chapter 12 Apa Hubungan Kalian

by Sean Kenneth 12:00,Jan 15,2024
Mata dan gerakan Si Kepala Banteng sangat lincah. Dia menggunakan Garpu Bajanya untuk mengendalikan Fenty.

Feriko merasakan jiwanya terpisah dari raganya. Perasaan menyakitkan seperti tersayat hidup-hidup itu membuatnya sulit bernapas...

Dia selalu mengikuti jalan langit dan mempraktekan pengobatan. Setelah berkelana bertahun-tahun di dunia fana, apakah dirinya akan berakhir di tangan kedua hantu kecil ini?

Dia tidak rela!

Kelima Keluarga Besar sialan! Mereka menghancurkan energi potensialnya!

Sekalipun kekuatan batin Feriko sangat kuat, tetapi dia memiliki tubuh fana. Dia tidak bisa melawan kekuatan ajaib dari Bendera Penangkap Jiwa.

Tampak kegilaan dari dalam mata Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda.

Tidak lama lagi!

Jiwa dan raganya akan segera terpisah!

Setelah jiwa Feriko benar-benar terpisah secara sempurna dari raganya, Feriko akan mati. Bisa membawa jiwanya pulang merupakan sebuah pencapaian besar.

Dhuak, dhuak, dhuak!

Sementara itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah luar pintu,

"Apakah Kakak Feriko ada di sini? Aku Roslin Shangguan, ada yang ingin aku tanyakan."

Raut wajah Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda langsung berubah!

Shangguan?

Keluarga Bangsawan dan Kerajaan?

Brengsek! Bukankah mereka sudah membatalkan pernikahan?

Mengapa masih mencarinya?

Putri dari Keluarga Kerajaan, merupakan orang yang memiliki Takdir Langit. Tubunya memiliki aura Kerajaan dengan elemen terang ekstrim. Jika orang-orang dari Istana Bawah Tanah bertemu dengan mereka, yang ringan, akan kehilangan kekuatannya, yang berat, akan lenyap menjadi abu.

Fenty menyadari perubahan yang terjadi pada wajah Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda. Dia langsung menjerit ke arah pintu.

"Apa itu Nona Shangguan? Pintunya tidak dikunci, silakan masuk!"

! ! !

Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda tercengang.

Mata mereka terus memandangi jiwa Feriko yang sudah hampir berhasil meninggalkan raganya. Tidak boleh sampai gagal.

Detik berikutnya, ada suara gerakan pintu, dan pintu di dorong hingga ada celah yang terbuka. Kaki yang panjang indah berwarna seperti giok melangkah masuk ke dalam.

Gawat!

Putri Raja akan masuk ke dalam!

Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda saling bertukar pandang. Ada api kemarahan yang membara di dalam mata mereka. Dengan tidak rela, mereka cepat-cepat menyimpan Bendera Penangkap Jiwa!

"Ayo, pergi!"

Dalam sekejap mata, segala yang ada di dalam rumah itu kembali ke keadaan semua. Seolah sama sekali tidak terjadi apa-apa.

Fenty menopang Feriko yang hampir pingsan tak sadarkan diri, lalu mendudukinya di kursi di sebelah meja papan nisan. Dia berjaga-jaga, jangan sampai Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda diam-diam melakukan sesuatu.

Pada saat Roslin Shangguan membuka pintu dan memasuki rumah itu, dia merasakan hembusan angin yang dingin menusuk. Tubuhnya langsung merasa merinding.

Tiba-tiba saja tubuhnya menggigil.

Rumah ini... dingin sekali...

"Kalian sedang..."

Roslin mengangkat matanya dan melihat sebuah adegan yang sulit dijelaskan. Sebuah meja besar yang berisi hidangan-hidangan lezat terletak di tengah-tengah ruangan itu. Feriko tampak sedang mabuk dan duduk terhuyung di sebuah kursi di pinggirnya. Sedangkan gadis ini...

Dia mengenakan gaun tidur yang setengah transparan.

Pemandangan yang begitu menggoda... benar-benar sulit untuk tidak membuat orang berpikiran yang macam-macam.

"Nona, bolehkah aku bertanya... apa hubunganmu dengan Kakak Feriko?"

Entah mengapa, Roslin merasa sedikit janggal. Meskipun dia mendengar gadis ini memanggil Feriko dengan sebutan Kakak Senior, tetapi... apakah seorang Adik Junior akan mengenakan gaun transparan seperti ini di hadapan Kakak Seniornya?

Ini jelas tidak normal!

Alis Fenty sedikit berkerut.

Awalnya dia sempat bersuka cita atas kehadiran Roslin. Dia baru saja hendak bertanya, sudah begitu larut malam, mengapa dia datang mencari Kakak Seniornya. Mengingat dia telah menolong mereka, dia baru membiarkannya masuk.

Siapa sangka Nona Shangguan langsung berbicara tidak sopan padanya.

Dia kira siapa dirinya?

Untuk apa dia bertanya seperti itu?

Fenty meluruskan lehernya, dan mengumpulkan keberanian.

"Namaku Fenty! Sejak kecil, aku tumbuh besar bersama Kakak Senior. Aku dan dia seperti kakak-beradik. Jika kamu harus menanyakan hubungan kami, kami adalah teman sepermainan sejak kecil!"

Nada bicaranya dipenuhi rasa bangga. Dia sengaja membusungkan dadanya. Gaunnya yang berbahan sangat tipis itu, semakin menonjolkan bentuk tubuhnya.

Roslin menghela napas lega.

Ternyata mereka teman sepermainan sejak kecil. Pantas saja.

Gadis desa yang culun seperti dirinya, selalu bergantung pada Kakak Seniornya sejak kecil. Kemungkinan dia sama sekali tidak tahu jarak yang harus dijaga di antara pria dan wanita.

Dia berpikiran terlalu jauh.

"Nona Shangguan? Mengapa kamu ada di sini?" Feriko baru mulai sadarkan diri.

Sesungguhnya dia sama sekali tidak pingsan. Dia hanya kehilangan kesadaran sementara akibat menahan rasa sakit ketika jiwanya terpisah dari raganya.

Ketika Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda melarikan diri, kesadarannya telah kembali. Dia tidak bersuara sama sekali, karena dia sedang memulihkan tenaganya.

Akan tetapi, dia tidak menyangka kedua wanita itu akan berselisih dan sudah siap-siap untuk bertengkar.

Feriko cepat-cepat bertanya, "Mengapa kamu bisa tahu bahwa aku ada di tempat ini?"

"Aku bertanya pada Cicil, dia yang memberitahu aku." Wajah Roslin memerah. Dia merasa sedikit canggung.

"Aku datang begitu larut karena aku baru tahu jika hari ini kamu berulang tahun. Maka dari itu, aku menyiapkan sebuah hadiah. Aku ingin memberikannya padamu. Di samping itu, aku punya sebuah permintaan.

"Penyakitku sangatlah bersifat pribadi. Aku tidak ingin mencari orang lain. Maka aku ingin minta tolong pada Kakak Feriko untuk membantuku mengatasinya hingga tuntas."

Roslin memandang Feriko dengan tatapan penuh permohonan.

"Aku mohon padamu... Aku tidak akan membiarkan jerih payahmu sia-sia. Aku memiliki dua batang Lapuk. Satu batang untuk hadiah ulang tahunmu. Yang satu lagi, sebagai biaya pengobatan. Apapun yang kalian inginkan, akan aku penuhi!"

Setelah mendengar kata Lapuk, Feriko langung menelan semua penolakannya.

Saat ini, energi spiritual di Kota Anbu semakin menipis. Jangankan Lapuk, tanaman obat lain yang sedikit langka pun sulit ditemukan.

Roslin bisa langsung memberinya dua batang Lapuk. Dia benar-benar tidak bisa menolaknya.

Tetapi ada hal lain yang membuatnya ragu.

Meskipun Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda sekarang tidak ada di sini. Kana tetapi dia bisa merasakan bahwa keduanya belum pergi terlalu jauh.

Mereka pasti sedang menunggu Roslin pergi untuk kembali menangkap dirinya.

"Baiklah! Tidak masalah!" Feriko langsung menyetujuinya, "Akan tetapi, untuk perawatan, aku harus tinggal di rumahmu."

"Hah? Ini..." Tampak keraguan di wajah Roslin. Tetapi diam-diam dia mulai menantikannya.

Mata Feriko langsung tampak cerah.

"Aku dan Fenty belum pernah melihat sebuah vilo besar!"

Roslin Shangguan terkekeh!

"Itu namanya vila! Baiklah! Lagipula ayah dan kakakku sedang keluar negeri. Di rumah, hanya ada aku seorang. Rasanya juga sepi sekali. Malam ini juga, ikutlah denganku!"

Roslin takut Feriko akan bertukar pikiran. Dia hanya bisa menunggu Fenty berganti pakaian dan membawa mereka pergi dari sana.

Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda diam-diam bersembunyi sambil melihat lampu belakang mobil yang semakin menjauh. Mereka merasa sangat kesal!

Lagi-lagi, mereka tidak dapat menyelesaikan tugas mereka di tahun ini.



Di bawah langit malam, sebuah Porsche merah melaju ke sebuah kompleks vila di Kota Anbu.

Kebetulan sekali, ada sebuah Lamborghini biru yang melewati mereka.

Jessy Ouyang menginjak rem, menurunkan jendela mobil dan menengok ke belakang.

Itu mobil Roslin Shangguan.

Tetapi... mengapa rasanya barusan saja dia melihat Feriko di dalam mobil itu?

Jessy menggelengkan kepalanya.

Tidak mungkin, tidak mungkin!

Perjanjian pernikahan Keluarga Shangguan juga sudah dibatalkan. Sifat Roslin seperti seorang Bikhuni. Mana mungkin dia sedang bersama Feriko.

Sepertinya dia benar-benar sangat terusik oleh Feriko.

Lupakan saja. Sebaiknya dia mencari beberapa penghibur untuk menenangkan suasana hatinya.

Di kediaman Keluarga Shangguan.

Baru saja Feriko memasuki pintu, dia langsung mendengar jeritan melengking.

"Roslin! Mengapa kamu membawanya kembali?!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

381