chapter 13 Kalian Berdua Tidur Bersama

by Sean Kenneth 12:00,Jan 15,2024
Feriko merasa sangat jengkel!

Lagi-lagi Cicil!

Mengapa kemanapun dia pergi, dia harus bertemu dengan mahluk menjengkelkan ini?!

Roslin tersenyum dengan puas, "Cicil datang untuk menemaniku. Akhir-akhir ini dia juga tinggal di rumahku. Aku tahu, dulu ada kesalah pahaman di antara kalian berdua. Tetapi, demi aku, Cicil, lain kali kamu tidak boleh mengata-ngatai Kakak Feriko lagi."

Cicil merasa sangat frustasi!

"Sebenarnya kamu ada di pihak siapa? Jelas-jelas dia duluan yang..."

"Sudahlah, sudahlah. Cicil. Sekarang Kakak Feriko adalah tamu yang kuundang untuk menyembuhkan aku. Jika kamu tetap seperti ini, aku akan marah."

Melihat tatapan Roslin yang begitu tegas, Cicil tidak berdaya.

"Baiklah. Aku akan mencoba menahan diri."

Sekalipun dia berkata demikian, tatapan matanya tetap melayang ke arah Feriko. Dia sedang melihat-lihat ke vila yang ada di sekelilingnya. Matanya berbinar-binar.

Cicil hanya bisa memutar bola matanya dengan rasa jijik.

Cuih! Benar-benar orang kampungan yang belum pernah melihat dunia.

Feriko memang merasa terpukau. Akan tetapi bukan karena kemewahan vila ini.

Lebih karena begitu dia memasuki bagian tengah kompleks vila ini, dia merasakan energi spiritual yang begitu kuat!

Terlebih lagi, energi spiritual di dalam vila Keluarga Shangguan ini!

Dia dapat merasakan, semakin ke arah tengah dari vila ini, energi spiritualnya semakin kuat!

Tempat ini adalah tempat yang sangat baik untuk berkultivasi.

Fenty juga dapat merasakan perubahan energi spiritual. Dia terkejut dan menatap Feriko.

Energi potensial tahap awalnya menekan banyak jurus yang dimiliki Feriko. Selama belum terpecahkan, dia tidak bisa menjadi Feriko Li yang sebenarnya.

Beberapa tahub belakangan ini, dia selalu mencoba untuk menyerap energi spiritual dan menjalani kultivasi untuk mencairkan tekanan energi potensialnya. Akan tetapi, karena energi spiritualnya sangat sedikit, dia tidak pernah berhasil melakukannya.

Akhirnya! Mereka melihat adanya harapan di tempat ini.

Fenty mengamati setiap sudut vila itu dengan penuh semangat, dia berkata, "Kakak Senior, alangkah baiknya jika kita bisa terus tinggal di tempat ini."

Mata Feriko juga terus melihat ke sana kemari, "Sama dengan apa yang aku pikirkan!"

Akan tetapi, di mata Cicil, mereka berdua tampak seperti dua anak kampungan yang sedang mengangan-angankan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

"Kalian?! Ingin tinggal di rumah Keluarga Shangguan?!" Dia sama sekali tidak menutupi tatapanya yang menghina itu. "Aku ingatkan kalian. Meskipun Roslin yang membawa kalian kemari, tetapi bukan artinya kalian naik derajat dan bisa seenaknya!"

Feriko malas meladeni omong kosongnya. Dia tidak menghiraukannya.

"Di mana kita akan tinggal?"

Roslin mengantar mereka ke lantai dua.

"Kakak Feriko, tinggalla di sebelah kamaru, ya? Dengan begitu, kamu bisa merawatku dengan lebih mudah." Wajahnya memerah. Dia benar-benar merasa malu.

Feriko menyetujuinya tanpa berpikir panjang.

Dia tidak punya permintaan khusus untuk tempat tinggalnya. Yang penting ada ranjang yang bisa ditiduri. Sudah cukup.

"Adik Fenty, tinggallah di lantai tiga. Di sana sangat tenang, dan kamarnya cukup besar."

Fenty memanyunkan bibirnya. Dia tertawa dingin di dalam hatinya.

Lantai tiga memang biasanya disiapkan untuk tempat tinggal tamu. Sekarang hanya ada dia sendiri yang tinggal di sana. Tentu saja sangat tenang.

Kamarnya besar?

Itu karena ruang tidur tamu tidak perlu didekorasi. Di dalamnya hanya ada perabotan ala kadarnya. Tidak ada apa-apa.

Roslin tampaknya sangat polos dan baik hati. Tetapi tanpa disadari, dia telah mengecilkan posisinya.

Dia merasa tidak puas. Wajah mungilnya tampak sedih. Dia menatap Feriko dengan memelas.

Kakak Senior... tolong aku...

Diam-diam, Feriko menghela napas.

Fenty telah tinggal bersamanya sejak dia kecil. Mereka belum pernah berpisah. Tetapi sekarang mereka sedang berada di luar. Di hadapan orang luar, lebih baik dia menjaga nama baik Fenty.

Maka dia hanya bisa menepuk kepala Fenty dengan lembut, "Tamu harus menuruti permintaan pemilik rumah."

Lalu dia menatapnya dengan penuh arti.

Fenty mengerti. Tatapan matanya yang tadinya redup itu kembali berbinar-binar.

Malam itu berlalu dalam keheningan.

Keesokan paginya, Roslin yang masih mengenakan pakaian tidur, mengetuk pintu kamar Feriko.

"Kakak Feriko, apakah kamu sudah bangun? Aku sudah meminta Bibi untuk menyiapkan sarapan. Mari kita turun!"

Akan tetapi, setelah diketuk untuk wantu yang cukup lama, tidak ada balasan dari dalam ruangan.

Apakah dia belum bangun?

"Roslin, mengapa hari ini kamu bangun pagi sekali?"

Cicil yang baru saja selesai senam pagi, masih mengenakan pakaian olahraganya yang bersih dan rapi. Retsleting bajunya sedikit terbuka, menampilkan lehernya yang putih dan panjang. Aroma dan basahnya keringat yang belum hilang membuat tulang selangkanya semakin seksi.

"Aku..." Roslin menundukkan kepalanya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Perawatan penyakitku harus dilakukan pagi-pagi. Aku, kan, tidak sabar lagi."

Setelah berkata demikian, dia melirik ke kanan dan ke kiri dengar rasa bersalah.

Dia tidak bisa mengatakan bahwa karena kedatangan Feriko, dia menjadi bersemangat. Makanya dia tidak bisa tidur semalam suntuk dan duduk menunggu hingga hari terang.

Benar-benar memalukan.

"Oh." Cicil menjawab dengan santai, "Ada apa? Apakah si kampungan belum bangun?"

Sebelum selesai bicara, Cicil langsung merasakan tatapan peringatan dari Roslin.

Baiklah. Apa boleh buat.

"Ini pertama kalinya Feriko melihat sebuah vila. Ini juga pertama kalinya dia tinggal di kamar sebagus itu. Pasti dia belum puas menikmatinya. Dia tidak akan bangun sepagi itu. Jangan menghabis-habiskan tenagamu."

Roslin berpikir sejenak. Kata-kata Cicil memang terdengar tidak enak. Tetapi cukup masuk akal.

"Akulah yang kurang sabar. Biarkanlah dia tidur lebih lama."

"Apakah kalian sedang mencari kami?" Suara Feriko terdengar dari atas tangga.

Ternyata dia berjalan turun bersama Fenty.

"Mengapa kamu turun dari lantai tiga?" Hati Roslin terasa kecut, "Apakah kalian... semalam, kalian... tidur..."

Kata-kata "tidur bersama" sudah diujung bibirnya. Tetapi dia kembali menelannya, tidak tahu mengapa, dia tidak bisa mengucapkannya.

Wajah Fenty tampak bangga.

Meskipun Roslin sedikit menyebalkan, tetapi dia cukup pintar.

Tentu saja semalam Kakak Seniornya tidur bersamanya.

Meskipun sekarang dia belum bisa menjadi wanita milik Kakak Seniornya, tetapi bisa memeluknya sambil tidur bersama pun membuatnya sudah sangat senang.

Sayang sekali, Kakak Seniornya berkata, sementara dia belum boleh mengatakan hal ini pada orang lain. Kalau tidak, reputasinya akan rusak.

Dia sama sekali tidak memedulikan reputasi. Tetapi Kakak Senior memintanya untuk merahasiakan hal ini. Maka dia akan menurutinya.

"Hei. Apa yang sedang kamu pikirkan?" Fenty memutar bola matanya ke arah Roslin. "Aku dan Kakak Senior sudah bangun dari tadi. Bahkan kita sudah selesai latihan pagi."

Roslin salah paham.

Ternyata mereka sedang berlatih bela diri.

Dia segera menatap Feriko dengan rasa berasalah.

"Baaf, aku salah bicara..."

Feriko sama sekali tidak menjawabnya.

"Apa yang akan kita makan untuk sarapan?"

Roslin segera membawa mereka turun ke bawah, "Bibi sudah menyiapkan semuanya, ikuti aku..."

Akan tetapi, begitu tiba di raung tamu lantai satu, mereka melihat seorang pria asing.

Cicil tersenyum dan menyambutnya, "Roslin, aku perkenalkan. Dia adalah Lyde. Aku mengenalnya saat sekolah di luar negeri. Beberapa hari yang lalu, dia baru saja kembali ke dalam negeri. Jangan lihat penampilannya yang muda. Dia adalah spesialis yang mendalami tentang meridian."

Setelah berkata demikian, dia menaikkan dagunya di hadapan Feriko.

Jika Roslin bisa mendengarkan pendapat dokter profesional, dia tidak perlu lagi mendengarkan kata-kata Feriko.

Apa lagi Lyde sangat rupawan. Tidak tahu ada berapa banyak gadis yang memujanya di luar negeri. Jika Roslin melihatnya, siapa tahu, hatinya juga akan tergerak.

Tanpa Roslin yang mendukungnya, Feriko hanyalah seorang badut pertunjukan.

Penipu!

Lihatlah bagaimana aku akan membongkar rahasiamu!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

381