chapter 5 Nekad Membatalkan Janji Pernikahan

by Sean Kenneth 12:00,Jan 15,2024
"Apa?" Seketika Jessy pucat pasi.

!!!

Keangkuhan Hery pun lenyap.

Tidak mungkin!

Dia jelas...

"Hei, Dungu! Apa maksudmu?"

"Aku bukan sembarangan menunjuk! Paman 'kan memperbolehkanku menikah dengan siapa pun yang aku inginkan!" Setelah mengucapkan kata itu, Feriko menyeringai dan menarik badan Jessy menggunakan tangannya yang belepotan minyak.

"Enyah! Aku tidak sudi jadi istrimu!" Jessy terlihat muak dan gusar.

"Ayah! Bukankah kamu menyewa seorang penasehat untuk menangani masalah ini? Bagaimana dia masih dapat..."

Hery tidak kalah gusar. Sang penasehat menjelaskan selama dia menaati cara yang dia berikan, semuanya pasti terkendali.

Sekonyong-konyong, tiupan angin berdesir dan terdengar suara Pluk! Papan nisan gurunya Feriko pun terhempas.

Hanya Feriko dan Fenty yang tetap tenang, sedang yang lainnya sangat ketakutan sampai gemetar.

Angin ini... bukan angina biasa!

Feriko sadar bahwa lelaki tua itu sedang beraksi menolongnya. Dipungutnya papan nisan itu lalu didekapnya.

"Mereka datang untuk memberi aku seorang istri! Aku sudah memutuskan dengan wanita ini!" Dia tersenyum dan menunjuk Jessy dengan jemarinya yang kotor.

Wajah ayah dan anak perempuan Hery dan Jessy terlihat tak berdaya, keangkuhan yang mereka perlihatkan di depan Feriko runtuh sudah.

Walaupun bisa menghina Feriko orang yang dungu, tapi tidak boleh membuat Tabib Tua marah.

Terjebak dalam situasi ini, Chandra berdeham dua kali untuk mencairkan suasana.

"Waktu Feriko memilih Jessy dan papan nisan Tabib Tua terlempar, itu berarti Tabib Tua tidak setuju dengan pernikahan tersebut. Lagipula surat pertunangan Keluarga Ouyang sudah hangus. Aku pikir pernikahan di keluargamu dibatalkan saja!"

Chandra memang seorang yang piawai yang sudah malang melintang dalam dunia bisnis selama bertahun-tahun. Empat keluarga besar sudah memusnahkan surat pertunangan. Jika dia tidak ikut memusnahkan, dia pasti dimusuhi oleh empat Keluarga itu. Dia pikir sekarang saatnya memakai alasan ini untuk membela Keluarga Ouyang, agar nantinya mereka tetap berhubungan baik dalam berbisnis.

"Tabib Tua sudah menyelamatkan lima keluarga kami. Sekarang dia sudah meninggal, tugas kami untuk merawat murid-muridnya. Jika kelima keluarga kami semua membatalkan pertunangan hari ini, pasti mengecewakan Tabib Tua..."

"Kupikir lebih baik begini… Keluarga Xiahou akan bertugas mengurusnya selama sebulan, memanggil penasehat medis untuk menyembuhkan penyakitnya dan memberi kesempatan Cicil untuk mengenalnya. Jika dalam sebulan tidak ada kemajuan, aku mantap membatalkan pertunangan!"

Tentu saja Tabib Tua tidak dapat menyanggah dan ini mengamankan harga diri kelima keluarga ini. Karenanya semua hanya diam.

Karena mereka merasa sudah menyampaikan maksud dan keputusan, kelima keluarga memutuskan untuk beranjak pulang. Rumah tua yang dari tadi ramai, mendadak jadi sepi.

Terbersit dalam benak Feriko untuk membebaskan titik akupunktur Fenty.

"Ini kelewatan!" Fenty langsung membuka mulut, ketika titik akupunkturnya bebas, "Orang-orang ini begitu datang tidak berbasa-basi langsung membatalkan perjanjian. Tidak saja lupa berterima kasih, mereka juga lancang sudah mengabaikan pengorbanan ayahku. Benar-benar orang yang tak tahu malu!"

Feriko terlihat puas!

Gadis kecil ini selalu sopan dan tenang, tapi hari ini terlihat garang untuk membelanya.

Diusapnya kepala Fenty untuk menenangkan.

"Tidak usah takut, mereka nekad membatalkan perjanjian dengan Tabib Tua, mereka akan menerima akibatnya!"

"Untung masih ada Keluarga Xiahou. Kalau tidak, kamu harus bersandiwara seperti orang tidak waras dan dungu selamanya.”

Fenty tidak tahu harusnya dia menyesal atau gembira, dia hanya ingin gadis Keluarga Xiahou tidak berprasangka buruk.

"Apakah kamu Feriko?"

Mendadak terdengar suara datar. Fenty mendongak dan melihat seorang gadis cantik berdiri di depan pintu. Dia mengenakan pakaian olahraga berwarna pink muda, tapi itu tidak bisa menyembunyikan sosok cantiknya. Rambutnya dikuncir ekor kuda tinggi di belakang kepalanya, wajahnya dipoles bedak tipis, secara menyeluruh sosok ini terlihat energik dan ambisius berbanding terbalik dengan suasana rumah tua ini.

Intuisi Fenty sebagai seorang perempuan mengatakan bahwa wanita ini punya niat tidak baik.

Dia mengernyitkan jidatnya,"Siapa kamu?"

"Namaku Cicil Xiahou," jawab wanita itu sambil menerobos masuk tanpa dipersilakan, diiringi oleh tiga atau empat pria berbadan tegap.

Hati Fenty bergejolak.

Cicil Xiahou... Dia tidak salah dengar, 'kan?

"Kamu mau apa dari Kakak Senior?"

Cicil tidak mempedulikannya, diamatinya Feriko dari ujung kaki sampai kepala, sorot matanya memancarkan rasa muak.

Dua puluh menit yang lalu, dia baru saja selesai dari gym saat ayahnya menghubungi lewat telepon. Ayahnya memberitahunya bahwa dari kecil dia sudah dijodohkan dengan seorang ahli pengobatan. Bukan hanya dia seorang, tapi juga putri dari lima orang Keluarga besar.

Yang membuatnya merasa putus asa adalah karena empat keluarga lainnya membatalkan pertunangan dengan orang dungu ini.

Sementara latar belakang ayahnya bimbang untuk ikut membatalkan pertunangan adalah karena ngeri dengan kutukan dari langit, cemas nasib buruk menimpa keluarga.

Alasan aneh.

Dia tidak yakin! Bisakah seorang lelaki tua yang sudah tiada mampu mempengaruhi peruntungan Keluarga Xiahou?

Andai keempat keluarga membatalkan pertunangan, akankah hanya merugikan mereka sendiri?

Sifat Cicil agak gegabah dan sedikit bicara walaupun dia orang yag aktif. Dia langsung menghampiri ayahnya untuk mendapatkan perjanjian pertunangan dan menjumpai Feriko.

Tetapi ketika berjumpa Feriko, dia tercenung.

Dengan memakai baju sederhana, dia terlihat menyimpan rahasia besar. Sorot matanya terlihat tajam amat berkharisma. Dia tidak memandangnya sebagai orang dungu.

Detik berikutnya, mata Feriko tiba-tiba meredup, dia tersenyum pada Cicil.

Alis Cicil sedikit terangkat ke atas.

Baiklah! Mungkinkah ini perasaannya saja?

"Terus terang! Aku datang untuk membatalkan pertunangan denganmu." Dia mengambil surat pertunangan yang sudah usang, sama dengan yang dimiliki oleh empat keluarga lainnya.

"Ayahku menduga kamu dungu dan sakit... Dia ingin merawat dan mengobati kamu. Seperti yang kamu lihat dunia kita tidak sama, oleh karena itu tidak mungkin kita menikah."

"Memang, Tabib Tua telah menolong kami, tapi keluarga kami bisa seperti sekarang ini juga karena kerja keras kami, tidak ada hubungannya dengan Tabib Tua. Aku akan tetap bertanggung jawab untuk biaya pengobatan. Selain itu..."

Dia mengerlingkan mata pada pengawal yang mengikutinya dan seseorang memberikan kartu bank.

"Di sini ada lima juta. Cukup untuk membeli rumah kecil dan menjalani hidup sederhana. Mulai sekarang, jadilah diri sendiri, berhentilah berkhayal."

Cicil berjuang tetap tenang, tidak tahu apakah orang dungu ini mengerti maksudnya.

Dia memusnahkan surat perjanjian pertunangan. Tak lama kemudian, goresan hitam nampak di jidatnya.

Itu adalah simbol nasib buruk.

Feriko memperhatikan goresan hitam itu. Dalam hatinya dia mengejek.

Apakah hanya kerja kerasmu tanpa pertolongan Tabib Tua?

Sepetinya tidak ada satu pun dari mereka yang sadar betapa besar pengorbanan yang dilakukan Tabib Tua untuk memperbaiki peruntungan keluarga mereka.

Dalam satu hari, dia ditolak oleh lima calon istri, dia mungkin selamanya harus berlagak dungu dan tidak waras. Sungguh menyedihkan.

Ada satu kenyataan yang dia ucapkan.

Mereka memang hidup di dua alam berbeda.

Karena Feriko lahir dia di dunia di mana tidak ada seorang pun yang mau menghargainya.

Feriko mendadak jadi serius. Membungkukkan badannya dan menarik pergelangan tangan Cicil.

Mulanya dia beniat mengusili dan memberi pelajaran pada wanita muda ini, tapi sensasi pergelangan tangan ini...

Halus, lembut, empuk dan sedikit dingin...

Mendadak adegan Fenty telanjang tadi malam melintas di benaknya

Dia berubah pikiran.

"Apa yang kamu lakukan?" Cicil terhenyak kaget, "Lepaskan aku!"

"Denyut nadi yang tidak seirama, garis dahi yang berwarna hitam. Apakah kamu kesulitan tidur, bermimpi dan selalu berkeringat?”

Raut wajah Cicil berubah.

Bagaimana Feriko bisa tahu?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

381