chapter 8 Cepat atau Lambat Kamu Akan Menyesal
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Yuda tidak termasuk pendek, tingginya 1,78 meter bahkan mencapai 1,8 meter ketika memakai sepatu. Tetapi, pria di hadapannya ternyata lebih tinggi darinya.
Dari penampilan mau pun tubuhnya, Chris unggul jauh dibanding Yuda.
"Dia orangnya?"
"Iya, dia orangnya, aku benaran sudah menikah, jangan ganggu aku lagi."
"Aku nggak percaya. Kamu pasti mencari aktor untuk membohongiku!" Sekali lihat saja Yuda menyadari kalau aura pria ini tidak biasa. Mana mungkin dia suka dengan Siska?
Chris tidak tertarik menonton drama mereka di sini. Jadi, dia pun berbalik dan berniat untuk pergi pergi ke warung, tetapi Yuda tiba-tiba menghentikannya.
"Tunggu, jangan ke mana-mana dulu!"
Chris berhenti dan menatap Yuda dengan tenang, tampak sedikit tidak sabar menghadapinya.
Yuda memandang Chris dari atas sampai bawah dan bertanya, "Kalian benaran sudah menikah?"
"Kalau iya kenapa? Kalau nggak kenapa?" Chris balik bertanya.
Perlakuan Chris membuat Yuda sangat kesaal. Yuda menunjuk padanya dan berkata kepada Siska, "Kamu mencari pria kayak ini? Kamu nggak sadar kalau dia nggak suka sama kamu?"
"Memangnya kamu pernah menyukaiku?" Siska menatap Yuda dengan tatapan dingin, "Yuda, aku nggak mau melihatmu lagi, berapa kali aku harus memberi tahu kamu?"
"Siska, aku takut kamu ditipu. Memangnya kamu tahu dia itu orang yang gimana?"
"Aku sendiri bisa melihat dia adalah orang seperti apa, kamu nggak perlu memikirkannya!"
"Siska ..."
Siska menyela, "Cukup, aku sudah hampir terlambat, kita selesaikan sampai di sini."
Setelah mengatakan itu, Siska tidak menghiraukan Yuda lagi dan berjalan pergi.
Yuda menatap Siska dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah mengira Siska akan begitu kejam dan tidak memedulikan hubungan mereka dua tahun terakhir ini. Yuda menggemeretakkan jari-jarinya karena marah.
Yuda menoleh ke Chris, "Sobat, kamu tahu nggak Siska itu orang kayak apa?"
"Oh? Memangnya dia orang kayak apa?" Chris baru saja mau pergi, tetapi dia kembali menatap Yuda ketika mendengar ucapan Yuda.
Yuda berkata dengan penuh emosi, "Kita sudah pacaran dua tahun dan sedang membahas masalah pernikahan beberapa hari terakhir. Tapi, dia memcari masalah karena mau menulisakan namanya di sertifikat rumah. Orang tuaku sudah bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikanku rumah, tapi dia malah mau namanya juga ditulis di sana. Dia juga meminta mahar sebanyak 560 juta. Dia minta putus setelah tahu kita nggak bisa memberikannya."
"Kamu berani nikah sama wanita kayak itu? Berapa banyak mahar yang kamu kasih?"
Chris menyipitkan matanya dan memandang Yuda.
Sesaat kemudian, Chris pun berkata, "Aku nggak tahu dia orang kayak gi mana, tapi kamu diam-diam mengatakan hal buruk seseorang, berarti kamu bukanlah orang yang baik."
Chris berbalik dan pergi begitu menyelesaikan ucapannya.
Yuda terdiam dengan pikirannya yang berantakan di sana. Dia berteriak dengan penuh emosi ke arah punggung Chris, "Cepat atau lambat kamu pasti menyesal menikah dengannya!"
Chris tidak menghiraukannya dan meninggalkan Yuda begitu saja.
Yuda mengertakkan giginya dengan emosi. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang Siska sukai pria itu. Pria itu hanya terlihat tampan dan tidak bisa melakukan apa-apa!
Kalau bukan karena 400 jutanya, Yuda juga tidak akan mencari Siska untuk mendapatkan penghinaan seperti ini. Dia juga takut Siska benar-benar menuntutnya.
Jarak tempat tinggal Siska jauh dari perusahaan, jadi dia harus naik bus selama satu jam lebih.
Setelah sampai di perusahaan, dia merasa ada yang aneh dengan suasana di sana. Selain petugas kebersihan, karyawan lain juga ikut sibuk membersihkan kantor, bahkan sampai ke langit-langit dan lampu di perusahaan.
"Kalian sedang apa?" tanya Siska pada salah satu rekan kerjanya.
Pria itu menatap Siska dan berkata, "Kamu nggak baca pesan di grup, ya?"
"Hah?"
Siska baru ingat dirinya cuti kemarin sore, dia juga tidak mengecek ponselnya semalam.
Siska segera mengeluarkan ponselnya dan membuka grup obrolan kantor. Ternyata atasan mereka mengumumkan sesuatu di sana. Pesan itu mengatakan akan ada klien yang sangat penting hari ini. Atasannya menyuruh seluruh karyawan datang lebih cepat dan membersihkan perusahaan, terutama meja kerja mereka.
"Klien seperti apa itu sampai harus kayak begini?" Siska mendecak lidahnya, tetapi tetap menggerakkan tangannya membereskan meja kerjanya.
"Aku juga nggak tahu. Setahuku tahun ini ada perusahaan luar yang memperluas bisnisnya di dalam negeri. Kayaknya kita bakal bekerja sama dengan mereka."
Siska bekerja di sebuah perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras. Perusahaannya cukup besar dan termasuk salah satu perusahaan terkenal di industri ini di dalam negeri. Tetapi, melihat perusahaan yang menganggap kerja sama ini sangat penting, sepertinya perusahaan ini punya latar belakang yang hebat.
Rekan kerja lainnya mendekati mereka dan berkata, "Dengar-dengar perusahaan asing itu sebenarnya mau mengakuisisi perusahaan kita. Aku nggak tahu apa yang mereka bicarakan. Kali ini, harusnya mereka membahas tentang saham …"
Orang yang sedang berbicara adalah Tina Zhang, dia adalah rekan kerja Siska di departemen administrasi. Departemen administrasi dan departemen SDM berada di lantai yang saja. Total orang di kantor mereka adalah tujuh orang termasuk Siska.
Tina Zhang dekat dengan manajer dari departemen SDM, dia pasti mendengar kabar ini darinya.
Rekan kerja lainnya tertawa dan berkata, "Memangnya ada hubungannya dengan kita? Mau diakuisisi atau punya saham di sini, apa itu akan berpengaruh sama gajiku yang hanya enam juta?"
Tina Zhang berkata, "Tentu saja sangat berpengaruh pada kita. Kalau perusahaan kita jadi diakuisisi, kita mungkin saja dipecat, tapi kalau cuman membeli saham, gaji kita mungkin bakal naik."
Mendengar kabar kenaikan gaji, membuat hati Siska agak tergerak, dia sangat berharap gajinya bisa naik.
Siska berencana membeli rumah pamannya, kalau gajinya benar-benar naik, tekanannya untuk membayar pinjaman pasti menurun.
Siska menghela napas dengan cemas mengingat masalah rumah yang tak kunjung selesai.
Siska takut pamannya tidak menyetujuinya. Kalau pamannya sudah setuju, tapi Chris tahu Siska meminjam uang, dia pasti mengira Siska berselingkuh di luar sana.
Jadi, pilihan yang tersisa adalah menghasilkan lebih banyak uang dan meminjam uang sesedikit mungkin.
Siska membersihkan mejanya dengan santai. Sebenarnya, tidak ada yang perlu dibersihkan. Semua orang selalu membereskan meja merea setiap hari.
Seusai membersihkannya, Siska pergi ke kamar mandi. Saat dia sedang mencuci tangannya, pamannya menelepon.
Siska segera mengangkatnya, "Halo, Paman."
"Siska, kemarin waktu kamu meneleponku, aku lagi sibuk, jadi tidak kuangkat. Ada masalah apa mencariku?"
Siska berkata, "Ya, aku mau mendiskusikan masalah rumah dengan Paman."
Di ujung telepon, Harry Wang terdiam untuk beberapa saat, "Siska, aku sudah setuju menjual rumah ini ke orang lain. Kita akan menyelesaikan proses pemindahan namanya ketika Paman kembali nanti. Paman benar-benar nggak bisa apa-apa lagi."
"Paman, maksudku bukan begitu. Maksudku, apa Paman bisa menjual rumah ini padaku?"
"Hah? Menjualnya padamu? Kamu dapat uang dari mana? Jangan sampai melakukan hal-hal ilegal."
"Paman nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini. Lagiaan, dari pada dijual ke orang lain, lebih baik menjualnya padaku. Aku pasti akan membayarnya."
Harry Wang menghela napas dan menasihati Siska, "Siska, cepat atau lambat kamu juga akan menikah, jadi untuk apa membeli rumah ini? Bukannya cuma buang-buang uang saja? Bagusan kamu menabung uang itu supaya bisa menjalankan kehidupan lebih baik setelah menikah. Kalau kamu punya uangmu sendiri, kamu nggak perlu selalu memikirkan suasana hati orang lain."
Dari penampilan mau pun tubuhnya, Chris unggul jauh dibanding Yuda.
"Dia orangnya?"
"Iya, dia orangnya, aku benaran sudah menikah, jangan ganggu aku lagi."
"Aku nggak percaya. Kamu pasti mencari aktor untuk membohongiku!" Sekali lihat saja Yuda menyadari kalau aura pria ini tidak biasa. Mana mungkin dia suka dengan Siska?
Chris tidak tertarik menonton drama mereka di sini. Jadi, dia pun berbalik dan berniat untuk pergi pergi ke warung, tetapi Yuda tiba-tiba menghentikannya.
"Tunggu, jangan ke mana-mana dulu!"
Chris berhenti dan menatap Yuda dengan tenang, tampak sedikit tidak sabar menghadapinya.
Yuda memandang Chris dari atas sampai bawah dan bertanya, "Kalian benaran sudah menikah?"
"Kalau iya kenapa? Kalau nggak kenapa?" Chris balik bertanya.
Perlakuan Chris membuat Yuda sangat kesaal. Yuda menunjuk padanya dan berkata kepada Siska, "Kamu mencari pria kayak ini? Kamu nggak sadar kalau dia nggak suka sama kamu?"
"Memangnya kamu pernah menyukaiku?" Siska menatap Yuda dengan tatapan dingin, "Yuda, aku nggak mau melihatmu lagi, berapa kali aku harus memberi tahu kamu?"
"Siska, aku takut kamu ditipu. Memangnya kamu tahu dia itu orang yang gimana?"
"Aku sendiri bisa melihat dia adalah orang seperti apa, kamu nggak perlu memikirkannya!"
"Siska ..."
Siska menyela, "Cukup, aku sudah hampir terlambat, kita selesaikan sampai di sini."
Setelah mengatakan itu, Siska tidak menghiraukan Yuda lagi dan berjalan pergi.
Yuda menatap Siska dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah mengira Siska akan begitu kejam dan tidak memedulikan hubungan mereka dua tahun terakhir ini. Yuda menggemeretakkan jari-jarinya karena marah.
Yuda menoleh ke Chris, "Sobat, kamu tahu nggak Siska itu orang kayak apa?"
"Oh? Memangnya dia orang kayak apa?" Chris baru saja mau pergi, tetapi dia kembali menatap Yuda ketika mendengar ucapan Yuda.
Yuda berkata dengan penuh emosi, "Kita sudah pacaran dua tahun dan sedang membahas masalah pernikahan beberapa hari terakhir. Tapi, dia memcari masalah karena mau menulisakan namanya di sertifikat rumah. Orang tuaku sudah bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikanku rumah, tapi dia malah mau namanya juga ditulis di sana. Dia juga meminta mahar sebanyak 560 juta. Dia minta putus setelah tahu kita nggak bisa memberikannya."
"Kamu berani nikah sama wanita kayak itu? Berapa banyak mahar yang kamu kasih?"
Chris menyipitkan matanya dan memandang Yuda.
Sesaat kemudian, Chris pun berkata, "Aku nggak tahu dia orang kayak gi mana, tapi kamu diam-diam mengatakan hal buruk seseorang, berarti kamu bukanlah orang yang baik."
Chris berbalik dan pergi begitu menyelesaikan ucapannya.
Yuda terdiam dengan pikirannya yang berantakan di sana. Dia berteriak dengan penuh emosi ke arah punggung Chris, "Cepat atau lambat kamu pasti menyesal menikah dengannya!"
Chris tidak menghiraukannya dan meninggalkan Yuda begitu saja.
Yuda mengertakkan giginya dengan emosi. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang Siska sukai pria itu. Pria itu hanya terlihat tampan dan tidak bisa melakukan apa-apa!
Kalau bukan karena 400 jutanya, Yuda juga tidak akan mencari Siska untuk mendapatkan penghinaan seperti ini. Dia juga takut Siska benar-benar menuntutnya.
Jarak tempat tinggal Siska jauh dari perusahaan, jadi dia harus naik bus selama satu jam lebih.
Setelah sampai di perusahaan, dia merasa ada yang aneh dengan suasana di sana. Selain petugas kebersihan, karyawan lain juga ikut sibuk membersihkan kantor, bahkan sampai ke langit-langit dan lampu di perusahaan.
"Kalian sedang apa?" tanya Siska pada salah satu rekan kerjanya.
Pria itu menatap Siska dan berkata, "Kamu nggak baca pesan di grup, ya?"
"Hah?"
Siska baru ingat dirinya cuti kemarin sore, dia juga tidak mengecek ponselnya semalam.
Siska segera mengeluarkan ponselnya dan membuka grup obrolan kantor. Ternyata atasan mereka mengumumkan sesuatu di sana. Pesan itu mengatakan akan ada klien yang sangat penting hari ini. Atasannya menyuruh seluruh karyawan datang lebih cepat dan membersihkan perusahaan, terutama meja kerja mereka.
"Klien seperti apa itu sampai harus kayak begini?" Siska mendecak lidahnya, tetapi tetap menggerakkan tangannya membereskan meja kerjanya.
"Aku juga nggak tahu. Setahuku tahun ini ada perusahaan luar yang memperluas bisnisnya di dalam negeri. Kayaknya kita bakal bekerja sama dengan mereka."
Siska bekerja di sebuah perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras. Perusahaannya cukup besar dan termasuk salah satu perusahaan terkenal di industri ini di dalam negeri. Tetapi, melihat perusahaan yang menganggap kerja sama ini sangat penting, sepertinya perusahaan ini punya latar belakang yang hebat.
Rekan kerja lainnya mendekati mereka dan berkata, "Dengar-dengar perusahaan asing itu sebenarnya mau mengakuisisi perusahaan kita. Aku nggak tahu apa yang mereka bicarakan. Kali ini, harusnya mereka membahas tentang saham …"
Orang yang sedang berbicara adalah Tina Zhang, dia adalah rekan kerja Siska di departemen administrasi. Departemen administrasi dan departemen SDM berada di lantai yang saja. Total orang di kantor mereka adalah tujuh orang termasuk Siska.
Tina Zhang dekat dengan manajer dari departemen SDM, dia pasti mendengar kabar ini darinya.
Rekan kerja lainnya tertawa dan berkata, "Memangnya ada hubungannya dengan kita? Mau diakuisisi atau punya saham di sini, apa itu akan berpengaruh sama gajiku yang hanya enam juta?"
Tina Zhang berkata, "Tentu saja sangat berpengaruh pada kita. Kalau perusahaan kita jadi diakuisisi, kita mungkin saja dipecat, tapi kalau cuman membeli saham, gaji kita mungkin bakal naik."
Mendengar kabar kenaikan gaji, membuat hati Siska agak tergerak, dia sangat berharap gajinya bisa naik.
Siska berencana membeli rumah pamannya, kalau gajinya benar-benar naik, tekanannya untuk membayar pinjaman pasti menurun.
Siska menghela napas dengan cemas mengingat masalah rumah yang tak kunjung selesai.
Siska takut pamannya tidak menyetujuinya. Kalau pamannya sudah setuju, tapi Chris tahu Siska meminjam uang, dia pasti mengira Siska berselingkuh di luar sana.
Jadi, pilihan yang tersisa adalah menghasilkan lebih banyak uang dan meminjam uang sesedikit mungkin.
Siska membersihkan mejanya dengan santai. Sebenarnya, tidak ada yang perlu dibersihkan. Semua orang selalu membereskan meja merea setiap hari.
Seusai membersihkannya, Siska pergi ke kamar mandi. Saat dia sedang mencuci tangannya, pamannya menelepon.
Siska segera mengangkatnya, "Halo, Paman."
"Siska, kemarin waktu kamu meneleponku, aku lagi sibuk, jadi tidak kuangkat. Ada masalah apa mencariku?"
Siska berkata, "Ya, aku mau mendiskusikan masalah rumah dengan Paman."
Di ujung telepon, Harry Wang terdiam untuk beberapa saat, "Siska, aku sudah setuju menjual rumah ini ke orang lain. Kita akan menyelesaikan proses pemindahan namanya ketika Paman kembali nanti. Paman benar-benar nggak bisa apa-apa lagi."
"Paman, maksudku bukan begitu. Maksudku, apa Paman bisa menjual rumah ini padaku?"
"Hah? Menjualnya padamu? Kamu dapat uang dari mana? Jangan sampai melakukan hal-hal ilegal."
"Paman nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini. Lagiaan, dari pada dijual ke orang lain, lebih baik menjualnya padaku. Aku pasti akan membayarnya."
Harry Wang menghela napas dan menasihati Siska, "Siska, cepat atau lambat kamu juga akan menikah, jadi untuk apa membeli rumah ini? Bukannya cuma buang-buang uang saja? Bagusan kamu menabung uang itu supaya bisa menjalankan kehidupan lebih baik setelah menikah. Kalau kamu punya uangmu sendiri, kamu nggak perlu selalu memikirkan suasana hati orang lain."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved