chapter 17 Wanita Mana Yang Belum Kutemui

by Sean Kenneth 12:00,Jan 15,2024
Jessy mengerutkan alisnya.

Tentu saja dia tahu Keluarga Shangguan adalah penguasa industri obat-obatan di Kota Anbu. Jika ingin mencari Lapuk, tentu lebih mudah menemukannya di rumah Keluarga Shangguan.

Tetapi, dia tidak pernah merasa cocok dengan Roslin Shangguan.

Dia merasa Roslin pura-pura dingin. Jelas-jelas bentuk tubuhnya begitu jelek dan tidak punya apa-apa, tetapi dia selalu bersikap tidak bisa didekati oleh pria manapun. Apa dia tidak melihat pria-pria itu suka padanya atau tidak.

Sedangkan, Roslin selalu merasa, Jessy Ouyang adalah putri keluarga tingkat satu yang juga merupakan seorang CEO perusahaan. Tetapi dia selalu dikelilingi tumpukan pria-pria yang selalu mengerumuninya. Sama sekali tidak menjaga kebersihan namanya. Ada yang salah dengan moralitasnya.

Mereka berdua tidak saling menyukai. Setiap kali bertemu, selalu berselisih.

Ferry mengamati perubahan wajah Jessy dengan cermat. Dia berkata dengan hati-hati.

"Mari kita pergi ke Westin. Di sana ada sebidang kebun obat. Meskipun kebun obat itu milik Keluarga Shangguan, tetapi biasanya hanya ada seorang penjaga kebun di sana. Tidak ada orang lain. Kita pergi diam-diam, kita beli Lapuk, lalu pergi. Tidak perlu memberitahu identitas kita, dan tidak perlu menemui orang-orang dari Keluarga Shangguan. Mereka juga tidak akan tahu bahwa kita yang telah membelinya. Sekali menyelam, minum air!"

Begitu Jessy mendengar hal ini, kerutan alisnya mengendur.

"Baik. Itu saja yang kita lakukan."



Di Kebun Obat Westin.

Sebuah Porsche merah diparkir di depan pintu, dan Manajer Samuel menyambut mereka dengan hormat.

"Selamat datang Nona!"

Roslin memandang ke arah Feriko dengan gugup. Dia takut dirinya belum pernah melihat tempat seperti ini dan membuatnya takut.

Di luar dugaan, Feriko sama sekali tidak memperhatikan sambutan yang begitu meriah. Dia malah menjulurkan lehernya dan hanya sibuk memberhatikan Kebun Obat itu.

Roslin hanya bisa tersenyum pahit di dalam hatinya.

Baru saja di dalam kamar saat mendengar dia akan mengobatinya dengan "baik-baik", hatinya tergerak. Dia mengira akhirnya Feriko menyadari kecantikannya dan tidak dapat menahan diri dan melakukan sesuatu padanya.

Jika pria lain yang melakukan itu padanya, dia akan merasa sangat jijik.

Tetapi Kakak Feriko... Bukan hanya Roslin tidak merasa jijik, sebaliknya, dia sedikit menantikannya.

Apa yang akan dia lakukan pada dirinya sendiri?

Jika langsung melakukannya, dia tidak akan keberatan. Lagipula, itu juga berguna untuk memeriksa efektifitas pengobatannya.

Tetapi, jika sampai langkah yang paling akhir?

Bisakah Roslin menerimanya?

Ketika dia tengah membayang-bayangkan hal itu, tangan Feriko sudah meraba tulang belikatnya.

Dia datang.

Tubuhnya menjadi tegang. Dia menunggu langkah apa lagi yang akan dia lakukan selanjutnya.

Siapa sangka, lima menit berlalu, dan dia memberitahu, jika perawatannya sudah selesai.

Ternyata pengobatan baik-baik yang ditawarkan Feriko hanyalah meningkatkan kekuatan pijatannya saja.

Selain itu, dia tidak melakukan apa pun.

Bahkan tidak mengusap atau membalurnya dengan minyak.

Dirinya begitu cantik, tetapi Feriko tidak berniat menyetuhnya. Hatinya hanya dipenuhi obat-obatan.

Sikapnya ini... Benar-benar membuatnya menangis sambil tertawa.

Dia mengurungkan pikirannya, dan berpesan pada semua orang.

"Orang ini adalah Tuan Feriko Li. Dia adalah penyelamat nyawaku. Untuk selanjutnya, dia adalah pemilik Kebun Obat Westin . Apakah kalian mengerti?"

Mereka semua menatap Feriko dengan kagum.

Penyelamat nyawa Nona Shangguan? Kalau begitu, mereka harus menghormatinya.

Samuel mendekat, lalu berkata dengan penuh hormat, "Baik, hamba mengerti!"

Kemudian, dia memimpin semua orang untuk memberi salam hormat pada Feriko, agar tidak ada yang menyadari ada yang salah pada dirinya.

"Salam hormat kepada Tuan."

Feriko menatap Samuel dalam-dalam.

Tatapan matanya baik, bisa melakukan tugasnya, tidak mempertanyakan keputusan tuannya.

Dia adalah bawahan yang berkualitas.

Melihat Feriko terdiam, Roslin mengira dia terkejut akan perlakuan mereka. Dia menarik lengannya dan berjalan masuk ke dalam, sambil mengenalkan semua yang ada di sana, satu per satu.

Samuel mengikuti dari belakang dan berkata kepada Roslin, "Hamba tidak terlalu memahami perihal serah-terima. Aku mohon Nona bisa memberi kami petunjuk."

Feriko paham, dia ingin menanyakan tentang bisnis keluarga. Pertanyaan yang menyangkut privasi seperti itu, tidak baik dikatakan di hadapan orang luar seperti dirinya. Maka dia mengajukan agar dia bisa berkeliling sendiri.

Setelah Roslin meninggalkannya, barulah Feriko bisa menikmati dan mengagumi Kebun Obat ini.

Obat-obatan langka, rumput dan bunga-bunga unik, di tanam sesuai dengan jenis dan elemenya. Bisa terlihat dengan jelas, Manajer Samuel adalah orang yang ahli di bidangnya. Dia juga merawat dan menjaga tempat ini dengan sepenuh hati.

Belum berjalan beberapa langkah, begitu dia berbelok di tikungan, dia langsung mengerutkan alisnya.

"Feriko Li? Kenapa kamu ada di sini?" Jessy berteriak dengan marah.

Awalnya dia mengira, dia dapat membeli Lapuk di sini. Tetapi baru saja dia diberi tahu bahwa dua batang terakhir telah diambil Roslin kemarin. Meskipun mereka sudah stok ulang, tetapi butuh setengah bulan sampai bisa mendapatkannya lagi.

Dia merasa tidak puas. Sekarang lebih-lebih lagi. Melihat Feriko membuat suasana hatinya menjadi semakin buruk.

Seolang ingin melampiaskan semua kekesalannya hari itu dia memandang Feriko dengan sangat jijik.

"Kebun Obat Westin yang begitu hebat, bisa-bisanya membiarkan orang idiot masuk kemari! Jika hal ini aku sebarkan, aku ingin lihat apakah Roslin Shangguan masih bisa berpura-pura suci!"

Feriko menatap Jessy dengan datar. Dia tidak ingin berurusan dengannya, maka dia memutar dan bersiap-siap untuk pergi.

Akan tetapi, Jessy tidak mau membiarkannya pergi begitu saja.

"Apa? Mau pergi? Tuhan tahu dengan cara apa kamu bisa masuk ke dalam sini. Untuk apa kamu datang? Apa kamu ingin mencuri obat?"

"Ah! Aku lupa... Kamu adalah orang idiot. Sekalipun mencuri obat, juga tidak ada gunanya. Kalau begitu, apakah kamu membuntuti aku?"

Hidung Jessy menghadap ke atas dan dagunya mengarah ke Feriko.

"Sekalipun Ayahku sudah membatalkan pernikahan kita, tetapi karena kamu mendambakan penampilanku, maka kamu membuntutiku!"

Saat mengatakan hal ini, sekalipun Jessy marah, tetapi dia juga merasa sedikit bangga.

Sekalipun dia idiot, ternyata dia tetap memiliki hasrat mendasar seorang pria.

Kelihatannya, Jessy benar-benar menawan.

Feriko mengangkat kepalanya. Dia menyadari bahwa garis hitap di dahi Jessy semakin menjadi tegas. Kemarin saat baru muncul, warnanya masih keabu-abuan. Sekarang sudah berubah menjadi hitam.

Ini artinya, dia akan segera mendapat masalah besar.

Orang jahan akan mendapatkan hukumannya. Tadinya dia tidak ingin menghiraukan Jessy. Rasakan saja, dia selalu mengatakan hal-hal yang membuatnya merasa jijik.

Setelah bertahun-tahun melakukan pengobatan, wanita seperti apa yang belum ditemuinya.

Cantik, mendominasi, ramping, montok...

Kalau Jessy...

Dia menilainya sekilas dari atas ke bawah. Tampangnya biasa saja dan tubuhnya juga sangat rata.

Seperti ini, dia berani menghina penilaiannya?

Melihat Feriko sedang menatapi dirinya, Jessy merasa semakin bangga. Dia sepenuh hati mengira bahwa Feriko sedang mengagumi rupanya. Tetapi dia sengaja membelalak ke arahnya.

"Hei! Apa yang kamu lihat?!"

Ferry Gao segera berdiri di depan Jessy Ouyang, berusaha menyelamatkannya.

"Dasar pengemis. Menyingkirlah!"

Siapa yang sangka, Feriko hanya melirik ke arah mereka dengan datar.

"Jeleknya!"

Jessy marah sekali!

"Kamu berani menyebutku jelek?!"

Melihat kemarahan Jessy, Ferry tahu bahwa masalah hari ini tidak dapat diselesaikan tanpa pertumpahan darah.

Tiba-tiba dia tampak galak!

"Ada kesempatan pergi ke surga, tetapi kamu tidak memilihnya. Siapapun boleh kamu singgung, tetapi beraninya kamu menyerang Nona Ouyang. Berhubung mulutmu kotor, aku akan membuatmu menyesal memiliki mulut itu!"

Begitu selesai bicara, kakinya melesat. Dengan kecepatan seperti anak panah, dia menyerang Feriko.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

381