chapter 11 Godaan Jiwa

by Sean Kenneth 12:00,Jan 15,2024
Gaun tidur itu berwarna putih bersih, terbuat dari bahan sutra yang licin di tangan. Terasa sangat nyaman disentuh.

Feriko Li menyadari bahwa modelnya sangat mirip dengan yang Roslin kenakan hari ini!

Dia mengambil gaun tidur di tangannya, membuka lipatannya dan melihat...

Ternyata kainnya setengah transparan.

"Fenty, apa yang kamu..."

Pipi Fenty memerah. Dia merasa sangat malu. Tetapi dia masih memiliki keberanian untuk berjalan di depan Feriko dengan kepala menunduk.

"Aku tahu kamu menyukai gaun Roslin, itu sebabnya kamu terus melihatnya. Kakak senior...Aku juga akan memakainya. Tolong bantu aku lihat, bagus atau tidak..."

Setelah mengatakan itu, Fenty tidak menunggu apakah Feriko menjawab atau tidak. Dia meraih roknya dan cepat-cepat melarikan diri.

Feriko Li sama sekali tidak tertarik di depan meja besar berisi makanan lezat.

Saat ini dia memang sangat lapar.

Tapi bukan perutnya yang merasa lapar.

Saat dia menunggu, waktu terasa berjalan begitu lama. Seluruh kepala Feriko dalam keadaan kosong melompong. Sesekali muncul bayangan tubuh Roslin dan bayangan tubuh Fenty yang gemulai di dalam benaknya...

Entah berapa lama kemudian, akhirnya Fenty berjalan keluar, dia memanggilnya dengan sedikit berbisik,

"Kakak Senior, aku sudah selesai..."

Dengan hati penuh semangat dan kegirangan, Feriko perlahan membalikkan tubuhnya. Setelah melihat pemandangan yang ada di hadapannya, dia tersedak.

Dengan mengenakan gaun tidur putih setengah transparan itu, Fenty terlihat seolah seperti peri cantik yang turun ke dunia fana.

Di bawah cahaya redup, lekuk tubuh yang anggun tampak samar-samar. Potongan gaun tidur itu sangat melekat pada tubuh sehingga memamerkan lekuk tubuh Fenty yang indah.

Lekukan di depan dan di belakang membentuk garis yang sangat indah. Tubuh yang bercahaya seperti musim semi tampak samar-samar di balik gaun itu. Dia tampak berubah seperti siluman yang tak henti-hentinya melambaikan tangan ke arahnya.

Luaran yang tergantung pada bahunya menyelimuti hingga ke pergelangan tangan. Dilanjutkan dengan kedua tungkai yang panjang, seolah mengundangnya untuk menempelkan jarak di antara mereka.

Yang lebih membuatnya berdebar-debar, selain mengenakan gaun seputih salju pada tubuhnya, Fenty pun mengenakan penutup mata.

Penutup mata berenda berwarna hitam.

Warna hitam dan putih yang begitu kontras, membuat seolah ada kembang api yang sangat memikat meledak di dalam benak Feriko.

"Kakak Senior... Selamat ulang tahun!" Fenty menundukkan kepalanya. Dia merasa sedikit malu, tetapi juga sedikit senang saat melihatnya menatapnya seperti ini.

"Aku sudah membungkus diriku sendiri dan kuhadiahkan padamu. Apa... kamu mau menerimaku?"

Feriko merasa senang sekali. Dia sama sekali tidak sempat memikirkan apa-apa dan langsung memeluk Fenty.

Sudah sampai seperti ini, jika dia menolaknya, dia bukanlah seorang lelaki sejati.

Saat dirangkul di dalam pelukannya, kaki Fenty sedikit menjinjit. Dia mengangkat wajahnya yang mungil dan menempelkan bibirnya pada bibir Feriko.

Inisiatif seperti ini membuat Feriko kehilangan kendali.

Sialan! Kelima Keluarga Besar membatalkan perjanjian nikah pada saat bersamaan. Berdasarkan perkataan orang tua itu, bukan hanya dia harus pura-pura bodoh dan gila, dia tidak bisa mengeluarkan energi potensial tahap awal! Dia tidak bisa menghadapi siapa-siapa.

Tapi... siapa yang bisa tahan dengan hal ini!

Di bawah cahaya yang menggoda, mereka berdua berpelukan dengan erat, dan terus berciuman, sulit untuk dihentikan. Kedua mata Fenty mengintip kecil. Gaun tidur putih setengah transparan di tubuhnya sudah sejak awal diremas-remas tangan besar Feriko hingga acak-acakan.

"Kakak Senior...aku ingin..."

Rasa nyaman luar biasa yang dia rasakan pada tubuhnya membuat Fenty tidak bisa mengendalikan erangannya.

Tiba-tiba saja, ada bunyi keras dari arah pintu jendela. Angin yang deras dan dingin meniup pintu hingga terbuka.

Fenty yang gaun tidurnya sudah setengah terbuka, dilindungi Feriko dalam pelukannya. Feriko berteriak marah!

"Datang lagi, datang lagi. apakah kamu belum melihat bahwa Kelima Keluarga Besar telah membatalkan perjanjian pernikahan mereka?! Aku sudah menahan diri selama ini, jadi apa salahnya aku buka puasa?! Jika Pangeran Neraka begitu hebat, coba tangkap aku!"

"Ah! Kakak Senior!" Fenty menjerit. Feriko menoleh ke arahnya dan melihat dirinya sudah ditahan. Dua orang pria kekar itu bertubuh manusia, tetapi yang satunya berkepala banteng, dan yang satunya lagi berwajah kuda.

Tubuh Fenty ditahan dari kedua sisi. Jubah tidurnya jatuh ke atas lantai. Gaun bertali tipis itu bergelantung seadanya pada tubuhnya. Tertarik sedikit saja, maka gaun itu akan robek.

"Feriko Li! Sebagai menantu Pangeran Neraka, kamu mana boleh bersetubuh dengan wanita di dunia fana?! 25 tahun yang lalu, gurumu telah menghancurkan rencana besar Pangeran Neraka. Sekarang kita berdua akan membawamu kembali ke Istana Bawah Tanah.

Suara yang terdengar dingin itu, sama sekali tidak berperasaan.

Alis Feriko membentuk kerutan dalam.

Ternyata mereka adalah Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda yang selalu mendampingi Pangeran Neraka.

Tampaknya apa yang dikatakan orang tua itu benar. Sudah 25 tahun berlalu pun, Pangeran Neraka tidak mau melepaskan dirinya.

Dia langsung teringat pesan gurunya. Jika suatu hari Pangeran Neraka menangkapnya, dia harus berpura-pura bodoh dan gila. Dan juga, dia harus memanfaatkan perjanjian pernikahan dengan Kelima Keluarga Besar untuk menahannya.

"Kedua kakak... eh, salah..." Dia menggelengkan kepalanya. Sepertinya dia merasa sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.

"Kak Banteng, Kak Kuda? Sepertinya tetap ada yang salah... apakah kalian berdua adalah manusia?"

Si Kepala Banteng dan Si Wajah Kuda tertegun.

Dia tidak mengenal mereka?!

Temperamen Si Kepala Banteng sangat buruk. Melihat tampangnya yang seperti itu, dia tidak bisa menahan diri.

"Aku tidak peduli dia kenal atau tidak! Cepat bawa dia kembali ke Istana Bawah Tanah agar bisa cepat menyelesaikan masalah ini!"

Sambil berkata demikian, keduanya melepaskan Fenty dan menangkap Feriko.

"Lepaskan Kakak Senior!" Melihat keadaan yang tidak baik, Fenty tidak lagi menghiraukan gaunnya. Dia segera melemparkan jarum-jarum dari kedua tangannya ke arah Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda.

Mereka berdua hanya merasakan ada angin dingin yang melesat di belakang leher mereka. Secara refleks, mereka menahannya, dan jarum-jarum itu terhempas ke pinggir.

"Gadis busuk! Beraninya melawan!"

Amarah Si Kepala Banteng bangkit. Dia segera menyiapkan jurus hebat untuk membalasnya.

"Jangan gegabah!" Si Muka Kuda menahan Si Kepala Baneng, "Dia adalah putri dari Tabib Tua. Kita tidak bisa melukainya."

Si Kepala Banteng menatap Fenty dengan wajah tidak puas!

"Sayang sekali, gadis yang begitu cantik ini, ternyata adalah putri dari si Tabib Tua. Kalau tidak, aku akan membawanya kembali ke Istana Bawah Tanah dan menyiksanya sampai puas!"

Begitu dia berbalik hendak menangkap Feriko, dia melihat Feriko sudah bersembunyi di balik papan nisan Tabib Tua.

Feriko tidak menyangka ada suatu hari dia akan dia menjadi begitu payah. Orang tua itu sudah pergi begitu lama, tetapi dia masih membutuhkan perlindungan dari papan nisannya.

Tapi apa boleh buat. Sehebat apapun kemampuannya, sepanjang penghalang energi potensial tahap awalnya belum dihancurkan, banyak sekali jurus yang tidak bisa dia gunakan.

Kalau bukan karena itu, dia tidak akan menghiraukan Si Kepala Banteng dan Si Muka Kuda.

Karena terhalang oleh papan nisan Tabib Tua, mereka berdua tidak berani bertindak sembarangan.

"Feriko Li! Tabib Tua bisa melindungimu untuk sementara, tetapi beliau tidak akan bisa melindungimu seumur hidup! Jika sadar akan keadaanmu, cepat ikuti kami. Bisa menjadi menantu Pangeran Neraka, merupakan keberuntungan yang kamu kumpulkan selama beberapa kehidupan. Jangan sampai kamu tidak menghargainya!"

Feriko meringkuk di balik meja papan nisan.

"Bohong! Guru pernah berkata, jika aku pergi bersama kalian, aku tidak akan bisa kembali lagi. Aku tidak menginginkan keberuntungan semacam ini!"

Merasa bicara tidak ada gunanya, Si Muka Kuda memberi isyarat kepada Si Kepala Banteng untuk berpencar.

Fenty menyadarinya!

"Kakak Seniorku adalah menantu keluarga bangsawan dan keluarga kerajaan. Kalian berani sekali menyentuhnya!"

Si Kepala Banteng mencibir, "Tabib Tua menggunakan cara ini untuk memperpanjang nyawa bocah ini selama 25 tahun. Sekarang perjanjian Kelima Keluarga Besar sudah tidak berlaku. Surat pembatalan pernikahan sudah ada di tangan kami. Apa yang perlu ditakuti?!"

Hati Fenty tenggelam!

Gawat!

Mereka semua berkata setelah membatalkan pernikahan, mereka akan membakar surat pernikahan itu. Akan tetapi, entah mengapa surat pernikahan Kakak Seniornya bisa berada di tangan Pangeran Neraka.

"Feriko, usiamu sudah sampai di penghujungnya dan nyawamu sudah harus berakhir. Ikuti kami!"

Si Kepala Banteng mengangkat garpu baja di tangannya ke arah meja papan nisan.

Untuk menghindari Si Wajah Kuda, Feriko menggelinding ke belakang. Tetapi tiba-tiba saja dia merasa seperti jiwanya sedang terangkat dari tubuhnya. Kepalanya pusing dan matanya berputar-putar.

Si Muka Kuda merasa sangat senang.

"Sebelum berangkat, aku sempat meminjam Bendera Penangkap Jiwa milik Maut Putih. Tidak disangka, ada gunanya juga! Jiwa Feriko Li, kemarilah!"

Fenty terperanjat hingga wajahnya pucat!

"Kakak Senior! Tidak!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

381