chapter 2 Tidak Cocok
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Di saat suara itu terdengar, seorang laki-laki berjalan keluar dari kamar mandi.
Wajah laki-laki itu tampan layaknya hasil karya seni, tingginya sekitar 1,8 meter, memakai kemeja hitam yang lengannya ditarik ke atas dan jari-jari yang basah.
Ekspresinya sangat datar, tetapi ada rasa tidak peduli dalam tatapannya. Dia juga memancarkan aura menekan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang tidak berkecukupan.
Saat Siska Qiao baru melihatnya, dia tampak kaget, tetapi dia juga merasa agak familier.
Begitu laki-laki itu mengatakannya, wajah gadis itu merona karena marah. Sepertinya tidak pernah ada yang tidak menyukainya sebelumnya. Dia menatap laki-laki itu dengan tatapan emosi, "Siapa yang mau menikah denganmu? Kamu sudah tiga puluh, miskin lagi. Memangnya kenapa kalau ganteng? Benar-benar tidak berguna."
Chris Qin menatapnya dengan tidak peduli, dia juga tidak terpancing emosi karena ucapan gadis itu, "Kalau gitu silakan pulang."
Gadis itu terkejut dan memelototi Chris Qin, "Buang-buang waktuku saja, dasar laki-laki tampan yang tidak punya apa-apa!"
Mendengar ucapan ini, Chris Qin masih tetap tenang. Sedangkan gadis itu sudah tidak tahan lagi, dia meraih tasnya dan langsung meninggalkan mereka. Sepatu hak tingginya yang bergesekan dengan lantai menimbulkan suara nyaring.
Setelah gadis itu pergi, suasana di ruang tamu jadi agak canggung.
"Siska, jangan berdiri terus, sini duduk. Jangan mengejekku, dia cucu tertuaku. Dia baru saja kembali dua hari yang lalu. Aku berpikir untuk memperkenalkannya pada cucu temanku, tapi tak kusangka ...."
Saat Kakek Qin mengangkat topik ini, dia langsung mengubah pembahasan, "Siska, ini Chris Qin, kalian sering bermain bersama waktu kecil. Siska ingat nggak?"
Mendengar ucapan Kakek Qin, Siska Qiao melirik Chris Qin kedua kalinya. Siska Qiao sekejap menyadari kenapa dia terlihat familier. Dulu mereka memangsering bermain bersama, hanya saja Chris Qin pindah saat berumur lima tahun dan tidak balik lagi.
Ada kemungkinan Chris Qin ada balik, hanya saja Siska Qiao tidak mengetahuinya.
Siska Qiao tersenyum canggung, kemudian menanggapi, "Ada sedikit bayang-bayang."
Kakek Qin pun menatap Chris Qin dan bertanya, "Chris, kamu mengingat Siska?"
Chris Qin menoleh ke arahnya untuk dua detik, lalu menoleh kembali, "Nggak."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Chris Qin pun kembali ke kamar mandi, kemudian terdengar suaranya yang mengatakan, "Kakek, lain kali jangan membiarkan sembarang orang datang ke rumahmu."
Ucapan Chris Qin itu tidak jelas ditujukan untuk Siska Qiao atau Nona Wu tadi. Lagi pula, Siska Qiao agak sungkan untuk berada lebih lama di sana.
Siska Qiao menaruh buah yang tadi dibelinya, lalu tersenyum dan berkata, "Kakek Qin, sudah ada yang memperbaiki pipanya, kalau gitu aku pulang dulu, ya."
"Nggak usah buru-buru, kenapa pulang secepat itu? Ayo duduk, ada yang mau kakek tanyakan."
Kakek Qin berkata dengan sangat tulus, Siska Qiao kembali mendudukkan diri di sofa dan berujar, "Kakek Qin, tanyakan saja."
"Siska, hari ini kamu mau ke rumah pacarmu untuk membahas pernikahan, 'kan? Gimana hasilnya?"
Siska Qiao agak kaget. Mengingat ucapan orang tua Yuda Lin tadi membuat dadanya terasa seperti dipukul benda tumpul lagi. "Nggak jadi nikah, kita sudah putus."
"Hah? Karena masalah apa?" Kakek Qin tampak kaget, tetapi beberapa saat kemudian dia malah terlihat senang.
Siska Qiao tidak tahu harus bagaimana menanggapinya, jadi dia mulai beralasan, "Ada hal-hal yang tidak sesuai, jadi kami putus."
"Karena masalah mahar ya?"
"Bisa dibilang begitu." Siska Qiao ingin mengubah pembahasan mereka, "Kakek Qin, cucumu sudah balik, aku nggak bakal ganggu reuni kalian. Lain kali aku baru datang lagi."
"Tunggu!" Kakek Qin menarik tangan Siska Qiao ke sofa lagi, "Siska, apa itu sungguhan?"
Siska Qiao mengerutkan kening. Kakek Qin biasanya tidak memedulikan dengan siapa dia berpacaran. Tetapi, kenapa hari ini dia menanyakannya berulang kali?
Siska Qiao tetap bersikap sopan dan mengangguk, "Iya."
"Kalian nggak bakal balikan?"
"Ya. Kakek Qin, kenapa kamu tanya tentang masalah ini?" Sekarang Siska Qiao mengetahui sifat asli Yuda Lin, mereka mustahil balikan lagi.
Kakek Qin menyeringai aneh. Dia menoleh ke arah kamar mandi dan berteriak, "Chris, cepat kemari!"
Siska Qiao tidak mengerti dan dan tidak bisa menebak apa yang mau Kakek Qin lakukan.
Setelah beberapa menit, Chris masih tak kunjung keluar.
Kakek Qin tiba-tiba berteriak marah, "Chris Qin!"
Siska Qiao juga ikut terkesiap mendengar suara melengking Kakek Qin. Setelah itu Chris Qin akhirnya berjalan keluar dengan tenang.
Chris Qin duduk di sofa seperti tidak ada yang terjadi. Tangannya otomatis merogoh kantung celananya untuk mengambil rokok, tetapi mengingat kakeknya tidak boleh menghirup asap rokok, dia menghentikan gerakan tangannya.
Kakek Qin tidak menyadari gerakan itu, dia hanya terus berbicara dengan Siska Qiao, "Siska, menurutmu cucuku gimana?"
"Apa?"
Siska Qiao tanpa sadar menoleh ke arah Chris Qin. Dia tidak mengerti. Reaksi Chris Qin biasa saja, tetapi ada secuil rasa tidak berdaya dalam ekspresinya yang angkuh itu.
Kakek Qin berujar, "Siska, kakek itu selalu berangan-angan kamu bisa menjadi istrinya Chris, tapi anak nakal ini nggak pernah pulang. Ditambah lagi kamu sudah pacaran, jadi aku tidak bisa mengutarakannya."
"Pas sekali, Chris baru saja balik dan kamu putus dengan pacarmu. Apa arti dibalik kejadian ini? Maksudnya ini adalah takdir Kalian. Kalian berdua menikahlah."
Kalimat terakhir terasa seperti kilatan petir yang menghantam wajah Siska Qiao.
"..."
Siska Qiao tidak bisa membedakan Kakek Qin sedang bercanda atau benar-benar, jadi dia tidak menjawabnya.
Chris Qin menghentikan kakeknya, "Kakek, sudah cukup."
Kakek Qin memelototinya, "Diam. Kamu nggak sadar kamu sudah berapa tahun? Kakek nggak tahu kalau wanita lain, tapi Siska itu wanita yang baik. Apa pun yang terjadi, cucu menantuku harus dia."
"Siska, cucuku ini unggul dalam semua aspek, cumannya agak membosankan dan punya tidak bisa mengekspresikan diri. Tapi, dia itu baik kok. Kakek tidak mungkin membohongimu, 'kan? Selama kamu menyetujuinya, katakan saja berapa pun mahar yang kamu mau. Kamu tidak perlu memedulikan ucapannya."
Kakek Qin terus mempromosikan kelebihan cucunya secara mendetail seolah sedang menjual barang. Dia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Chris Qin di sampingnya.
"Kakek kasih tahu, Chris sekarang ...."
"Kakek!" Chris Qin tiba-tiba mnghentikan ucapan kakeknya. Nadanya sedikit tinggi dan membuat Kakek Qin menghentikan ucapannya. Menyadari perbuatannya, Chris Qin melembutkan nada bicaranya, "Masalah kayak gini kita bahas secara pribadi saja."
Chris Qin sadar kakeknya sangat menyukai Wanita ini. Tetapi, kalau tidak dicegat, kakeknya akan membocorkan semua hal yang dia sembunyikan.
Kakek Qin meliriknya dengan tatapan curiga, "Memangnya kamu bisa membicarakannya dengan baik-baik?"
"Bagaimanapun caranya, yang penting kan membahas intinya."
Siska Qiao merasa ada maksud tersembunyi dalam ucapannya, tetapi dirinya tidak bisamengungkapnya. Di sisi lain, Kakek Qin sangat memercayai Siska Qiao, dia yakin wanita ini tidak suka pamer.
Sekalipun Chris Chris Qin bilang dirinya miskin dan tidak berguna, Siska Qiao juga tidak akan membencinya.
Kakek Qin berpikir sejenak, kemudian menyetujuinya, "Baiklah. Kalian bicarakanlah sendiri. Kakek nggak bakal ikut campur."
Chris Qin mengangguk dan berkata, "Mari berganti nomor WhatsApp. Hari ini aku ada urusan, besok aku bakal mengosongkan waktu untuk membicarakannya lebih mendetail."
Siska Qiao juga bereaksi. Dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memberikan nomor WhatsApp-nya pada Chris Qin.
Setelah berganti nomor WhatsApp, dia langsung merasa tidak perlu tinggal lebih lama lagi.
"Kalau gitu, Kakek aku pulang dulu, ya."
"Sampai jumpa."
Akhirnya Siska Qiao bisa lega. Dia sungguh tidak bisa menolak kebaikan Kakek Qin, tetapi pernikahan bukan hal kecil. Chris Qin sudah termasuk sedang membantunya.
Siska Qiao segera membuka pintu dan pergi ke rumahnya yang berada di seberang.
Kadang-kadang kita tidak bisa langsung menolak sesuatu.
Mereka sudah bertukar nomor WhatsApp, jadi kalau Kakek Qin menanyakannya lagi, Siska Qiao cukup bilang kalau mereka tidak cocok.
Ada celah di antaranya.
Saat Siska Qiao sudah pulang, ekspresi Kakek Qin langsung menjadi muram, "Kenapa kamu nggak mau kasih tahu dia kenyataannya?"
Wajah laki-laki itu tampan layaknya hasil karya seni, tingginya sekitar 1,8 meter, memakai kemeja hitam yang lengannya ditarik ke atas dan jari-jari yang basah.
Ekspresinya sangat datar, tetapi ada rasa tidak peduli dalam tatapannya. Dia juga memancarkan aura menekan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang tidak berkecukupan.
Saat Siska Qiao baru melihatnya, dia tampak kaget, tetapi dia juga merasa agak familier.
Begitu laki-laki itu mengatakannya, wajah gadis itu merona karena marah. Sepertinya tidak pernah ada yang tidak menyukainya sebelumnya. Dia menatap laki-laki itu dengan tatapan emosi, "Siapa yang mau menikah denganmu? Kamu sudah tiga puluh, miskin lagi. Memangnya kenapa kalau ganteng? Benar-benar tidak berguna."
Chris Qin menatapnya dengan tidak peduli, dia juga tidak terpancing emosi karena ucapan gadis itu, "Kalau gitu silakan pulang."
Gadis itu terkejut dan memelototi Chris Qin, "Buang-buang waktuku saja, dasar laki-laki tampan yang tidak punya apa-apa!"
Mendengar ucapan ini, Chris Qin masih tetap tenang. Sedangkan gadis itu sudah tidak tahan lagi, dia meraih tasnya dan langsung meninggalkan mereka. Sepatu hak tingginya yang bergesekan dengan lantai menimbulkan suara nyaring.
Setelah gadis itu pergi, suasana di ruang tamu jadi agak canggung.
"Siska, jangan berdiri terus, sini duduk. Jangan mengejekku, dia cucu tertuaku. Dia baru saja kembali dua hari yang lalu. Aku berpikir untuk memperkenalkannya pada cucu temanku, tapi tak kusangka ...."
Saat Kakek Qin mengangkat topik ini, dia langsung mengubah pembahasan, "Siska, ini Chris Qin, kalian sering bermain bersama waktu kecil. Siska ingat nggak?"
Mendengar ucapan Kakek Qin, Siska Qiao melirik Chris Qin kedua kalinya. Siska Qiao sekejap menyadari kenapa dia terlihat familier. Dulu mereka memangsering bermain bersama, hanya saja Chris Qin pindah saat berumur lima tahun dan tidak balik lagi.
Ada kemungkinan Chris Qin ada balik, hanya saja Siska Qiao tidak mengetahuinya.
Siska Qiao tersenyum canggung, kemudian menanggapi, "Ada sedikit bayang-bayang."
Kakek Qin pun menatap Chris Qin dan bertanya, "Chris, kamu mengingat Siska?"
Chris Qin menoleh ke arahnya untuk dua detik, lalu menoleh kembali, "Nggak."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Chris Qin pun kembali ke kamar mandi, kemudian terdengar suaranya yang mengatakan, "Kakek, lain kali jangan membiarkan sembarang orang datang ke rumahmu."
Ucapan Chris Qin itu tidak jelas ditujukan untuk Siska Qiao atau Nona Wu tadi. Lagi pula, Siska Qiao agak sungkan untuk berada lebih lama di sana.
Siska Qiao menaruh buah yang tadi dibelinya, lalu tersenyum dan berkata, "Kakek Qin, sudah ada yang memperbaiki pipanya, kalau gitu aku pulang dulu, ya."
"Nggak usah buru-buru, kenapa pulang secepat itu? Ayo duduk, ada yang mau kakek tanyakan."
Kakek Qin berkata dengan sangat tulus, Siska Qiao kembali mendudukkan diri di sofa dan berujar, "Kakek Qin, tanyakan saja."
"Siska, hari ini kamu mau ke rumah pacarmu untuk membahas pernikahan, 'kan? Gimana hasilnya?"
Siska Qiao agak kaget. Mengingat ucapan orang tua Yuda Lin tadi membuat dadanya terasa seperti dipukul benda tumpul lagi. "Nggak jadi nikah, kita sudah putus."
"Hah? Karena masalah apa?" Kakek Qin tampak kaget, tetapi beberapa saat kemudian dia malah terlihat senang.
Siska Qiao tidak tahu harus bagaimana menanggapinya, jadi dia mulai beralasan, "Ada hal-hal yang tidak sesuai, jadi kami putus."
"Karena masalah mahar ya?"
"Bisa dibilang begitu." Siska Qiao ingin mengubah pembahasan mereka, "Kakek Qin, cucumu sudah balik, aku nggak bakal ganggu reuni kalian. Lain kali aku baru datang lagi."
"Tunggu!" Kakek Qin menarik tangan Siska Qiao ke sofa lagi, "Siska, apa itu sungguhan?"
Siska Qiao mengerutkan kening. Kakek Qin biasanya tidak memedulikan dengan siapa dia berpacaran. Tetapi, kenapa hari ini dia menanyakannya berulang kali?
Siska Qiao tetap bersikap sopan dan mengangguk, "Iya."
"Kalian nggak bakal balikan?"
"Ya. Kakek Qin, kenapa kamu tanya tentang masalah ini?" Sekarang Siska Qiao mengetahui sifat asli Yuda Lin, mereka mustahil balikan lagi.
Kakek Qin menyeringai aneh. Dia menoleh ke arah kamar mandi dan berteriak, "Chris, cepat kemari!"
Siska Qiao tidak mengerti dan dan tidak bisa menebak apa yang mau Kakek Qin lakukan.
Setelah beberapa menit, Chris masih tak kunjung keluar.
Kakek Qin tiba-tiba berteriak marah, "Chris Qin!"
Siska Qiao juga ikut terkesiap mendengar suara melengking Kakek Qin. Setelah itu Chris Qin akhirnya berjalan keluar dengan tenang.
Chris Qin duduk di sofa seperti tidak ada yang terjadi. Tangannya otomatis merogoh kantung celananya untuk mengambil rokok, tetapi mengingat kakeknya tidak boleh menghirup asap rokok, dia menghentikan gerakan tangannya.
Kakek Qin tidak menyadari gerakan itu, dia hanya terus berbicara dengan Siska Qiao, "Siska, menurutmu cucuku gimana?"
"Apa?"
Siska Qiao tanpa sadar menoleh ke arah Chris Qin. Dia tidak mengerti. Reaksi Chris Qin biasa saja, tetapi ada secuil rasa tidak berdaya dalam ekspresinya yang angkuh itu.
Kakek Qin berujar, "Siska, kakek itu selalu berangan-angan kamu bisa menjadi istrinya Chris, tapi anak nakal ini nggak pernah pulang. Ditambah lagi kamu sudah pacaran, jadi aku tidak bisa mengutarakannya."
"Pas sekali, Chris baru saja balik dan kamu putus dengan pacarmu. Apa arti dibalik kejadian ini? Maksudnya ini adalah takdir Kalian. Kalian berdua menikahlah."
Kalimat terakhir terasa seperti kilatan petir yang menghantam wajah Siska Qiao.
"..."
Siska Qiao tidak bisa membedakan Kakek Qin sedang bercanda atau benar-benar, jadi dia tidak menjawabnya.
Chris Qin menghentikan kakeknya, "Kakek, sudah cukup."
Kakek Qin memelototinya, "Diam. Kamu nggak sadar kamu sudah berapa tahun? Kakek nggak tahu kalau wanita lain, tapi Siska itu wanita yang baik. Apa pun yang terjadi, cucu menantuku harus dia."
"Siska, cucuku ini unggul dalam semua aspek, cumannya agak membosankan dan punya tidak bisa mengekspresikan diri. Tapi, dia itu baik kok. Kakek tidak mungkin membohongimu, 'kan? Selama kamu menyetujuinya, katakan saja berapa pun mahar yang kamu mau. Kamu tidak perlu memedulikan ucapannya."
Kakek Qin terus mempromosikan kelebihan cucunya secara mendetail seolah sedang menjual barang. Dia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Chris Qin di sampingnya.
"Kakek kasih tahu, Chris sekarang ...."
"Kakek!" Chris Qin tiba-tiba mnghentikan ucapan kakeknya. Nadanya sedikit tinggi dan membuat Kakek Qin menghentikan ucapannya. Menyadari perbuatannya, Chris Qin melembutkan nada bicaranya, "Masalah kayak gini kita bahas secara pribadi saja."
Chris Qin sadar kakeknya sangat menyukai Wanita ini. Tetapi, kalau tidak dicegat, kakeknya akan membocorkan semua hal yang dia sembunyikan.
Kakek Qin meliriknya dengan tatapan curiga, "Memangnya kamu bisa membicarakannya dengan baik-baik?"
"Bagaimanapun caranya, yang penting kan membahas intinya."
Siska Qiao merasa ada maksud tersembunyi dalam ucapannya, tetapi dirinya tidak bisamengungkapnya. Di sisi lain, Kakek Qin sangat memercayai Siska Qiao, dia yakin wanita ini tidak suka pamer.
Sekalipun Chris Chris Qin bilang dirinya miskin dan tidak berguna, Siska Qiao juga tidak akan membencinya.
Kakek Qin berpikir sejenak, kemudian menyetujuinya, "Baiklah. Kalian bicarakanlah sendiri. Kakek nggak bakal ikut campur."
Chris Qin mengangguk dan berkata, "Mari berganti nomor WhatsApp. Hari ini aku ada urusan, besok aku bakal mengosongkan waktu untuk membicarakannya lebih mendetail."
Siska Qiao juga bereaksi. Dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memberikan nomor WhatsApp-nya pada Chris Qin.
Setelah berganti nomor WhatsApp, dia langsung merasa tidak perlu tinggal lebih lama lagi.
"Kalau gitu, Kakek aku pulang dulu, ya."
"Sampai jumpa."
Akhirnya Siska Qiao bisa lega. Dia sungguh tidak bisa menolak kebaikan Kakek Qin, tetapi pernikahan bukan hal kecil. Chris Qin sudah termasuk sedang membantunya.
Siska Qiao segera membuka pintu dan pergi ke rumahnya yang berada di seberang.
Kadang-kadang kita tidak bisa langsung menolak sesuatu.
Mereka sudah bertukar nomor WhatsApp, jadi kalau Kakek Qin menanyakannya lagi, Siska Qiao cukup bilang kalau mereka tidak cocok.
Ada celah di antaranya.
Saat Siska Qiao sudah pulang, ekspresi Kakek Qin langsung menjadi muram, "Kenapa kamu nggak mau kasih tahu dia kenyataannya?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved