chapter 13 Semua Hutang Harus Diselesaikan
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Seorang pria berusia tiga puluhan memakai kacamata berbingkai emas, setelan jas dan sepatu kulit. Dia tampak dewasa, mapan dan tampan.
Pria lainnya terlihat lebih tua, mungkin berusia empat puluhan, dengan perut buncit dan rambut yang sedikit botak.
Raut gembira di wajah Tina langsung menghilang, "Kenapa begini?"
Direktur Liao juga sedikit terkejut, mungkin karena dia tidak menyangka bukan Chris sendiri yang datang.
Pria berkacamata berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Direktur Liao, "Halo, Direktur Liao, aku Lukas Han, Wakil Direktur S&C. Direktur Qin memintaku datang untuk bernegosiasi dengan perusahaan kalian."
Direktur Liao kembali tersadar, tersenyum dan meraih tangan Lukas Han, "Halo, halo, silakan masuk."
Siska melirik Tina, "Kliennya sudah datang, tapi kenapa kamu malah nggak senang?"
Tina memanyunkan bibirnya, "Dia bukan bosnya."
Siska merasa terkejut. Wakil direktur ini sudah sangat tampan, masih muda dan sukses. Pria itu adalah seorang wakil direktur, tetapi Tina malah tidak menyukainya.
Selera Tina benar-benar membuat Siska terkejut.
Bahkan Siska saja tidak berani memikirkan bisa mendapatkan Lukas Han. Dirinya masih sadar diri.
Tina kehilangan antusiasme, dia terlihat linglung selama penyambutan tamu. Tina bahkan mengambil kesempatan pergi membeli anggur dan menyelinap keluar untuk bermalas-malasan.
Siska hanya bisa memegang anggur sendirian dan bergantian menuangkan anggur untuk semua orang di meja.
Saat Siska berjalan ke arah Lukas Han, Lukas Han menatapnya dengan penuh arti. Saat tatapan Siska bertemu dengan tatapannya, Siska merasakan perasaan aneh.
Bukannya punya perasaan khusus kepada Siska, tetapi Lukas Han lebih seperti sedang menilai Siska atau mungkin ... penasaran dengannya.
Siska tidak mengerti kenapa Lukas Han melihatnya seperti ini dan tatapan itu membuatnya merasa terganggu. Saat Siska menuangkan anggur, dia tidak sengaja menumpahkan anggur dan anggur yang mengalir ke tepi meja dan mengotori celana Lukas Han.
Direktur Liao berteriak, "Siska, apa yang kamu lakukan?"
Siska segera tersadar dan sangat ketakutan. Dia segera mengembalikan botolnya, "Maaf, maaf!"
Siska meraih tisu dari atas meja ingin membantu Lukas Han membersihkan celananya, tetapi Lukas Han mengangkat tangannya untuk menghentikan Siska.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
Saat ini Siska sangat ingin pergi bersembunyi. Bisa-bisanya dia kehilangan konsentrasi di saat seperti ini.
Direktur Liao berkata dengan marah, "Kalau kamu nggak bisa melakukannya dengan baik, untuk apa perusahaan mempekerjakanmu?"
Lukas Han membersihkan celananya dengan santai, anggur yang tumpah tidak terlalu banyak. Dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Nggak apa-apa. Aku yang sudah bersikap kasar dan membuat karyawan Direktur Liao takut. Maafkan aku."
Penegasan Lukas Han membuat Direktur Liao agak kaget. Direktur Liao hanya tertawa canggung, "Direktur Han sangat murah hati. Siska, lain kali lebih hati-hati dan jangan sembrono. Tidak semua orang mudah sebaik Direktur Han."
Siska mengangguk dengan sopan, "Iya, Direktur Liao. Terima kasih, Direktur Han."
Lukas Han tersenyum dan berkata, "Sudahlah, kamu nggak diperlukan lagi di sini. Kamu pergi saja, kita bisa melakukannya sendiri."
Siska melirik ke arah Direktur Liao yang mengedipkan mata padanya untuk memberi isyarat kalau dia sudah boleh pergi.
Kini Siska bisa pergi dari sana dengan perasaan lega.
Siska menunggu di luar selama setengah jam. Setelah Direktur Liao dan yang lainnya sudah hampir selesai makan dan membayar tagihan, Siska yang sudah sangat lelah pun bisa pulang.
Saat Siska sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Keadaan rumah sangat gelap, Siska tidak tahu Chris sudah tidur atau belum pulang. Siska masuk ke kamarnya, melemparkan dirinya ke atas kasur dan langsung terlelap.
Siska tidak tahu kalau setelah Lukas Han meninggalkan hotel, dia langsung pergi ke tempat berikutnya.
Tempat itu adalah sebuah bar, tidak banyak orang di dalamnya dan ada penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu santai di atas panggung.
Lukas Han duduk, membuka kancing jasnya, menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam satu tegukan.
"Minum bersama Direktur Liao sangat membosankan," Lukas Han tersenyum dan memandang pria di seberangnya, "Aku ketemu istrimu."
Chris menopang kepalanya dan matanya tertuju pada penyanyi di atas panggung. Saat mendengar hal ini, Chris mengalihkan pandangannya ke Lukas Han.
"Kamu senggang sekali, ya?"
Lukas Han tertawa dan berkata, "Aku hanya sangat penasaran, wanita macam apa yang bisa membuatmu menikah, jadi aku melakukan sedikit riset. Tapi, sepertinya kamu kurang puas dengan istrimu, jadi kenapa kamu tetap menikahinya?"
Chris meraih anggur di atas meja dan meminumnya sampai habis. Setelah meletakkan gelasnya, dia melihat arlojinya dan berkata, "Aku pulang dulu."
"Aku baru saja sampai, kamu sudah mau pulang?"
Chris mengambil mantelnya dan pergi tanpa menoleh ke belakang, "Aku nggak mau membahasnya."
Lukas Han termenung sekejap, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Dasar."
Sepertinya Chris sudah tahu apa yang mau Lukas Han bicarakan, jadi dia segera melarikan diri.
Saat Siska pergi ke perusahaan keesokan harinya, rekan kerjanya tidak lagi berinisiatif untuk berbicara dengannya. Mereka semua menjauhinya begitu melihatnya, seperti dia adalah semacam bencana.
Mungkin ini karena kejadian semalam, tetapi Siska tidak memedulikannya. Lagi pula, sebagian besar orang di perusahaan hanya terlihat dekat dari luar, tetapi kenyataannya tidak seperti itu, tidak ada yang namanya teman sebenarnya.
Departemen Siska, bahkan perusahaan mereka tidak kekurangan wanita cantik. Tetapi, tidak ada yang mengungkap masalahnya.
Ibu Yuda adalah sosok yang 'sederhana dan baik hati', hal ini membuat kelakuan Siska secara natural membuat publik marah.
Banyak orang suka menilai orang berdasarkan moral orang lain untuk menonjolkan kebaikan dan kehebatan mereka sendiri.
Video itu sudah beredar di grup perusahaan dan sudah dilihat banyak orang.
Siska cantik, ada banyak karyawan pria di perusahaan yang menyukainya dan banyak karyawan wanita yang merasa iri dengannya. Jadi, dia pasti akan diinjak-injak begitu ada kesempatan seperti ini.
Hanya dalam waktu satu hari kejadian itu sudah menyebar ke seluruh perusahaan.
Ke mana pun Siska pergi, dia akan disambut dengan tatapan menghina, seolah-olah dia adalah wanita paling hina dan tidak tahu malu di dunia.
Saat dia pergi ke toilet, dia juga bisa mendengar orang-orang yang membicarakan tentangnya di luar sana.
"Sebenarnya 400 juta itu nggak banyak. Menurutku permintaannya nggak terlalu banyak."
"Apa ini masih nggak berlebihan? Yuda sangat menyukainya, tapi dia nggak suka dengan orang tua Yuda. Menurutku, dia nggak rela melepaskan Yuda yang begitu baik, tapi dia juga mau uang itu. Dia cukup cerdik, orang dan uang semuanya mau dia dapatkan."
"Ya, menurutku juga begitu. Yuda tampan dan baik, apalagi dia punya prospek yang bagus. Makanya Siska begitu nggak sabaran dan mau pamer sebelum menikah."
"Pernyataan sangat objektif, kita harus mendiskusikan situasi nyatanya. Siapa yang tidak mau punya kehidupan yang lebih baik? Hanya saja ada yang salah dengan caranya."
Saat beberapa orang itu masih sibuk mengobrol, Siska membuka pintu toilet dan berjalan keluar.
Mereka menegang ketika melihat Siska. Mereka langsung tersenyum canggung dan berlari keluar.
Siska menatap mereka dan mengepalkan jarinya erat-erat.
Yuda hanya menginginkan 400 juta itu, tetapi Siska tidak akan membiarkannya terjadi. Tidak hanya 400 juta, tetapi semua hutang di antara mereka berdua selama dua tahun terakhir juga harus diselesaikan.
Siska mengeluarkan ponselnya, membuka kontak dan mencari nomor telepon yang sudah lama ada di dalam sana.
Siska merasa ragu untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, dia tetap menelepon nomor telepon itu.
Tidak lama kemudian panggilan itu pun tersambung, suara seorang pria terdengar dari seberang sana, "Apa ini Siska?"
Mendengar jawaban dari ujung sana, Siska pun menghela napas lega. Ternyata orang itu masih memakai nomor yang sama.
"Kak Candra, ini aku."
Pria lainnya terlihat lebih tua, mungkin berusia empat puluhan, dengan perut buncit dan rambut yang sedikit botak.
Raut gembira di wajah Tina langsung menghilang, "Kenapa begini?"
Direktur Liao juga sedikit terkejut, mungkin karena dia tidak menyangka bukan Chris sendiri yang datang.
Pria berkacamata berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Direktur Liao, "Halo, Direktur Liao, aku Lukas Han, Wakil Direktur S&C. Direktur Qin memintaku datang untuk bernegosiasi dengan perusahaan kalian."
Direktur Liao kembali tersadar, tersenyum dan meraih tangan Lukas Han, "Halo, halo, silakan masuk."
Siska melirik Tina, "Kliennya sudah datang, tapi kenapa kamu malah nggak senang?"
Tina memanyunkan bibirnya, "Dia bukan bosnya."
Siska merasa terkejut. Wakil direktur ini sudah sangat tampan, masih muda dan sukses. Pria itu adalah seorang wakil direktur, tetapi Tina malah tidak menyukainya.
Selera Tina benar-benar membuat Siska terkejut.
Bahkan Siska saja tidak berani memikirkan bisa mendapatkan Lukas Han. Dirinya masih sadar diri.
Tina kehilangan antusiasme, dia terlihat linglung selama penyambutan tamu. Tina bahkan mengambil kesempatan pergi membeli anggur dan menyelinap keluar untuk bermalas-malasan.
Siska hanya bisa memegang anggur sendirian dan bergantian menuangkan anggur untuk semua orang di meja.
Saat Siska berjalan ke arah Lukas Han, Lukas Han menatapnya dengan penuh arti. Saat tatapan Siska bertemu dengan tatapannya, Siska merasakan perasaan aneh.
Bukannya punya perasaan khusus kepada Siska, tetapi Lukas Han lebih seperti sedang menilai Siska atau mungkin ... penasaran dengannya.
Siska tidak mengerti kenapa Lukas Han melihatnya seperti ini dan tatapan itu membuatnya merasa terganggu. Saat Siska menuangkan anggur, dia tidak sengaja menumpahkan anggur dan anggur yang mengalir ke tepi meja dan mengotori celana Lukas Han.
Direktur Liao berteriak, "Siska, apa yang kamu lakukan?"
Siska segera tersadar dan sangat ketakutan. Dia segera mengembalikan botolnya, "Maaf, maaf!"
Siska meraih tisu dari atas meja ingin membantu Lukas Han membersihkan celananya, tetapi Lukas Han mengangkat tangannya untuk menghentikan Siska.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
Saat ini Siska sangat ingin pergi bersembunyi. Bisa-bisanya dia kehilangan konsentrasi di saat seperti ini.
Direktur Liao berkata dengan marah, "Kalau kamu nggak bisa melakukannya dengan baik, untuk apa perusahaan mempekerjakanmu?"
Lukas Han membersihkan celananya dengan santai, anggur yang tumpah tidak terlalu banyak. Dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Nggak apa-apa. Aku yang sudah bersikap kasar dan membuat karyawan Direktur Liao takut. Maafkan aku."
Penegasan Lukas Han membuat Direktur Liao agak kaget. Direktur Liao hanya tertawa canggung, "Direktur Han sangat murah hati. Siska, lain kali lebih hati-hati dan jangan sembrono. Tidak semua orang mudah sebaik Direktur Han."
Siska mengangguk dengan sopan, "Iya, Direktur Liao. Terima kasih, Direktur Han."
Lukas Han tersenyum dan berkata, "Sudahlah, kamu nggak diperlukan lagi di sini. Kamu pergi saja, kita bisa melakukannya sendiri."
Siska melirik ke arah Direktur Liao yang mengedipkan mata padanya untuk memberi isyarat kalau dia sudah boleh pergi.
Kini Siska bisa pergi dari sana dengan perasaan lega.
Siska menunggu di luar selama setengah jam. Setelah Direktur Liao dan yang lainnya sudah hampir selesai makan dan membayar tagihan, Siska yang sudah sangat lelah pun bisa pulang.
Saat Siska sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Keadaan rumah sangat gelap, Siska tidak tahu Chris sudah tidur atau belum pulang. Siska masuk ke kamarnya, melemparkan dirinya ke atas kasur dan langsung terlelap.
Siska tidak tahu kalau setelah Lukas Han meninggalkan hotel, dia langsung pergi ke tempat berikutnya.
Tempat itu adalah sebuah bar, tidak banyak orang di dalamnya dan ada penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu santai di atas panggung.
Lukas Han duduk, membuka kancing jasnya, menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam satu tegukan.
"Minum bersama Direktur Liao sangat membosankan," Lukas Han tersenyum dan memandang pria di seberangnya, "Aku ketemu istrimu."
Chris menopang kepalanya dan matanya tertuju pada penyanyi di atas panggung. Saat mendengar hal ini, Chris mengalihkan pandangannya ke Lukas Han.
"Kamu senggang sekali, ya?"
Lukas Han tertawa dan berkata, "Aku hanya sangat penasaran, wanita macam apa yang bisa membuatmu menikah, jadi aku melakukan sedikit riset. Tapi, sepertinya kamu kurang puas dengan istrimu, jadi kenapa kamu tetap menikahinya?"
Chris meraih anggur di atas meja dan meminumnya sampai habis. Setelah meletakkan gelasnya, dia melihat arlojinya dan berkata, "Aku pulang dulu."
"Aku baru saja sampai, kamu sudah mau pulang?"
Chris mengambil mantelnya dan pergi tanpa menoleh ke belakang, "Aku nggak mau membahasnya."
Lukas Han termenung sekejap, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Dasar."
Sepertinya Chris sudah tahu apa yang mau Lukas Han bicarakan, jadi dia segera melarikan diri.
Saat Siska pergi ke perusahaan keesokan harinya, rekan kerjanya tidak lagi berinisiatif untuk berbicara dengannya. Mereka semua menjauhinya begitu melihatnya, seperti dia adalah semacam bencana.
Mungkin ini karena kejadian semalam, tetapi Siska tidak memedulikannya. Lagi pula, sebagian besar orang di perusahaan hanya terlihat dekat dari luar, tetapi kenyataannya tidak seperti itu, tidak ada yang namanya teman sebenarnya.
Departemen Siska, bahkan perusahaan mereka tidak kekurangan wanita cantik. Tetapi, tidak ada yang mengungkap masalahnya.
Ibu Yuda adalah sosok yang 'sederhana dan baik hati', hal ini membuat kelakuan Siska secara natural membuat publik marah.
Banyak orang suka menilai orang berdasarkan moral orang lain untuk menonjolkan kebaikan dan kehebatan mereka sendiri.
Video itu sudah beredar di grup perusahaan dan sudah dilihat banyak orang.
Siska cantik, ada banyak karyawan pria di perusahaan yang menyukainya dan banyak karyawan wanita yang merasa iri dengannya. Jadi, dia pasti akan diinjak-injak begitu ada kesempatan seperti ini.
Hanya dalam waktu satu hari kejadian itu sudah menyebar ke seluruh perusahaan.
Ke mana pun Siska pergi, dia akan disambut dengan tatapan menghina, seolah-olah dia adalah wanita paling hina dan tidak tahu malu di dunia.
Saat dia pergi ke toilet, dia juga bisa mendengar orang-orang yang membicarakan tentangnya di luar sana.
"Sebenarnya 400 juta itu nggak banyak. Menurutku permintaannya nggak terlalu banyak."
"Apa ini masih nggak berlebihan? Yuda sangat menyukainya, tapi dia nggak suka dengan orang tua Yuda. Menurutku, dia nggak rela melepaskan Yuda yang begitu baik, tapi dia juga mau uang itu. Dia cukup cerdik, orang dan uang semuanya mau dia dapatkan."
"Ya, menurutku juga begitu. Yuda tampan dan baik, apalagi dia punya prospek yang bagus. Makanya Siska begitu nggak sabaran dan mau pamer sebelum menikah."
"Pernyataan sangat objektif, kita harus mendiskusikan situasi nyatanya. Siapa yang tidak mau punya kehidupan yang lebih baik? Hanya saja ada yang salah dengan caranya."
Saat beberapa orang itu masih sibuk mengobrol, Siska membuka pintu toilet dan berjalan keluar.
Mereka menegang ketika melihat Siska. Mereka langsung tersenyum canggung dan berlari keluar.
Siska menatap mereka dan mengepalkan jarinya erat-erat.
Yuda hanya menginginkan 400 juta itu, tetapi Siska tidak akan membiarkannya terjadi. Tidak hanya 400 juta, tetapi semua hutang di antara mereka berdua selama dua tahun terakhir juga harus diselesaikan.
Siska mengeluarkan ponselnya, membuka kontak dan mencari nomor telepon yang sudah lama ada di dalam sana.
Siska merasa ragu untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, dia tetap menelepon nomor telepon itu.
Tidak lama kemudian panggilan itu pun tersambung, suara seorang pria terdengar dari seberang sana, "Apa ini Siska?"
Mendengar jawaban dari ujung sana, Siska pun menghela napas lega. Ternyata orang itu masih memakai nomor yang sama.
"Kak Candra, ini aku."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved