang memanggilnya dari dalam mobil.
Gilang keluar dari dalam mobil seorang diri. Pakaianya terlihat acak-acakkan. Rambut Gilang yang sedikit gondrong itu berantakan ke sana ke mari.
Sasti menatap Gilang dengan tatapan sendu bercampur amarah. Ia menunggu wanita yang bersama Gilang di dalam mobil untuk keluar tapi ia tak kunjung keluar.
“Katakan pada perempuan yang bersama kamu itu untuk keluar!” teriak Sasti.
Gilang tertunduk dan kemudian menatap Sasti. “Siapa?” tanyanya masih berkelit.
“Kamu kira aku tidak melihat jika ada seorang wanita di dalam mobilku? Apa yang kamu lakukan di dalam mobil bersama perempuan lain, Gilang?” tanya Sasti lirih. Suaranya serak dan tercekat.
Gilang menghela nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Ia menatap Sasti dan kemudian menatap ke atas. Melihat langit yang mendung. Tangan Gilang memegangi keningnya. Ia pun bingung harus menjelaskan apa pada Sasti.
“Tega kamu Gilang.... sebentar lagi pernikahan kita. Kamu malah.... di dalam mobil aku pula! Engga punya hati kamu!” Sasti memaki Gilang sambil memukuli Gilang dengan kedua tangannya yang mengepal.
Gilang tidak menghidar atau pun mengatakan maaf pada Sasti. Suaranya seakan hilang dan Gilang mendadak bisu.
“Hei turun kamu!” seru Sasti sambil melihat ke arah mobilnya. “Turun dari mobil aku!”
Perempuan yang ada di dalam mobil benar-benar tidak keluar dan menunjukkan batang hidungnya. Membuat Sasti gemas dan mulai tidak sanggup menahan amarahnya.
Sasti menggeser tubuh Gilang dengan kasar agar tidak menghalangi pintu mobil. Ia mendorong Gilang dengan kasar. Tenaga Sasti saat marah membuatnya menjadi kuat. Hingga tubuh Gilang yang tinggi dan besar itu dapat ia geser dan mendorong Gilang hingga hampir terjerembab.
“Tidak ada siapa-siapa Sasti....” kata Gilang mencoba menghalangi Sasti untuk membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
“Ini mobil aku!” teriak Sasti sambil membelalakan kedua matanya pada Gilang. “Aku ingin masuk ke dalam mobilku! Kenapa kamu melarangku masuk ke dalam mobilku sendiri? Jika memang tidak ada siapa-siapa, ya sudah! Aku hanya ingin masuk ke dalam mobil dan kita pulang!”
Gilang terdiam. Tangannya yang menghalangi Sasti untuk membuka pintu mobil terlihat lemas. Wajah Gilang pun berekspresi penuh perasaan bersalah. Membuat hati Sasti semakin terluka karena ia tahu apa yang tadi terjadi di dalam mobilnya.
“Gilang.... Di siang hari seperti ini.... Di dalam mobilku pula.... Kamu malah....” kata Sasti dengan suara serak dan mata yang berkaca-kaca. Belum tuntas Sasti ingin memaki Gilang, pintu mobil terbuka dengan sendirinya dari dalam.
Sasti langsung menoleh. Sepasang kaki wanita turun dari mobil. Kaki yang putih dan mulus itu menapak ke tanah secara perlahan.
Gilang menghela nafas panjang, bertepatan dengan keluarnya wanita yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam mobil. Wajahnya pun berubah semakin pucat.
Sasti memicingkan kedua matanya ketika si wanita itu telah keluar dari mobil. Ia berdiri di hadapan Sasti dengan wajah tanpa dosa dan bersalah. “Hei Sasti....” sapanya dengan senyuman lebar.
Dahi Sasti berkerut dan alisnya beradu. “Ratih?!” serunya lirih.
Ratih hanya tersenyum simpul.
Sasti menggelengkan kepalanya kecewa. Ia menatap Ratih dan kembali menatap Gilang yang sudah berwajah pucat dan menundukkan wajahnya sedari tadi. “Apa yang kalian lakukan....? Kenapa kamu begitu tega denganku....?” tanya Sasti lirih.
Air mata yang sejak tadi ditahan, kini sudah tidak dapat terbendung di pelupuk mata Sasti. Perlahan air mata hangat menetes dan membasahi pipi Sasti.
“Kamu!” Sasti menunjuk ke arah Ratih. “Begitu hinanya, berhubungan badan di dalam mobilku! Wanita murahan!”
“Aku wanita murahan?” tanya Ratih menunjuk dirinya sendiri. “Dan kamu wanita sok suci yang tidak ingin terjamah oleh pria sebelum menikah. Yang akhirnya pria itu masih mendambakan mantan kekasihnya?”
Wajah Ratih sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. “Aku hanya meminta kenang-kenangan dari mantan pacar aku yang sebentar lagi menikah.....” lanjutnya sambil tersenyum lebar.
Next bab dua
Gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun itu melipat kedua tangannya di depan dada dan melihat ke kiri dan kanan. Jalanan terlihat sepi. Harusnya dari jam satu siang tadi Gilang sudah menjemputnya di sini. Di depan gedung pengurus jasa Wedding Organizer.
Pernikahannya dan Gilang akan disenggelarakan dua puluh tiga hari lagi. Sasti sibuk mengurusi pesiapan pernikahan mereka. Hari-harinya dihiasi kebahagiaan karena sebentar lagi dirinya akan melepas status lajangnya.
Sasti masih menengok ke kiri dan ke kanan jalanan yang tidak terlalu ramai. Gilang tidak kunjung menjemputnya. Ponsel Gilang yang ia hubungi pun tidak aktif. Sasti menghela nafas panjang, mencoba lebih bersabar lagi untuk menunggu.
Setelah melihat ke kiri dan ke kanan, akhirnya Sasti menemukan mobil miliknya. Mobil yang sedang dibawa oleh Gilang itu terparkir di lahan parkir yang masih dalam wilayah gedung wedding organizer ini. “Lah itu dia!” seru Sasti saat yakin jika mobil berwarna putih itu adalah mobilnya.
“Ternyata sejak tadi ia sudah ada di sini.... Kenapa engga langsung nyari aku aja...” kata Sasti pada dirinya sendiri.
Sasti berjalan mendekat pada mobilnya. Semakin dekat langkah Sasti menuju mobil itu, ia merasa semakin aneh.
Mobil bergoyang ke kiri dan ke kanan. Sasti mengerutkan dahinya. Ia bingung apa yang terjadi dengan mobilnya karena bergoyang tidak karuan seperti itu.
Dan saat langkah kakinya sangat mendekati mobil, suara desahan dan rintihan wanita terdengar.
Sasti mengerutkan dahinya. Ia semakin aneh dengan apa yang ia dengar. Bulu-bulu halus di permukaan kulitnya meremang. Tangannya bergetar ketika memegang bagian samping mobil dan ingin membuka pintunya.
Belum juga Sasti membuka pintu mobil, sebuah tangan menapak pada kaca mobil. Hingga membuat Sasti terkejut. “Apa ini?” desisnya.
“Cepat Gilang... Ayo cepat....” rintih suara wanita itu lagi.
Lutut Sasti semakin lemas mendengar nama Gilang disebut. Wajahnya sudah mulai memerah karena amarah. “Apa yang sedang mereka lakukan di mobilku?!” gerutu Sasti penuh emosi.
“Gilang!” Sasti berteriak dan memukul kaca mobil dengan kencang.
Seketika goyangan mobil berhenti. Tidak kencang seperti tadi.
Suasana langsung hening.
Suara desahan dan rintihan yang beberapa kali terdengar di telinga Sasti tidak terdengar lagi. Sasti menggedor kaca mobil sangat kencang. “Gilang keluar!” teriak Sasti bertubi.
Tidak ada jawaban yang menyahut kata-kata Sasi yang memanggil nama Gilang beberapa kali. Sasi menempelkan wajahnya pada kaca jendela mobil yang berwarna hitam pekat.
Ketika wajah Sasti sudah menempel di kaca mobil dan matanya menatap lekat ke arah dalam mobil, Sasti melihat Gilang dan seorang wanita di dalamnya. Wajah mereka terlihat samar karena kaca mobil yang berwarna hitam ini.
Sasti terus menggedor kaca jendela mobil semakin kencang. “Gilang cepat keluar dari dalam mobil! Atau aku akan berteriak pada orang-orang jika kamu berbuat mesum di dalam!”
Masih tidak ada sahutan. Membuat Sasti semakin naik pitam dibuatnya. “Aku hitung sampai tiga ya.... Satu... Dua... Tiga....”
Sasti tidak main-main dengan apa yang ia ucapkan. Baru saja ia akan mengeluarkan suaranya untuk berteriak pada orang-orang jika ada pasangan selingkuh yang berbuat mesum di dalam mobil. “Krek!” Terdengar suara pintu mobil terbuka.
“Sasti....” panggil Gilang lirih.
“Deg!” Jantung di dada Sasti seakan berhenti berdetak bertepatan dengan suara Gilang yang memanggilnya dari dalam mobil.
Gilang keluar dari dalam mobil seorang diri. Pakaianya terlihat acak-acakkan. Rambut Gilang yang sedikit gondrong itu berantakan ke sana ke mari.
Sasti menatap Gilang dengan tatapan sendu bercampur amarah. Ia menunggu wanita yang bersama Gilang di dalam mobil untuk keluar tapi ia tak kunjung keluar.
“Katakan pada perempuan yang bersama kamu itu untuk keluar!” teriak Sasti.
Gilang tertunduk dan kemudian menatap Sasti. “Siapa?” tanyanya masih berkelit.
“Kamu kira aku tidak melihat jika ada seorang wanita di dalam mobilku? Apa yang kamu lakukan di dalam mobil bersama perempuan lain, Gilang?” tanya Sasti lirih. Suaranya serak dan tercekat.
Gilang menghela nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Ia menatap Sasti dan kemudian menatap ke atas. Melihat langit yang mendung. Tangan Gilang memegangi keningnya. Ia pun bingung harus menjelaskan apa pada Sasti.
“Tega kamu Gilang.... sebentar lagi pernikahan kita. Kamu malah.... di dalam mobil aku pula! Engga punya hati kamu!” Sasti memaki Gilang sambil memukuli Gilang dengan kedua tangannya yang mengepal.
Gilang tidak menghidar atau pun mengatakan maaf pada Sasti. Suaranya seakan hilang dan Gilang mendadak bisu.
“Hei turun kamu!” seru Sasti sambil melihat ke arah mobilnya. “Turun dari mobil aku!”
Perempuan yang ada di dalam mobil benar-benar tidak keluar dan menunjukkan batang hidungnya. Membuat Sasti gemas dan mulai tidak sanggup menahan amarahnya.
Sasti menggeser tubuh Gilang dengan kasar agar tidak menghalangi pintu mobil. Ia mendorong Gilang dengan kasar. Tenaga Sasti saat marah membuatnya menjadi kuat. Hingga tubuh Gilang yang tinggi dan besar itu dapat ia geser dan mendorong Gilang hingga hampir terjerembab.
“Tidak ada siapa-siapa Sasti....” kata Gilang mencoba menghalangi Sasti untuk membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
“Ini mobil aku!” teriak Sasti sambil membelalakan kedua matanya pada Gilang. “Aku ingin masuk ke dalam mobilku! Kenapa kamu melarangku masuk ke dalam mobilku sendiri? Jika memang tidak ada siapa-siapa, ya sudah! Aku hanya ingin masuk ke dalam mobil dan kita pulang!”
Gilang terdiam. Tangannya yang menghalangi Sasti untuk membuka pintu mobil terlihat lemas. Wajah Gilang pun berekspresi penuh perasaan bersalah. Membuat hati Sasti semakin terluka karena ia tahu apa yang tadi terjadi di dalam mobilnya.
“Gilang.... Di siang hari seperti ini.... Di dalam mobilku pula.... Kamu malah....” kata Sasti dengan suara serak dan mata yang berkaca-kaca. Belum tuntas Sasti ingin memaki Gilang, pintu mobil terbuka dengan sendirinya dari dalam.
Sasti langsung menoleh. Sepasang kaki wanita turun dari mobil. Kaki yang putih dan mulus itu menapak ke tanah secara perlahan.
Gilang menghela nafas panjang, bertepatan dengan keluarnya wanita yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam mobil. Wajahnya pun berubah semakin pucat.
Sasti memicingkan kedua matanya ketika si wanita itu telah keluar dari mobil. Ia berdiri di hadapan Sasti dengan wajah tanpa dosa dan bersalah. “Hei Sasti....” sapanya dengan senyuman lebar.
Dahi Sasti berkerut dan alisnya beradu. “Ratih?!” serunya lirih.
Ratih hanya tersenyum simpul.
Sasti menggelengkan kepalanya kecewa. Ia menatap Ratih dan kembali menatap Gilang yang sudah berwajah pucat dan menundukkan wajahnya sedari tadi. “Apa yang kalian lakukan....? Kenapa kamu begitu tega denganku....?” tanya Sasti lirih.
Air mata yang sejak tadi ditahan, kini sudah tidak dapat terbendung di pelupuk mata Sasti. Perlahan air mata hangat menetes dan membasahi pipi Sasti.
“Kamu!” Sasti menunjuk ke arah Ratih. “Begitu hinanya, berhubungan badan di dalam mobilku! Wanita murahan!”
“Aku wanita murahan?” tanya Ratih menunjuk dirinya sendiri. “Dan kamu wanita sok suci yang tidak ingin terjamah oleh pria sebelum menikah. Yang akhirnya pria itu masih mendambakan mantan kekasihnya?”
Wajah Ratih sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. “Aku hanya meminta kenang-kenangan dari mantan pacar aku yang sebentar lagi menikah.....” lanjutnya sambil tersenyum lebar.
Next bab dua
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved