chapter 14 Dia Tersenyum pada Pria Lain
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Orang yang berada di ujung telepon tampak agak terkejut, "Kamu meneleponku. Apa matahari terbit dari barat? Ada masalah apa mencariku?"
"Senior, seingatku kamu seorang pengacara, 'kan?" tanya Siska dengan sedikit ragu.
Candra Lu tersenyum dan menjawab, "Ya, kenapa? Apa kamu mengalami perselisihan yang butuh bantuanku?"
"Hm, aku mau bertanya sesuatu padamu, kapan kamu ada waktu luang? Aku mau bertemu dan mengobrol denganmu."
"Gimana kalau malam ini? Kebetulan aku ada waktu luang malam ini."
Siska berpikir sejenak dan mengangguk setuju, "Hm, oke, aku akan mengirimkan alamatnya nanti."
"Oke, sampai jumpa."
Siska menutup telepon, berjalan ke wastafel dan mencuci mukanya. Dia tiba-tiba merasa jijik ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
Siska membenci dirinya sendiri yang buta dan tertipu oleh kebaikan kecil bajingan itu.
Siska mengeluarkan 400 juta tanpa ragu-ragu, tetapi Yuda malah terus-menerus mempermalukannya karena masalah 400 juta itu.
Saat jam pulang kerja segera tiba, Siska mengirim pesan WhatsApp pada Chris: Malam ini aku ada sedikit urusan dan nggak sempat pulang untuk memasak. Kamu dan Kakek Qin cari makan sendiri, ya.
Siska sudah mengirim pesan itu, tetapi Chris tidak membalas pesannya. Siska tidak menghiraukannya lagi, mulai merapikan barang-barangnya dan pergi dari perusahaan.
Di sisi lain, Chris baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengeluarkan ponselnya dan langsung melihat pesan dari Siska.
Malam ini ada urusan?
Chris hanya melirik pesan itu dengan santai, meraih mantelnya dan berjalan keluar.
Siska mengiriminya pesan pada jam lima sore dan sekarang sudah jam tujuh lewat. Chris menyetir mobil pulang dan akan sampai di rumah sekitar jam delapan atau sembilan, jadi dia merasa tidak perlu membalasnya.
Saat Chris menyetir dan melewati lampu lalu lintas di sebuah jalan komersial, dia tidak sengaja menoleh dan melihat Siska yang sedang duduk di kafe di seberang jalan.
Siska bersama seorang pria.
Mereka berdua duduk berhadapan, tidak tahu sedang membicarakan apa. Saat Siska menatap pria itu, dia tersenyum pada pria itu?
Apa ini urusan yang Siska maksud?
Chris tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya ketika melihat pemandangan ini, hanya saja dirinya merasakan sedikit perasaan kesal yang tidak bisa dijelaskan. Mau mereka punya perasaan terhadap satu sama lain atau tidak, tetap saja mereka itu sudah mendaftarkan pernikahan mereka dan Siska adalah istri sahnya.
Sebelumnya Siska terlibat masalah dengan mantan pacarnya, sekarang Siska pergi ke kafe bersama pria lain di malam hari. Apa menurut Siska suaminya hanyalah sebuah pajangan?
Chris masih sibuk mengawasi mereka berdua, tetapi sudah terdengar suara klakson dari belakang. Dia segera mengalihkan pandangannya dan menginjak pedal gas dengan ekspresi muram.
Di kafe, Siska menyerahkan semua data informasi yang sudah dia kumpulkan kepada Candra Lu yang duduk di seberangnya.
"Terima kasih banyak, Senior."
Candra Lu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Sama-sama. Walaupun kita nggak saling mengenal, aku akan tetap membantumu kalau kamu datang mencariku."
Candra Lu yang mengenakan setelan jas dan tersenyum hangat terlihat sangat berbudaya dan terpelajar.
Siska dan Candra Lu sebenarnya tidak terlalu dekat. Saat masih kuliah, teman sekamar Siska mengajaknya ke sebuah acara. Kebetulan pacar teman sekamarnya berasal dari Universitas Ilmu Politik dan Hukum sebelah dan Candra Lu adalah teman sekamarnya.
Hanya saja pada saat itu, Siska kurang pandai berdandan dan tidak punya uang untuk berdandan. Dia hanya mengenakan barang-barang murah yang dia beli dari pinggir jalan. Keempat teman sekamar yang pergi ke sana semuanya menemukan pasangan masing-masing.
Hanya Siska dan Candra Lu saja yang tersisa dan semua orang menyuruh mereka untuk bersama. Untuk mengurangi rasa malu, keduanya menambahkan WhatsApp dan nomor telepon satu sama lain. Mereka tidak pernah banyak mengobrol, hanya sesekali saling menyukai postingan satu sama lain.
Mereka hanya kali itu dan bertemu lagi ketika Candra Lu dan yang lainnya lulus kuliah. Setelah itu, Candra Lu terjun ke pekerjaan sosial dan interaksi mereka makin berkurang.
Setelah tersadar kembali, Siska juga tersenyum dan berkata, "Aku tetap harus berterima kasih."
"Bukti-bukti yang kamu simpan sangatlah lengkap. Nggak perlu khawatir, kalau kita sampai ke pengadilan, kamu tetap akan menang."
Saat mengatakan itu, Candra Lu melihat data di tangannya lagi, "Tidak kusangka kamu akan mempersiapkannya selengkap ini. Kamu bahkan menyimpan bon membeli hadiah."
Siska menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya dan tersenyum malu, "Terima kasih, Senior. Bukannya kamu sering berbagi beberapa kasus dan pengetahuan hukum di postinganmu? Aku selalu melihatnya dan itu sangat bermanfaat bagiku."
Candra Lu terkejut, lalu tertawa, "Kupikir kamu hanya menyukai postinganku saja, ternyata kamu benar-benar membacanya."
"Tentu saja, siapa tahu aku membutuhkannya suatu saat nanti. Ternyata itu benar-benar berguna."
Senyuman di wajah Candra Lu semakin cerah, dia menyimpan data-data itu dan berkata, "Ya, sepertinya tidak sia-sia aku membagikan postingan itu. Sudah larut, aku akan mengantarmu pulang."
"Terima kasih, Senior."
"Kamu terlalu sungkan." Candra Lu tersenyum tak berdaya.
Candra Lu menyetir dan mengantar Siska pulang. Karena perjalanannya cukup jauh, suasana di mobil cukup canggung. Candra Lu akan mencari beberapa topik pembicaraan dan keduanya mereka menjadi akrab ketika mereka mengobrol.
"Oh iya, kamu tahu nggak Cecilia Feng akan menikah bulan depan?"
Cecilia Feng adalah ketua kamar asrama Siska di universitas. Dia jugalah orang yang memperkenalkan Siska pada Candra Lu. Saat masih kuliah, Cecilia Feng sangat baik kepada Siska dan yang lainnya. Dia juga merawat Siska dengan baik.
"Aku nggak tahu. Kita jarang berhubungan sejak lulus. Sama yang sebelumnya ..." Siska tidak ingat nama pacarnya untuk beberapa saat.
"Nggak, mereka sudah putus setengah tahun, ini adalah pria lain."
Siska sedikit terkejut, "Senior bahkan tahu masalah seperti ini?"
"Jangan panggil aku Senior, terdengar canggung sekali, panggil nama saja. Aku tahu dari Marco Huang. Tahun lalu Marco gagal ujian lagi, sudahlah … jangan membahas masalah ini lagi."
Meskipun Candra Lu belum menyelesaian ucapannya, Siska sudah bisa menebak apa yang kira-kira terjadi. Jadi, dia tersenyum dan berhenti membahas topik ini.
"Bagaimana denganmu? Kapan kamu akan menikah?"
"Aku?" Candra Lu melihat lampu hijau di hadapannya dan tersenyum, "Aku bahkan belum punya pacar, mau menikah sama siapa?"
"Nggak mungkin? Mana mungkin pria sehebatmu masih belum punya pacar?"
"Aku terlalu sibuk bekerja, nggak punya waktu untuk mencarinya."
"Oh …"
Sembari berbicara, tak lama kemudian Candra Lu pun mengantar Siska sampai di depan kompleks tempat tinggalnya.
Setelah Siska keluar dari mobil, dia melambaikan tangannya dan berterima kasih, "Terima kasih, Senior, sudah mengantarku pulang. Setelah masalahnya selesai aku akan mentraktirmu makan malam."
Candra Lu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan berkata, "Oke, kalau gitu aku akan mengingat janji makan malam ini."
Siska tidak bisa menahan tawanya.
Chris yang berada di atas kebetulan melihat interaksi antara keduanya dari jendela. Chris hanya mencibir dan berbalik kembali ke sofa.
Begitu Siska masuk ke rumah, dia melihat Chris yang sedang duduk di sofa dengan tangan terlipat sambil menatapnya dengan ekspresi datar.
Siska merasa ada yang salah dengan suasananya, dia seperti tertangkap basah oleh neneknya ketika dia pulang terlambat waktu masih kecil.
Namun, jelas ada yang aneh dengan aura yang Chris pancarkan.
"Kamu belum tidur?" Siska menyapanya dengan canggung.
"Masih belum malam, nggak bisa tidur."
Siska tanpa sadar melirik jam di dinding, "Sudah hampir jam sebelas, masih belum malam?"
Setelah mengatakan ini, Siska merasa ada yang salah. Dirinya baru kembali pada jam sebelas, yang memang agak terlambat.
Jadi,apa Chris sedang menyindirnya ketika bilang waktu masih belum malam?
"Senior, seingatku kamu seorang pengacara, 'kan?" tanya Siska dengan sedikit ragu.
Candra Lu tersenyum dan menjawab, "Ya, kenapa? Apa kamu mengalami perselisihan yang butuh bantuanku?"
"Hm, aku mau bertanya sesuatu padamu, kapan kamu ada waktu luang? Aku mau bertemu dan mengobrol denganmu."
"Gimana kalau malam ini? Kebetulan aku ada waktu luang malam ini."
Siska berpikir sejenak dan mengangguk setuju, "Hm, oke, aku akan mengirimkan alamatnya nanti."
"Oke, sampai jumpa."
Siska menutup telepon, berjalan ke wastafel dan mencuci mukanya. Dia tiba-tiba merasa jijik ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
Siska membenci dirinya sendiri yang buta dan tertipu oleh kebaikan kecil bajingan itu.
Siska mengeluarkan 400 juta tanpa ragu-ragu, tetapi Yuda malah terus-menerus mempermalukannya karena masalah 400 juta itu.
Saat jam pulang kerja segera tiba, Siska mengirim pesan WhatsApp pada Chris: Malam ini aku ada sedikit urusan dan nggak sempat pulang untuk memasak. Kamu dan Kakek Qin cari makan sendiri, ya.
Siska sudah mengirim pesan itu, tetapi Chris tidak membalas pesannya. Siska tidak menghiraukannya lagi, mulai merapikan barang-barangnya dan pergi dari perusahaan.
Di sisi lain, Chris baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengeluarkan ponselnya dan langsung melihat pesan dari Siska.
Malam ini ada urusan?
Chris hanya melirik pesan itu dengan santai, meraih mantelnya dan berjalan keluar.
Siska mengiriminya pesan pada jam lima sore dan sekarang sudah jam tujuh lewat. Chris menyetir mobil pulang dan akan sampai di rumah sekitar jam delapan atau sembilan, jadi dia merasa tidak perlu membalasnya.
Saat Chris menyetir dan melewati lampu lalu lintas di sebuah jalan komersial, dia tidak sengaja menoleh dan melihat Siska yang sedang duduk di kafe di seberang jalan.
Siska bersama seorang pria.
Mereka berdua duduk berhadapan, tidak tahu sedang membicarakan apa. Saat Siska menatap pria itu, dia tersenyum pada pria itu?
Apa ini urusan yang Siska maksud?
Chris tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya ketika melihat pemandangan ini, hanya saja dirinya merasakan sedikit perasaan kesal yang tidak bisa dijelaskan. Mau mereka punya perasaan terhadap satu sama lain atau tidak, tetap saja mereka itu sudah mendaftarkan pernikahan mereka dan Siska adalah istri sahnya.
Sebelumnya Siska terlibat masalah dengan mantan pacarnya, sekarang Siska pergi ke kafe bersama pria lain di malam hari. Apa menurut Siska suaminya hanyalah sebuah pajangan?
Chris masih sibuk mengawasi mereka berdua, tetapi sudah terdengar suara klakson dari belakang. Dia segera mengalihkan pandangannya dan menginjak pedal gas dengan ekspresi muram.
Di kafe, Siska menyerahkan semua data informasi yang sudah dia kumpulkan kepada Candra Lu yang duduk di seberangnya.
"Terima kasih banyak, Senior."
Candra Lu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Sama-sama. Walaupun kita nggak saling mengenal, aku akan tetap membantumu kalau kamu datang mencariku."
Candra Lu yang mengenakan setelan jas dan tersenyum hangat terlihat sangat berbudaya dan terpelajar.
Siska dan Candra Lu sebenarnya tidak terlalu dekat. Saat masih kuliah, teman sekamar Siska mengajaknya ke sebuah acara. Kebetulan pacar teman sekamarnya berasal dari Universitas Ilmu Politik dan Hukum sebelah dan Candra Lu adalah teman sekamarnya.
Hanya saja pada saat itu, Siska kurang pandai berdandan dan tidak punya uang untuk berdandan. Dia hanya mengenakan barang-barang murah yang dia beli dari pinggir jalan. Keempat teman sekamar yang pergi ke sana semuanya menemukan pasangan masing-masing.
Hanya Siska dan Candra Lu saja yang tersisa dan semua orang menyuruh mereka untuk bersama. Untuk mengurangi rasa malu, keduanya menambahkan WhatsApp dan nomor telepon satu sama lain. Mereka tidak pernah banyak mengobrol, hanya sesekali saling menyukai postingan satu sama lain.
Mereka hanya kali itu dan bertemu lagi ketika Candra Lu dan yang lainnya lulus kuliah. Setelah itu, Candra Lu terjun ke pekerjaan sosial dan interaksi mereka makin berkurang.
Setelah tersadar kembali, Siska juga tersenyum dan berkata, "Aku tetap harus berterima kasih."
"Bukti-bukti yang kamu simpan sangatlah lengkap. Nggak perlu khawatir, kalau kita sampai ke pengadilan, kamu tetap akan menang."
Saat mengatakan itu, Candra Lu melihat data di tangannya lagi, "Tidak kusangka kamu akan mempersiapkannya selengkap ini. Kamu bahkan menyimpan bon membeli hadiah."
Siska menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya dan tersenyum malu, "Terima kasih, Senior. Bukannya kamu sering berbagi beberapa kasus dan pengetahuan hukum di postinganmu? Aku selalu melihatnya dan itu sangat bermanfaat bagiku."
Candra Lu terkejut, lalu tertawa, "Kupikir kamu hanya menyukai postinganku saja, ternyata kamu benar-benar membacanya."
"Tentu saja, siapa tahu aku membutuhkannya suatu saat nanti. Ternyata itu benar-benar berguna."
Senyuman di wajah Candra Lu semakin cerah, dia menyimpan data-data itu dan berkata, "Ya, sepertinya tidak sia-sia aku membagikan postingan itu. Sudah larut, aku akan mengantarmu pulang."
"Terima kasih, Senior."
"Kamu terlalu sungkan." Candra Lu tersenyum tak berdaya.
Candra Lu menyetir dan mengantar Siska pulang. Karena perjalanannya cukup jauh, suasana di mobil cukup canggung. Candra Lu akan mencari beberapa topik pembicaraan dan keduanya mereka menjadi akrab ketika mereka mengobrol.
"Oh iya, kamu tahu nggak Cecilia Feng akan menikah bulan depan?"
Cecilia Feng adalah ketua kamar asrama Siska di universitas. Dia jugalah orang yang memperkenalkan Siska pada Candra Lu. Saat masih kuliah, Cecilia Feng sangat baik kepada Siska dan yang lainnya. Dia juga merawat Siska dengan baik.
"Aku nggak tahu. Kita jarang berhubungan sejak lulus. Sama yang sebelumnya ..." Siska tidak ingat nama pacarnya untuk beberapa saat.
"Nggak, mereka sudah putus setengah tahun, ini adalah pria lain."
Siska sedikit terkejut, "Senior bahkan tahu masalah seperti ini?"
"Jangan panggil aku Senior, terdengar canggung sekali, panggil nama saja. Aku tahu dari Marco Huang. Tahun lalu Marco gagal ujian lagi, sudahlah … jangan membahas masalah ini lagi."
Meskipun Candra Lu belum menyelesaian ucapannya, Siska sudah bisa menebak apa yang kira-kira terjadi. Jadi, dia tersenyum dan berhenti membahas topik ini.
"Bagaimana denganmu? Kapan kamu akan menikah?"
"Aku?" Candra Lu melihat lampu hijau di hadapannya dan tersenyum, "Aku bahkan belum punya pacar, mau menikah sama siapa?"
"Nggak mungkin? Mana mungkin pria sehebatmu masih belum punya pacar?"
"Aku terlalu sibuk bekerja, nggak punya waktu untuk mencarinya."
"Oh …"
Sembari berbicara, tak lama kemudian Candra Lu pun mengantar Siska sampai di depan kompleks tempat tinggalnya.
Setelah Siska keluar dari mobil, dia melambaikan tangannya dan berterima kasih, "Terima kasih, Senior, sudah mengantarku pulang. Setelah masalahnya selesai aku akan mentraktirmu makan malam."
Candra Lu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan berkata, "Oke, kalau gitu aku akan mengingat janji makan malam ini."
Siska tidak bisa menahan tawanya.
Chris yang berada di atas kebetulan melihat interaksi antara keduanya dari jendela. Chris hanya mencibir dan berbalik kembali ke sofa.
Begitu Siska masuk ke rumah, dia melihat Chris yang sedang duduk di sofa dengan tangan terlipat sambil menatapnya dengan ekspresi datar.
Siska merasa ada yang salah dengan suasananya, dia seperti tertangkap basah oleh neneknya ketika dia pulang terlambat waktu masih kecil.
Namun, jelas ada yang aneh dengan aura yang Chris pancarkan.
"Kamu belum tidur?" Siska menyapanya dengan canggung.
"Masih belum malam, nggak bisa tidur."
Siska tanpa sadar melirik jam di dinding, "Sudah hampir jam sebelas, masih belum malam?"
Setelah mengatakan ini, Siska merasa ada yang salah. Dirinya baru kembali pada jam sebelas, yang memang agak terlambat.
Jadi,apa Chris sedang menyindirnya ketika bilang waktu masih belum malam?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved