chapter 1 Tabib Langit
by Sean Kenneth
12:00,Jan 15,2024
"Wah, enaknya… Huuh… Untunglah! Aku sudah tidak tahan lagi!"
Di tengah jalan menuju Gunung Cagu, berdiri sebuah klinik kecil agak tesembunyi, bangunannya pun sudah mulai lapuk.
Ketika jarum perak dicabut, seorang perempuan cantik menawan dengan rambut pirangnya, berteriak sambil merebahkan diri di atas meja. Dia meletakkan tangannya di atas meja dan mengangkat lehernya, sambil menarik napas panjang. Wajahnya basah oleh peluh
Ekspresi kesakitan di wajahnya seketika lenyap dan dia tampak sangat gembira.
Feriko Li membereskan jarum perak itu, melonggarkan masker yang menutupi wajahnya dan menghapus peluhnya.
"Bagaimana? Sudah merasa baikan?"
Si cantik mengusap peluh di keningnya dengan seulas senyum menggoda di bibirnya.
Lalu dia bangkit dan perlahan melepas kancing baju hangatnya.
"Iya, aku sudah tidak kedinginan lagi, sekarang badanku sudah terasa lebih hangat… Kak Dokter Sakti, apakah aku masih memerlukanmu untuk mengobatiku lebih lanjut?"
Jawab si cantik dengan sorot mata genit sambil mendekap erat lengan Feriko ke dadanya
Andaikata adegan ini ditonton oleh orang yang tidak mereka kenal, besok pagi pasti akan menjadi kabar yang paling menghebohkan di Nirua!
Perempuan cantik berambut pirang ini adalah Alice. Seorang perempuan pembunuh yang tersohor di Barat, orang mengenalnya sebagai Mawar Berdarah Besi!
Konon, dia pernah memporak-porandakan sebuah kota sendirian dengan mengalahkan puluhan ribu orang. Dia sosok yang pernah dianggap sebelah mata oleh beberapa negara sekitarnya.
Sekarang, sosok berdarah dingin yang membantai tanpa berkedip ini terlihat sedang mendekap seorang lelaki muda layaknya nona muda sedang jatuh cinta!
Feriko menelan air liurnya.
Ketika seseorang berumur dua puluhan dan sedang dalam kondisi sangat prima berada dalam pelukan perempuan cantik menawan seperti ini siapa yang tahan?
Feriko berusaha mengendalikan hawa napsunya.
Dia menatap lagi papan nisan yang dipersembahkan untuk gurunya di atas meja sambil mengeraskan rahangnya.
Dalam hatinya dia berkata, "Orang tua, harusnya kamu terus terang padaku. Kelima calon istriku semuanya secantik bunga!"
Tak lama kemudian, seorang gadis muda dengan dua ikatan rambut di kepalanya merangsek masuk dari luar. Sepertinya berumur kira-kira 18 atau 19 tahun.
"Kakak Senior, orang paling kaya di Creade sedang sekarat di luar. Ada juga Ketua Aliansi Pedagang Provinsi Jilera, Panglima Perang Denio si pemimpin tentara bayaran dan menteri kemiliteran Erwata! Mereka semua bersujud, menanti pertolonganmu menyembuhkan mereka!”
Gadis muda itu tergopoh-gopoh dan terlihat amat khawatir saat melapor, namun wajahnya memerah saat matanya menatap adegan itu.
Feriko berdeham, lalu menyorongkan badan Alice dan menjawab gadis itu dengan tegas.
"Minta mereka bersabar. Kalau mereka terus memaksa, aku tidak mau mengobati mereka!"
"Baiklah, aku akan memberitahu mereka."
Dengan menutupi wajahnya, dia segera beranjak pergi.
Setelah gadis itu berlalu, wajah Feriko terlihat marah.
"Kurang ajar…!"
"Dasar kurang ajar! Aku mengobatimu karena aku menghargai pemimpin Huren, tapi kamu malah bersikap keterlaluan! Keperjakaanku itu harta paling langka di dunia, mana mungkin semudah itu kuberikan kepadamu!"
Alice terhenyak kaget mendengarnya sehingga dia segera bersujud di tanah.
"Ya… maafkan aku, Tuan Feriko. Aku, aku, aku… aku agak terpengaruh suasana, tolong ampuni kelancanganku!"
Ketika memberi penjelasan dia sengaja menubrukkan kepalanya ke tanah.
"Baguslah kalau kamu sadar."
Feriko berkata, "Cepat lunasi biaya pengobatan 100 miliarmu itu!"
"Ya, ya, ya, akan kulunasi sekarang juga!"
Alice buru-buru menjawab sambil meraih baju hangatnya dan segera beranjak dari situ dengan sedikit rasa bersalah.
"Hehe, guruku mengajarkan padaku agar tidak mudah tergoda mengumbar napsu seksual. Aku akan menantikan saat yang tepat untuk aku mengunjungimu dan kita bisa mengenal lebih akrab.”
Feriko melanjutkan perkataannya dengan raut muka berseri, seraya memukul pantat Alice.
Alice tercenung sesaat, lalu tersenyum. Dia tidak tersinggung bahkan dengan girang berbalik badan dan menghampiri Feriko untuk memberi ciuman pada mukanya yang tidak tertutup masker.
Dengan rasa puas Feriko membuang napas panjang. Waktunya belum tepat untuk merasakan keberuntungan dan itu semua salahnya!
Sepuluh tahun yang lalu, gurunya memanggil Feriko dan menyerahkan lima surat pertunangan.
Hari itu diceritakan bahwa saat Feriko lahir, dia bertemu dengan Pangeran Neraka yang sedang merencanakan pernikahan hantu untuk mendapatkan menantu laki-laki. Dia tidak akan hidup lebih dari satu tahun. Itulah sebabnya keluarga Feriko mengantarnya ke Gunung Cagu. Gurunya berusaha keras melepaskannya dari cengkeraman Pangeran Neraka.
Syaratnya, dia pantang mengumbar napsu seksual sebelum berusia 25 tahun.
Selain itu, begitu dia melanggar pantangannya itu, dia harus menyalurkan hormonnya secara sukarela kepada orang yang ditunjuk. Jika Feriko menolak melakukannya, dia akan mati dan menjadi kepunyaan Pangeran Neraka.
Kelima surat pertunangan itu ditandatangani oleh lima bangsawan kuno yang diberikan pada hari ulang tahun Feriko yang kelima. Nantinya pada ulang tahun Feriko yang kedua puluh lima, putri mereka akan dipertemukan, sehingga Feriko dapat memilih salah satu dari mereka untuk dinikahi.
Sebagai gantinya, sang guru berusaha menolong untuk memperbaiki peruntungan keluarga mereka.
Dan memang betul, begitu sang guru mengatakan niatnya, kelima keluarga ini terbukti membaik peruntungannya. Mereka menjadi lima keluarga terpandang di Kota Anbu di kaki Gunung Cagu.
Dan besok adalah hari ulang tahun Feriko yang ke-25. Tiba saatnya kelima gadis itu untuk muncul dan berusaha memikat hatinya.
Saat mengingat kembali pesan lelaki tua yang membuatnya menjadi perjaka selama 25 tahun ini, Feriko pun merasa kesal.
Dengan mengenang kegigihan dan keteguhan lelaki tua itu, membuatnya menyunggingkan seulas senyum.
…
"Kamu tidak menipuku, ‘kan? Kelima gadis itu semuanya cantik?"
"Bocah bodoh, mereka bukan hanya secantik bunga, bahkan mereka akan membuatmu mabuk kepayang. Ambil salah satu dari mereka untuk menjadi istrimu dan kamu akan sangat beruntung!"
"Kalau begitu, bukankah lebih baik mereka berlima jadi milikku saja?"
Plak!
Feriko yang saat itu berusia 16 tahun menudungi kepalanya menggunakan tas sebesar mangkuk.
"Dasar tua bangka! Kamu pasti bohong! Lebih baik aku menikahi Fenty!"
"Itu dia! Kalau kamu berani-beraninya menyentuh putriku, aku akan menghajarmu sampai mati! Fenty hanya boleh kamu anggap sebagai temanmu. Kalau ternyata kalian memang saling mencintai, kamu harus menikahinya saat waktunya tiba!"
…
Feriko menatap Fenty yang sedang bekerja di luar dan jadi teringat banyak hal. Fenty adalah anak perempuan tunggal gurunya.
Fenty saat ini berusia 18 atau 19 tahun. Dia anggun semampai dan disayangi banyak orang.
Termasuk Feriko!
Sayangnya, setiap hari Feriko hanya bisa menyaksikan Fenty tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan dari kejauhan dalam diam. Sungguh tidak leluasa!
Akan tetapi!
Semua ini akan berakhir lusa!
Feriko berkacak pinggang, kelegaan tersirat di wajahnya.
Besok dia akan berulang tahun yang ke-25, saatnya memutuskan siapa yang akan menjadi istrinya. Feriko akan secepatnya menikahi wanita pilihannya untuk menyalurkan hasratnya sehingga dia berhak mendapatkan Fenty.
Setelah itu, dia akan menemui Alice untuk mengenal wanita itu secara mendalam!
Memikirkan hal ini, Feriko keluar dari pintu klinik.
Di halaman rumah, ada banyak orang menunggunya.
Banyak orang-orang terkenal dari segala penjuru. Ada panglima perang yang memimpin banyak tentara bahkan anak tidak sah dari raja sebuah negara kecil.
Mereka kebanyakan berasal dari orang-orang yang mampu dan berpengaruh di masyarakat.
Begitu mereka tahu Feriko keluar dari dalam klinik, tersirat kelegaan dan penuh harap di wajah mereka.
"Tabib Langit!"
Mereka semua adalah orang-orang punya kekuasaan, harta dan sangat berpengaruh, hanya di hadapan Feriko, mereka jadi orang yang merendahkan diri dan mau bersujud.
Belum ada seorang pun yang dapat mengenali wajah sebenarnya dari Tabib Langit. Dia tidak pernah melepas maskernya ketika menerima dan mengobati pasiennya. Dia adalah sosok yang tertutup dan berwibawa.
Feriko mengangguk, melambaikan tangannya dan memanggil Fenty.
"Fenty, umumkan pada mereka bahwa hari ini dan besok klinik tutup. Aku akan memilih istri!"
Di tengah jalan menuju Gunung Cagu, berdiri sebuah klinik kecil agak tesembunyi, bangunannya pun sudah mulai lapuk.
Ketika jarum perak dicabut, seorang perempuan cantik menawan dengan rambut pirangnya, berteriak sambil merebahkan diri di atas meja. Dia meletakkan tangannya di atas meja dan mengangkat lehernya, sambil menarik napas panjang. Wajahnya basah oleh peluh
Ekspresi kesakitan di wajahnya seketika lenyap dan dia tampak sangat gembira.
Feriko Li membereskan jarum perak itu, melonggarkan masker yang menutupi wajahnya dan menghapus peluhnya.
"Bagaimana? Sudah merasa baikan?"
Si cantik mengusap peluh di keningnya dengan seulas senyum menggoda di bibirnya.
Lalu dia bangkit dan perlahan melepas kancing baju hangatnya.
"Iya, aku sudah tidak kedinginan lagi, sekarang badanku sudah terasa lebih hangat… Kak Dokter Sakti, apakah aku masih memerlukanmu untuk mengobatiku lebih lanjut?"
Jawab si cantik dengan sorot mata genit sambil mendekap erat lengan Feriko ke dadanya
Andaikata adegan ini ditonton oleh orang yang tidak mereka kenal, besok pagi pasti akan menjadi kabar yang paling menghebohkan di Nirua!
Perempuan cantik berambut pirang ini adalah Alice. Seorang perempuan pembunuh yang tersohor di Barat, orang mengenalnya sebagai Mawar Berdarah Besi!
Konon, dia pernah memporak-porandakan sebuah kota sendirian dengan mengalahkan puluhan ribu orang. Dia sosok yang pernah dianggap sebelah mata oleh beberapa negara sekitarnya.
Sekarang, sosok berdarah dingin yang membantai tanpa berkedip ini terlihat sedang mendekap seorang lelaki muda layaknya nona muda sedang jatuh cinta!
Feriko menelan air liurnya.
Ketika seseorang berumur dua puluhan dan sedang dalam kondisi sangat prima berada dalam pelukan perempuan cantik menawan seperti ini siapa yang tahan?
Feriko berusaha mengendalikan hawa napsunya.
Dia menatap lagi papan nisan yang dipersembahkan untuk gurunya di atas meja sambil mengeraskan rahangnya.
Dalam hatinya dia berkata, "Orang tua, harusnya kamu terus terang padaku. Kelima calon istriku semuanya secantik bunga!"
Tak lama kemudian, seorang gadis muda dengan dua ikatan rambut di kepalanya merangsek masuk dari luar. Sepertinya berumur kira-kira 18 atau 19 tahun.
"Kakak Senior, orang paling kaya di Creade sedang sekarat di luar. Ada juga Ketua Aliansi Pedagang Provinsi Jilera, Panglima Perang Denio si pemimpin tentara bayaran dan menteri kemiliteran Erwata! Mereka semua bersujud, menanti pertolonganmu menyembuhkan mereka!”
Gadis muda itu tergopoh-gopoh dan terlihat amat khawatir saat melapor, namun wajahnya memerah saat matanya menatap adegan itu.
Feriko berdeham, lalu menyorongkan badan Alice dan menjawab gadis itu dengan tegas.
"Minta mereka bersabar. Kalau mereka terus memaksa, aku tidak mau mengobati mereka!"
"Baiklah, aku akan memberitahu mereka."
Dengan menutupi wajahnya, dia segera beranjak pergi.
Setelah gadis itu berlalu, wajah Feriko terlihat marah.
"Kurang ajar…!"
"Dasar kurang ajar! Aku mengobatimu karena aku menghargai pemimpin Huren, tapi kamu malah bersikap keterlaluan! Keperjakaanku itu harta paling langka di dunia, mana mungkin semudah itu kuberikan kepadamu!"
Alice terhenyak kaget mendengarnya sehingga dia segera bersujud di tanah.
"Ya… maafkan aku, Tuan Feriko. Aku, aku, aku… aku agak terpengaruh suasana, tolong ampuni kelancanganku!"
Ketika memberi penjelasan dia sengaja menubrukkan kepalanya ke tanah.
"Baguslah kalau kamu sadar."
Feriko berkata, "Cepat lunasi biaya pengobatan 100 miliarmu itu!"
"Ya, ya, ya, akan kulunasi sekarang juga!"
Alice buru-buru menjawab sambil meraih baju hangatnya dan segera beranjak dari situ dengan sedikit rasa bersalah.
"Hehe, guruku mengajarkan padaku agar tidak mudah tergoda mengumbar napsu seksual. Aku akan menantikan saat yang tepat untuk aku mengunjungimu dan kita bisa mengenal lebih akrab.”
Feriko melanjutkan perkataannya dengan raut muka berseri, seraya memukul pantat Alice.
Alice tercenung sesaat, lalu tersenyum. Dia tidak tersinggung bahkan dengan girang berbalik badan dan menghampiri Feriko untuk memberi ciuman pada mukanya yang tidak tertutup masker.
Dengan rasa puas Feriko membuang napas panjang. Waktunya belum tepat untuk merasakan keberuntungan dan itu semua salahnya!
Sepuluh tahun yang lalu, gurunya memanggil Feriko dan menyerahkan lima surat pertunangan.
Hari itu diceritakan bahwa saat Feriko lahir, dia bertemu dengan Pangeran Neraka yang sedang merencanakan pernikahan hantu untuk mendapatkan menantu laki-laki. Dia tidak akan hidup lebih dari satu tahun. Itulah sebabnya keluarga Feriko mengantarnya ke Gunung Cagu. Gurunya berusaha keras melepaskannya dari cengkeraman Pangeran Neraka.
Syaratnya, dia pantang mengumbar napsu seksual sebelum berusia 25 tahun.
Selain itu, begitu dia melanggar pantangannya itu, dia harus menyalurkan hormonnya secara sukarela kepada orang yang ditunjuk. Jika Feriko menolak melakukannya, dia akan mati dan menjadi kepunyaan Pangeran Neraka.
Kelima surat pertunangan itu ditandatangani oleh lima bangsawan kuno yang diberikan pada hari ulang tahun Feriko yang kelima. Nantinya pada ulang tahun Feriko yang kedua puluh lima, putri mereka akan dipertemukan, sehingga Feriko dapat memilih salah satu dari mereka untuk dinikahi.
Sebagai gantinya, sang guru berusaha menolong untuk memperbaiki peruntungan keluarga mereka.
Dan memang betul, begitu sang guru mengatakan niatnya, kelima keluarga ini terbukti membaik peruntungannya. Mereka menjadi lima keluarga terpandang di Kota Anbu di kaki Gunung Cagu.
Dan besok adalah hari ulang tahun Feriko yang ke-25. Tiba saatnya kelima gadis itu untuk muncul dan berusaha memikat hatinya.
Saat mengingat kembali pesan lelaki tua yang membuatnya menjadi perjaka selama 25 tahun ini, Feriko pun merasa kesal.
Dengan mengenang kegigihan dan keteguhan lelaki tua itu, membuatnya menyunggingkan seulas senyum.
…
"Kamu tidak menipuku, ‘kan? Kelima gadis itu semuanya cantik?"
"Bocah bodoh, mereka bukan hanya secantik bunga, bahkan mereka akan membuatmu mabuk kepayang. Ambil salah satu dari mereka untuk menjadi istrimu dan kamu akan sangat beruntung!"
"Kalau begitu, bukankah lebih baik mereka berlima jadi milikku saja?"
Plak!
Feriko yang saat itu berusia 16 tahun menudungi kepalanya menggunakan tas sebesar mangkuk.
"Dasar tua bangka! Kamu pasti bohong! Lebih baik aku menikahi Fenty!"
"Itu dia! Kalau kamu berani-beraninya menyentuh putriku, aku akan menghajarmu sampai mati! Fenty hanya boleh kamu anggap sebagai temanmu. Kalau ternyata kalian memang saling mencintai, kamu harus menikahinya saat waktunya tiba!"
…
Feriko menatap Fenty yang sedang bekerja di luar dan jadi teringat banyak hal. Fenty adalah anak perempuan tunggal gurunya.
Fenty saat ini berusia 18 atau 19 tahun. Dia anggun semampai dan disayangi banyak orang.
Termasuk Feriko!
Sayangnya, setiap hari Feriko hanya bisa menyaksikan Fenty tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan dari kejauhan dalam diam. Sungguh tidak leluasa!
Akan tetapi!
Semua ini akan berakhir lusa!
Feriko berkacak pinggang, kelegaan tersirat di wajahnya.
Besok dia akan berulang tahun yang ke-25, saatnya memutuskan siapa yang akan menjadi istrinya. Feriko akan secepatnya menikahi wanita pilihannya untuk menyalurkan hasratnya sehingga dia berhak mendapatkan Fenty.
Setelah itu, dia akan menemui Alice untuk mengenal wanita itu secara mendalam!
Memikirkan hal ini, Feriko keluar dari pintu klinik.
Di halaman rumah, ada banyak orang menunggunya.
Banyak orang-orang terkenal dari segala penjuru. Ada panglima perang yang memimpin banyak tentara bahkan anak tidak sah dari raja sebuah negara kecil.
Mereka kebanyakan berasal dari orang-orang yang mampu dan berpengaruh di masyarakat.
Begitu mereka tahu Feriko keluar dari dalam klinik, tersirat kelegaan dan penuh harap di wajah mereka.
"Tabib Langit!"
Mereka semua adalah orang-orang punya kekuasaan, harta dan sangat berpengaruh, hanya di hadapan Feriko, mereka jadi orang yang merendahkan diri dan mau bersujud.
Belum ada seorang pun yang dapat mengenali wajah sebenarnya dari Tabib Langit. Dia tidak pernah melepas maskernya ketika menerima dan mengobati pasiennya. Dia adalah sosok yang tertutup dan berwibawa.
Feriko mengangguk, melambaikan tangannya dan memanggil Fenty.
"Fenty, umumkan pada mereka bahwa hari ini dan besok klinik tutup. Aku akan memilih istri!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved