chapter 4 Aku Mau Menikahinya Malam Ini Juga
by Sean Kenneth
12:00,Jan 15,2024
Sekarang ini, mata Feriko bukan terarah pada lima pria setengah baya yang gemuk ini, tapi pada gadis yang mengiringi ketua Keluarga Ouyang.
Nama gadis itu adalah Jessy Ouyang, dia mewarisi darah biru.
Jessy mempunyai rambut panjang seperti air terjun, pribadi yang berkelas, agak pendiam dengan wajah cantik mempesona.
Hari ini, dia memakai gaun hitam ketat yang memperlihatkan lekukan pinggulnya. Dari kejauhan, dia benar-benar terlihat seperti seorang dewi. Feriko sampai tidak berkedip menatapnya.
Pria tua! Bagus, bagus, ternyata memang calon istriku cantik! Kamu tidak berbohong! Wanita satu ini sangat cantik.
Jessy sudah memperhatikan Feriko sejak dia memasuki pintu.
Melihatnya berjongkok di sudut dengan wajah lusuh, membuatnya mengerutkan keningnya.
Keduanya bertukar pandang, suasana menjadi kikuk untuk sesaat. Tak satu pun dari para tetua kelima keluarga besar itu yang berani untuk memutuskan pertunangan terlebih dahulu.
Jessy membuka percakapan.
"Kamu yang namanya Feriko?"
"Kamu menguasai ilmu Pengobatan Surgawi?"
Feriko tidak menanggapi pertanyaan Jessy, hanya terbahak-bahak lalu bangkit, menatap sekeliling dan berlari keluar pintu.
"Hmm? Dimana istriku yang lain?"
Mendapati hal ini, Jessy menarik napas panjang.
"Hei, dengarkan aku."
"Feriko, aku menemuimu hari ini untuk membatalkan pertunangan denganmu. Aku, Jessy Ouyang, memutuskan menolak menikahimu."
Jessy menilai betapa dungunya Feriko, tidak mungkin baginya menerima kondisi seperti ini, oleh karenanya keputusannya bulat dan tegas.
Umurnya baru dua puluh tiga tahun, tapi dia sudah berpengalaman di dunia bisnis bersama ayahnya. Sekarang dia sudah menjadi direktur sebuah perusahaan milik Keluarga Ouyang dan dia merupakan seorang pekerja keras.
Mendengar keputusan ini, Fenty terlihat menyimak dengan sungguh-sungguh.
Jika sudah ada yang mulai buka suara maka keluarga besar lainnya juga pasti mengumumkan keputusan mereka.
"Begitu juga dengan Keluarga Shangguan!"
"Keluarga Huangfu juga!"
…
Di saat semua orang mengutarakan pendapat mereka untuk membatalkan pertunangan, dengan lagak dungunya, sebenarnya Feriko memperhatikan semua orang.
Sungguh lancang mereka ini.
Membatalkan pertunangan Tabib Langit secara sepihak!
Sebuah keluarga yang tidak menepati janji darah akan mendapat balasan dari surga dan menjadi orang jahat.
"Keluarga Sima..."
Sendi Sima, kepala Keluarga Sima, terlihat bimbang ketika mengangkat tangannya.
Feriko berharap.
Tepat saat dia berharap anggota Keluarga Sima bersedia menepati janjinya, Sendi ternyata mengangkat tangannya.
"Keluarga Sima juga undur diri! Aku tidak rela orang dungu ini mengacaukan nama baik Keluarga Sima, terlebih lagi mengecewakan hidup putriku!"
Feriko pasrah.
Benar-benar nekad.
Keputusan Sendi barusan sungguh mengacaukan hidup putrinya.
Terutama nama baik Keluarga Sima...
Hahaha.
Dia tidak menyadari sudah membuang kesempatan besar.
Andaikata dia menepati janji pertunangan ini, biarpun Feriko tidak menjatuhkan pilihannya pada putri Keluarga Sima, menurut pesan terakhir gurunya, Feriko akan menolong Keluarga Sima berjaya lagi, sehingga kehormatan mereka sebagai orang terpandang bisa pulih.
Namun, justru disinilah letak permasalahannya.
Gurunya berpesan bahwa itu hanya bisa dilakukan apabila calon istrinya juga setuju untuk menikahi Feriko.
Namun, Feriko juga tidak boleh memaksa seandainya pihak calon istrinya menolak.
"Kamu! Bagaimana kamu bisa melakukan ini!"
Fenty mengepalkan tinjunya karena sangat kesal.
"Jika ayahku tidak mengorbankan nyawanya untuk memperbaiki peruntungan kalian, bagaimana hidup kalian hari ini? Sekarang setelah ayahku tiada, kalian mengacaukan dengan mengingkari kesepakatan yang kalian buat. Kalian sungguh nekad!"
Para kepala keluarga itu pun saling bertukar pandang, lalu memalingkan wajah masing-masing dengan tidak peduli.
Hanya kepala Keluarga Xiahou yang terlihat sungkan, sepertinya dia merasa bersalah karena membatalkan pertunangan.
Melihat Chandra Xiahou hanya diam, Niko dengan usil menggodanya, "Wah, Kakak Chandra tidak berkomentar apapun! Jangan bilang kamu berniat mengkhianati kami di depan papan nisan Tabib Tua? Atau jangan-jangan kamu memang mau menjadikan si dungu itu menantumu sebagai pewaris bisnis keluarga?"
Chandra menarik napas dan menatap Feriko layaknya seorang gelandangan.
"Kak Niko jangan bergurau, siapa juga yang rela menyerahkan putrinya pada gelandangan sepertinya."
"Hanya saja, gadis ini benar, saat itu Tabib Tua sudah menolong kita, sekarang setelah dia tiada, bukankah sangat tidak pantas jika kita membatalkan kesepakatan secara sepihak?"
"Lagipula…"
Chandra berkata sambil mengernyitkan jidatnya, "Apakah kalian tidak ingat, ikrar kalian di depan Tabib Tua? Jika kita melanggar perjanjian darah, kita akan dihukum oleh Surga! Peruntungan kita jadi buruk!"
Setelah mendengar ini, terlihat mereka menjadi serius.
Mereka sudah paham dengan pemikiran Tabib Tua. Sebetulnya kekhawatiran mereka yang terbesar adalah saat datang untuk membatalkan pertunangan hari ini.
Jessy memandang ayahnya, "Ayah, apakah yang dikatakan Paman Chandra benar?"
Hery Ouyang, kepala Keluarga Ouyang, membuang napas.
"Semuanya, percayalah."
"Keluargaku, sudah menyewa seorang penasehat untuk mengagalkan kutukan itu! Aku, Hery membatalkan pertunangan hari ini!"
Ketika dia mengucapkan itu, Hery menarik sebuah amplop kusam dari saku bajunya. Isinya surat pertunangan yang ditandatanganinya di depan Tabib Tua dua puluh tahun yang lalu.
Hery meraih surat pertunangan dan memperlihatkan ke depan papan nisan Tabib Tua.
"Jangan murka, Tabib Tua, aku tidak rela putriku menikah dengan orang dungu ini. Kuharap Tabib Tua memaafkanku. Lagipula, kurasa ini juga yang orang dungu itu inginkan."
Lalu dia membakar dupa dan lilin dan melemparnya ke dalam baskom tembaga.
"Hei. Kamu! Ini bukan yang diharapkan Kakak Senior!"
Fenty sebetulnya sudah bergerak untuk mencegah, namun Feriko tiba-tiba berlari menghampirinya dan secara sembunyi-sembunyi menotok titik akupunktur Fenty.
Setelah Hery menghanguskan surat pertunangan, goresan hitam memancar dari kening Hery dan Jessy, tapi hanya nampak oleh Feriko.
Ini adalah pertanda tidak baik.
Goresan hitam ini tidak setebal yang diharapkan Feriko, sepertinya Keluarga Ouyang sungguh mengundang seorang penasehat, sehingga dia tidak takut mengungkapkannya.
Melihat Hery memusnahkan surat pertunangan, para kepala keluarga kecuali Keluarga Xiahou menjadi yakin.
Keluarga Ouyang mempekerjakan seorang penasehat yang handal untuk menjaga keluarganya, itu sudah mereka ketahui beberapa tahun yang lalu. Hari ini, Hery tanpa takut memusnahkan surat pertunangan di depan papan nisan Tabib Tua, membuktikan bahwa dia memiliki jalan keluar menangani masalah ini, sehingga yang lainpun mengikuti keputusannya.
Sementara itu, dalam penglihatan Feriko, goresan-goresan hitam dengan kepekatan yang tidak sama, mulai terlihat di kening orang-orang itu.
"Kak Chandra, kenapa kamu tidak ikut memusnahkan surat itu? Apakah kamu rela putrimu menikah dengan gelandangan ini?"
Hery bertanya.
Chandra mengernyitkan dahinya, dia terlihat bimbang, tapi akhirnya dia memilih tidak ikut memusnahkan surat pertunangan ke dalam baskom tembaga.
"A, aku butuh waktu untuk mempertimbangkan…"
"Aku belum mengabari Cicil mengenai hal ini. Aku akan merundingkan hal ini dengannya lebih dulu."
Jessy menarik napas dan menggelengkan kepalanya.
"Paman Chandra, Cicil dan aku tumbuh bersama. Aku tahu kebiasaannya, meskipun dia sedikit masa bodoh, aku yakin dia akan menentukan sendiri pilihannya. Selain itu, dia hanya menyukai orang yang pintar, tidak mungkin dia tertarik dengan Feriko!”
Hery terlihat sedikit kesal ketika Chandra hanya diam saja.
Di depan papan nisan Tabib Tua, mereka semua harus kompak dalam mengambil keputusan. Tidak bisa membiarkan hanya mereka berempat yang berkhianat. Sementara Keluarga Xiahou tetap setia. Dia sudah menyewa seorang penasehat yang handal.
"Kak Chandra, kamu harus percaya padaku!"
"Lihat, aku akan membuat orang dungu ini memintamu membatalkan pertunangan hari ini!"
Setelah berkata demikian, dia menarik jimat ajaib dari kantongnya dan menghampiri Feriko.
"Jangan salahkan aku kalau kamu tersinggung, ya. Masalahnya, kamu itu dungu!"
Sambil berujar dengan mantap dia menempelkan jimat di kening Feriko.
"Nah, silakan beritahu kepada semuanya bahwa kamu mau membatalkan pertunangan ini. Cepat! Akan kukabulkan keinginanmu hari ini, entah itu mau membatalkan pertunangan atau menikah!"
"Kuserahkan keputusannya padamu."
Wuush!
Tiba-tiba, muncul sesosok pria tua di hadapan Feriko. Pria tua itu mencengkeram leher Feriko dan mengancam, "Hei, Dungu! Cepat katakan bahwa kamu mau membatalkan pertunangan!"
Feriko balas mencibir dengan dingin.
Sepertinya Keluarga Ouyang sudah membayar mahal untuk hal ini.
Menampilkan keinginan dengan menguasai pikiran seseorang menggunakan jimat, tentunya tidaklah mudah.
Masalahnya, lawan yang dihadapi adalah seorang Tabib Langit!
"Dasar makhluk rendahan! Sana, pergi!"
Feriko berkata dalam hati dan mengibaskan tangannya.
Wuush!
Bayangan pria tua itu pun mendadak menjadi segumpal awan putih dengan raut wajah kaget, lalu menghilang tanpa bekas.
Di bawah tatapan mata semua orang, Feriko mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Jessy.
"Benar, ya? Kalau begitu, aku mau menikahi wanita muda itu malam ini juga!"
Nama gadis itu adalah Jessy Ouyang, dia mewarisi darah biru.
Jessy mempunyai rambut panjang seperti air terjun, pribadi yang berkelas, agak pendiam dengan wajah cantik mempesona.
Hari ini, dia memakai gaun hitam ketat yang memperlihatkan lekukan pinggulnya. Dari kejauhan, dia benar-benar terlihat seperti seorang dewi. Feriko sampai tidak berkedip menatapnya.
Pria tua! Bagus, bagus, ternyata memang calon istriku cantik! Kamu tidak berbohong! Wanita satu ini sangat cantik.
Jessy sudah memperhatikan Feriko sejak dia memasuki pintu.
Melihatnya berjongkok di sudut dengan wajah lusuh, membuatnya mengerutkan keningnya.
Keduanya bertukar pandang, suasana menjadi kikuk untuk sesaat. Tak satu pun dari para tetua kelima keluarga besar itu yang berani untuk memutuskan pertunangan terlebih dahulu.
Jessy membuka percakapan.
"Kamu yang namanya Feriko?"
"Kamu menguasai ilmu Pengobatan Surgawi?"
Feriko tidak menanggapi pertanyaan Jessy, hanya terbahak-bahak lalu bangkit, menatap sekeliling dan berlari keluar pintu.
"Hmm? Dimana istriku yang lain?"
Mendapati hal ini, Jessy menarik napas panjang.
"Hei, dengarkan aku."
"Feriko, aku menemuimu hari ini untuk membatalkan pertunangan denganmu. Aku, Jessy Ouyang, memutuskan menolak menikahimu."
Jessy menilai betapa dungunya Feriko, tidak mungkin baginya menerima kondisi seperti ini, oleh karenanya keputusannya bulat dan tegas.
Umurnya baru dua puluh tiga tahun, tapi dia sudah berpengalaman di dunia bisnis bersama ayahnya. Sekarang dia sudah menjadi direktur sebuah perusahaan milik Keluarga Ouyang dan dia merupakan seorang pekerja keras.
Mendengar keputusan ini, Fenty terlihat menyimak dengan sungguh-sungguh.
Jika sudah ada yang mulai buka suara maka keluarga besar lainnya juga pasti mengumumkan keputusan mereka.
"Begitu juga dengan Keluarga Shangguan!"
"Keluarga Huangfu juga!"
…
Di saat semua orang mengutarakan pendapat mereka untuk membatalkan pertunangan, dengan lagak dungunya, sebenarnya Feriko memperhatikan semua orang.
Sungguh lancang mereka ini.
Membatalkan pertunangan Tabib Langit secara sepihak!
Sebuah keluarga yang tidak menepati janji darah akan mendapat balasan dari surga dan menjadi orang jahat.
"Keluarga Sima..."
Sendi Sima, kepala Keluarga Sima, terlihat bimbang ketika mengangkat tangannya.
Feriko berharap.
Tepat saat dia berharap anggota Keluarga Sima bersedia menepati janjinya, Sendi ternyata mengangkat tangannya.
"Keluarga Sima juga undur diri! Aku tidak rela orang dungu ini mengacaukan nama baik Keluarga Sima, terlebih lagi mengecewakan hidup putriku!"
Feriko pasrah.
Benar-benar nekad.
Keputusan Sendi barusan sungguh mengacaukan hidup putrinya.
Terutama nama baik Keluarga Sima...
Hahaha.
Dia tidak menyadari sudah membuang kesempatan besar.
Andaikata dia menepati janji pertunangan ini, biarpun Feriko tidak menjatuhkan pilihannya pada putri Keluarga Sima, menurut pesan terakhir gurunya, Feriko akan menolong Keluarga Sima berjaya lagi, sehingga kehormatan mereka sebagai orang terpandang bisa pulih.
Namun, justru disinilah letak permasalahannya.
Gurunya berpesan bahwa itu hanya bisa dilakukan apabila calon istrinya juga setuju untuk menikahi Feriko.
Namun, Feriko juga tidak boleh memaksa seandainya pihak calon istrinya menolak.
"Kamu! Bagaimana kamu bisa melakukan ini!"
Fenty mengepalkan tinjunya karena sangat kesal.
"Jika ayahku tidak mengorbankan nyawanya untuk memperbaiki peruntungan kalian, bagaimana hidup kalian hari ini? Sekarang setelah ayahku tiada, kalian mengacaukan dengan mengingkari kesepakatan yang kalian buat. Kalian sungguh nekad!"
Para kepala keluarga itu pun saling bertukar pandang, lalu memalingkan wajah masing-masing dengan tidak peduli.
Hanya kepala Keluarga Xiahou yang terlihat sungkan, sepertinya dia merasa bersalah karena membatalkan pertunangan.
Melihat Chandra Xiahou hanya diam, Niko dengan usil menggodanya, "Wah, Kakak Chandra tidak berkomentar apapun! Jangan bilang kamu berniat mengkhianati kami di depan papan nisan Tabib Tua? Atau jangan-jangan kamu memang mau menjadikan si dungu itu menantumu sebagai pewaris bisnis keluarga?"
Chandra menarik napas dan menatap Feriko layaknya seorang gelandangan.
"Kak Niko jangan bergurau, siapa juga yang rela menyerahkan putrinya pada gelandangan sepertinya."
"Hanya saja, gadis ini benar, saat itu Tabib Tua sudah menolong kita, sekarang setelah dia tiada, bukankah sangat tidak pantas jika kita membatalkan kesepakatan secara sepihak?"
"Lagipula…"
Chandra berkata sambil mengernyitkan jidatnya, "Apakah kalian tidak ingat, ikrar kalian di depan Tabib Tua? Jika kita melanggar perjanjian darah, kita akan dihukum oleh Surga! Peruntungan kita jadi buruk!"
Setelah mendengar ini, terlihat mereka menjadi serius.
Mereka sudah paham dengan pemikiran Tabib Tua. Sebetulnya kekhawatiran mereka yang terbesar adalah saat datang untuk membatalkan pertunangan hari ini.
Jessy memandang ayahnya, "Ayah, apakah yang dikatakan Paman Chandra benar?"
Hery Ouyang, kepala Keluarga Ouyang, membuang napas.
"Semuanya, percayalah."
"Keluargaku, sudah menyewa seorang penasehat untuk mengagalkan kutukan itu! Aku, Hery membatalkan pertunangan hari ini!"
Ketika dia mengucapkan itu, Hery menarik sebuah amplop kusam dari saku bajunya. Isinya surat pertunangan yang ditandatanganinya di depan Tabib Tua dua puluh tahun yang lalu.
Hery meraih surat pertunangan dan memperlihatkan ke depan papan nisan Tabib Tua.
"Jangan murka, Tabib Tua, aku tidak rela putriku menikah dengan orang dungu ini. Kuharap Tabib Tua memaafkanku. Lagipula, kurasa ini juga yang orang dungu itu inginkan."
Lalu dia membakar dupa dan lilin dan melemparnya ke dalam baskom tembaga.
"Hei. Kamu! Ini bukan yang diharapkan Kakak Senior!"
Fenty sebetulnya sudah bergerak untuk mencegah, namun Feriko tiba-tiba berlari menghampirinya dan secara sembunyi-sembunyi menotok titik akupunktur Fenty.
Setelah Hery menghanguskan surat pertunangan, goresan hitam memancar dari kening Hery dan Jessy, tapi hanya nampak oleh Feriko.
Ini adalah pertanda tidak baik.
Goresan hitam ini tidak setebal yang diharapkan Feriko, sepertinya Keluarga Ouyang sungguh mengundang seorang penasehat, sehingga dia tidak takut mengungkapkannya.
Melihat Hery memusnahkan surat pertunangan, para kepala keluarga kecuali Keluarga Xiahou menjadi yakin.
Keluarga Ouyang mempekerjakan seorang penasehat yang handal untuk menjaga keluarganya, itu sudah mereka ketahui beberapa tahun yang lalu. Hari ini, Hery tanpa takut memusnahkan surat pertunangan di depan papan nisan Tabib Tua, membuktikan bahwa dia memiliki jalan keluar menangani masalah ini, sehingga yang lainpun mengikuti keputusannya.
Sementara itu, dalam penglihatan Feriko, goresan-goresan hitam dengan kepekatan yang tidak sama, mulai terlihat di kening orang-orang itu.
"Kak Chandra, kenapa kamu tidak ikut memusnahkan surat itu? Apakah kamu rela putrimu menikah dengan gelandangan ini?"
Hery bertanya.
Chandra mengernyitkan dahinya, dia terlihat bimbang, tapi akhirnya dia memilih tidak ikut memusnahkan surat pertunangan ke dalam baskom tembaga.
"A, aku butuh waktu untuk mempertimbangkan…"
"Aku belum mengabari Cicil mengenai hal ini. Aku akan merundingkan hal ini dengannya lebih dulu."
Jessy menarik napas dan menggelengkan kepalanya.
"Paman Chandra, Cicil dan aku tumbuh bersama. Aku tahu kebiasaannya, meskipun dia sedikit masa bodoh, aku yakin dia akan menentukan sendiri pilihannya. Selain itu, dia hanya menyukai orang yang pintar, tidak mungkin dia tertarik dengan Feriko!”
Hery terlihat sedikit kesal ketika Chandra hanya diam saja.
Di depan papan nisan Tabib Tua, mereka semua harus kompak dalam mengambil keputusan. Tidak bisa membiarkan hanya mereka berempat yang berkhianat. Sementara Keluarga Xiahou tetap setia. Dia sudah menyewa seorang penasehat yang handal.
"Kak Chandra, kamu harus percaya padaku!"
"Lihat, aku akan membuat orang dungu ini memintamu membatalkan pertunangan hari ini!"
Setelah berkata demikian, dia menarik jimat ajaib dari kantongnya dan menghampiri Feriko.
"Jangan salahkan aku kalau kamu tersinggung, ya. Masalahnya, kamu itu dungu!"
Sambil berujar dengan mantap dia menempelkan jimat di kening Feriko.
"Nah, silakan beritahu kepada semuanya bahwa kamu mau membatalkan pertunangan ini. Cepat! Akan kukabulkan keinginanmu hari ini, entah itu mau membatalkan pertunangan atau menikah!"
"Kuserahkan keputusannya padamu."
Wuush!
Tiba-tiba, muncul sesosok pria tua di hadapan Feriko. Pria tua itu mencengkeram leher Feriko dan mengancam, "Hei, Dungu! Cepat katakan bahwa kamu mau membatalkan pertunangan!"
Feriko balas mencibir dengan dingin.
Sepertinya Keluarga Ouyang sudah membayar mahal untuk hal ini.
Menampilkan keinginan dengan menguasai pikiran seseorang menggunakan jimat, tentunya tidaklah mudah.
Masalahnya, lawan yang dihadapi adalah seorang Tabib Langit!
"Dasar makhluk rendahan! Sana, pergi!"
Feriko berkata dalam hati dan mengibaskan tangannya.
Wuush!
Bayangan pria tua itu pun mendadak menjadi segumpal awan putih dengan raut wajah kaget, lalu menghilang tanpa bekas.
Di bawah tatapan mata semua orang, Feriko mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Jessy.
"Benar, ya? Kalau begitu, aku mau menikahi wanita muda itu malam ini juga!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved