chapter 4 Seharusnya Aku Merasa Lega Namaku Tertulis di Rumah Itu
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Awalnya Chris tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tetapi dia sedikit menyipitkan mata ketika mendengar ucapan Siska.
Dia menatap Siska sambil setengah tersenyum, seperti sedang menonton pertunjukan.
Sorot matanya membuat Siska merasa agak malu. Dia juga merasa permintaannya agak berlebihan, jadi dia buru-buru mengganti perkataannya, "Tentu saja, kalau kamu rasa 600 juta kebanyakan, 400 juta saja sudah cukup, tapi nggak boleh kurang dari 400 juta."
Dengan 400 juta dari Chris dan 400 juta yang akan Yuda kembalikan, Siska hanya perlu meminjam 200 juta lagi untuk membeli rumah ini.
"600 juta nggak berlebihan, tapi aku gimana? Apa yang akan aku dapatkan?" Chris bersandar di sofa dan menatapnya, menantikan jawabannya.
"Kamu boleh tinggal di sini atau aku bisa menambahkan namamu ke sertifikat rumah. Lagian, di sini sangat dekat dengan rumah Kakek Qin, jadi kita bisa menjaganya dengan baik."
Chris tidak langsung menjawab dan hanya memandang Siska. Waktu pun perlahan-lahan berlalu.
Siska belum pernah kencan buta sebelumnya dan tidak pernah segugup ini. Mereka tidak terlihat seperti kencan buta, tetapi lebih mirip seperti negosiasi.
Namun, mereka bisa tetap tinggal di rumah ini hanya dengan membeli rumah ini, jadi 400 juta Chris sangatlah penting.
Setelah membeli rumah ini dan menambahkan nama Chris di sertifikat rumah, dia juga tidak akan rugi mengeluarkan 400 juta itu.
Setelah itu Chris berdiri, memasukkan tangannya ke dalam saku dan menundukkan kepalanya menatap Siska, "Kalau gitu sudah sepakat. Aku akan memberimu 600 juta, untuk masalah nama, tidak perlu ditambahkan."
Siska melambaikan tangannya, "Nggak usah sampai 600 juta, 400 juta saja sudah cukup. Aku tahu ini nggak akan mudah bagimu."
Chris meliriknya dan tidak menawar lagi, "Kapan kita akan mendaftarkan serifikat pernikahannya?"
Siska tercengang, "Hah? Kamu buru-buru banget?"
"Lagian cepat atau lambat juga bakal menikah, jadi kenapa nggak memanfaatkan waktu luangku dua hari ini untuk mendaftarkan pernikahan secepat mungkin."
Siska terdiam sejenak, Chris tampak biasa-biasa saja dan dirinya juga tidak merasa kesal, "Oke, kita akan langsung mendaftarkan pernikahan kita begitu kamu transfer uangnya."
Chris hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi, menandakan kalau pembahasan mereka telah usai. Kemudian dia pun bersiap untuk meninggalkan rumah Siska.
Begitu Chris membuka pintu, dia melihat Kakek Qin berdiri di depan pintu, menempelkan tubuhnya ke pintu untuk menguping. Kakek Qin hampir terjatuh karena pintu yang tiba-tiba terbuka.
Untungnya Chris cepat tanggap dan langsung menahan bahu Kakek Qin agar tidak terjatuh.
"Kakek ngapain di sini?"
Kakek Qin sedikit malu, dia terbatuk dan bertanya, "Bagaimana hasil diskusinya?"
Chris tersenyum misterius, "Apa ini gadis yang kamu suka?"
"Tentu saja, kenapa?" Kakek Qin mengerutkan keningnya tidak mengerti apa maksud Chris.
Chris tidak menjelaskan terlalu banyak. Dia membantu Kakek Qin berdiri dan berkata, "Ayo pulang dan membahasnya di rumah."
Pemikiran Siska sangat dalam, sangat berbeda dengan wanita baik dan sederhana yang Kakek Qin ceritakan. Di satu sisi, Siska membujuk Kakek Qin, tetapi di sisi lain dia meminta 600 juta dan menyuruh Chris untuk jangan memberi tahu kakeknya.
Dia memang cerdik.
Chris tidak memberi tahu Kakek Qin masalah mahar. Dia hanya memberi tahu kalau mereka sudah sepakat. Melihat senyuman Kakek Qin, Chris merasa tidak masalah jika hanya menghabiskan 400 juta untuk membahagiakan Kakek Qin.
Namun, dia juga berkata pada kakeknya, "Jangan membesar-besarkan masalah pernikahanku. Aku nggak mau menimbulkan terlalu banyak masalah."
Kakek Qin yang sedang tersenyum pun kembali murung, sekarang dia menjadi tidak senang lagi, "Kenapa? Kamu menikah, tapi kenapa nggak mau mengadakan pesta besar dan mengundang kerabat serta teman kalian?"
Setelah Chris masuk ke rumah, dia menutup pintu dan membantu kekeknya duduk di sofa. Dia menjelaskan dengan sabar, "Pesta bisa diadakan kapan saja. Kunci dalam pernikahan adalah mendaftarkan sertifikat nikah. Selain itu, beri aku waktu untuk beradaptasi dan mengenalnya."
"Kalau nanti kita nggak cocok dan akhirnya cerai, Siska bakal susah menikah lagi kalau kita sudah mengadakan pesta duluan. Bagaimana menurutmu?"
"Dasar bocah sialan!" Kakek Qin memukulnya dengan marah. Meski sudah mengerahkan banyak kekuatan, pukulan itu tidak membuat Chris kesakitan. "Belum nikah saja sudah pikir tentang masalah cerai!"
Chris berkata, "Apa pun bisa terjadi. Karena kamu menyukainya nggak berarti semua orang harus menyukainya. Lagian aku cuman bilang supaya jaga-jaga, nggak sepenuhnya berpikir seperti itu. Kakek yang kebanyakan pikir."
Setelah mendengar penjelasan Chris, Kakek Qin mulai berpikir lagi.
"Oke, kalau gitu, kamu harus membina hubunganmu dulu, terus mengadakan pesta setelah kamu sudah terbiasa dengannya."
…
Sehabis Chris pulang, Siska langsung meneguk habis air yang tadinya disediakan untuk Chris. Dia tidak tahu keputusannya benar atau tidak, tetapi Chris terlihat lumayan baik.
Tidak sama dengan Yuda yang pintar bersilat lidah, Chris termasuk rendah hati. Kalau Siska bisa mendapatkan 400 juta itu, maka dia bisa menyelamatkan rumah ini.
Sebelum ini, dia bahkan tidak berani memikirkan hal ini. Dia selalu merasa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dihubungkan dengan uang.
Sekarang dia sadar pemikirannya terlalu sederhana. Di kehidupan zaman sekarang uang sangatlah dihargai. Bahkan sepasang kekasih pun bisa saling menghianati, tidak ada lagi yang namanya cinta sejati.
Siska tidak bisa terlelap sepanjang malam. Dia hanya terus berguling ke sana kemari hingga pagi tiba.
Siska menghela napas dan bangun dari tempat tidur seolah-olah pasrah dengan takdirnya. Hari ini adalah hari Senin, jadi dia harus bekerja.
Ketika Siska baru selesai mandi, ponselnya yang berada di atas mejanya berdering. Itu adalah pesan dari Chris yang menanyakan nomor kartu banknya.
Siska langsung mengirim nomor rekeningnya tanpa ragu-ragu.
Saat Siska berada dalam bus, dia menerima pesan yang berisi bukti transfer. Melihat deretan angka nol di layar ponselnya, dia baru sadar kalau dirinya sepertinya sudah membuat keputusan yang buruk.
Chris mengirimkan bukti transfer di WhatsApp dan mengatakan: Jam 2:30 siang, bawalah kartu keluargamu dan bertemu di Biro Urusan Sipil.
Beberapa kata yang singkat dan padat itu langsung menentukan arah masa depan mereka berdua.
Siska menggerakkan jarinya, dia berusaha menahan perasaan rumit dalam hatinya dan membalas: Oke.
Setelah menerima uang itu, Siska langsung menghubungi pamannya, tetapi pamannya tidak mengangkat panggilannya. Mungkin saja pamannya sedang sibuk, jadi Siska tidak menghubunginya lagi.
Pekerjaan Siska hanya sibuk di awal dan akhir bulan, selain itu dia lumayansenggang. Jadi, di waktu senggangnya, dia akan diam-diam menerima pekerjaan paruh waktu daring, seperti menulis beberapa skrip singkat atau copywriting.
Kalau pendapatannya sedang tinggi, dalam satu bulan dia bisa menghasilkan satu juta lebih, terkadang bisa mencapai beberapa juta. Makanya Siska berhasil menabung sampai 200 juta.
Dia sudah menyelesaikan naskah yang dia dapat pekan lalu, dia akan mengumpulkannya sehabis rapat pagi ini.
Saat dia mau pulang kerja, resepsionis menghubunginya dan memberi tahu kalau Yuda datang mencarinya.
Setiap hari Yuda selalu menjemput Siska pulang, jadi dia tahu di mana Siska bekerja. Siska sangat tidak ingin bertemu dengannya, tetapi dia takut Yuda akan memancing keributan di perusahaannya, jadi dia terpaksa harus menemuinya.
Saat mendatangi meja depan perusahaannya, Siska melihat Yuda yang terduduk di sofa kantor sambil memegang sebuket bunga mawar.
Yuda langsung mendekati Siska ketika melihat kedatangannya dengan mawar di tangannya dan berkata, "Siska."
"Kita bicara di luar saja." Siska menarik Yuda ke luar perusahaan. Siska menatapnya dengan tidak peduli, dia juga tidak mengambil bunga itu, "Kalau ada yang mau kamu bilang, bilang saja di sini."
Yuda sedikit malu karena terus-menerus memegang buket itu. Dia memandang keadaan di sekitarnya, melihat tidak ada orang, dia pun meraih tangan Siska Qiao dan membisikkan, "Kamu masih marah, ya? Ayo bicarakan baik-baik."
"Mau membicarakan apa lagi?"
"Kemarin aku sudah bernegosiasi sama ayah dan ibuku, mereka akan berkompromi. Mereka akan mencantumkan namaku di akta rumah, dengan begitu kamu sudah merasa lega, 'kan?"
Dia menatap Siska sambil setengah tersenyum, seperti sedang menonton pertunjukan.
Sorot matanya membuat Siska merasa agak malu. Dia juga merasa permintaannya agak berlebihan, jadi dia buru-buru mengganti perkataannya, "Tentu saja, kalau kamu rasa 600 juta kebanyakan, 400 juta saja sudah cukup, tapi nggak boleh kurang dari 400 juta."
Dengan 400 juta dari Chris dan 400 juta yang akan Yuda kembalikan, Siska hanya perlu meminjam 200 juta lagi untuk membeli rumah ini.
"600 juta nggak berlebihan, tapi aku gimana? Apa yang akan aku dapatkan?" Chris bersandar di sofa dan menatapnya, menantikan jawabannya.
"Kamu boleh tinggal di sini atau aku bisa menambahkan namamu ke sertifikat rumah. Lagian, di sini sangat dekat dengan rumah Kakek Qin, jadi kita bisa menjaganya dengan baik."
Chris tidak langsung menjawab dan hanya memandang Siska. Waktu pun perlahan-lahan berlalu.
Siska belum pernah kencan buta sebelumnya dan tidak pernah segugup ini. Mereka tidak terlihat seperti kencan buta, tetapi lebih mirip seperti negosiasi.
Namun, mereka bisa tetap tinggal di rumah ini hanya dengan membeli rumah ini, jadi 400 juta Chris sangatlah penting.
Setelah membeli rumah ini dan menambahkan nama Chris di sertifikat rumah, dia juga tidak akan rugi mengeluarkan 400 juta itu.
Setelah itu Chris berdiri, memasukkan tangannya ke dalam saku dan menundukkan kepalanya menatap Siska, "Kalau gitu sudah sepakat. Aku akan memberimu 600 juta, untuk masalah nama, tidak perlu ditambahkan."
Siska melambaikan tangannya, "Nggak usah sampai 600 juta, 400 juta saja sudah cukup. Aku tahu ini nggak akan mudah bagimu."
Chris meliriknya dan tidak menawar lagi, "Kapan kita akan mendaftarkan serifikat pernikahannya?"
Siska tercengang, "Hah? Kamu buru-buru banget?"
"Lagian cepat atau lambat juga bakal menikah, jadi kenapa nggak memanfaatkan waktu luangku dua hari ini untuk mendaftarkan pernikahan secepat mungkin."
Siska terdiam sejenak, Chris tampak biasa-biasa saja dan dirinya juga tidak merasa kesal, "Oke, kita akan langsung mendaftarkan pernikahan kita begitu kamu transfer uangnya."
Chris hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi, menandakan kalau pembahasan mereka telah usai. Kemudian dia pun bersiap untuk meninggalkan rumah Siska.
Begitu Chris membuka pintu, dia melihat Kakek Qin berdiri di depan pintu, menempelkan tubuhnya ke pintu untuk menguping. Kakek Qin hampir terjatuh karena pintu yang tiba-tiba terbuka.
Untungnya Chris cepat tanggap dan langsung menahan bahu Kakek Qin agar tidak terjatuh.
"Kakek ngapain di sini?"
Kakek Qin sedikit malu, dia terbatuk dan bertanya, "Bagaimana hasil diskusinya?"
Chris tersenyum misterius, "Apa ini gadis yang kamu suka?"
"Tentu saja, kenapa?" Kakek Qin mengerutkan keningnya tidak mengerti apa maksud Chris.
Chris tidak menjelaskan terlalu banyak. Dia membantu Kakek Qin berdiri dan berkata, "Ayo pulang dan membahasnya di rumah."
Pemikiran Siska sangat dalam, sangat berbeda dengan wanita baik dan sederhana yang Kakek Qin ceritakan. Di satu sisi, Siska membujuk Kakek Qin, tetapi di sisi lain dia meminta 600 juta dan menyuruh Chris untuk jangan memberi tahu kakeknya.
Dia memang cerdik.
Chris tidak memberi tahu Kakek Qin masalah mahar. Dia hanya memberi tahu kalau mereka sudah sepakat. Melihat senyuman Kakek Qin, Chris merasa tidak masalah jika hanya menghabiskan 400 juta untuk membahagiakan Kakek Qin.
Namun, dia juga berkata pada kakeknya, "Jangan membesar-besarkan masalah pernikahanku. Aku nggak mau menimbulkan terlalu banyak masalah."
Kakek Qin yang sedang tersenyum pun kembali murung, sekarang dia menjadi tidak senang lagi, "Kenapa? Kamu menikah, tapi kenapa nggak mau mengadakan pesta besar dan mengundang kerabat serta teman kalian?"
Setelah Chris masuk ke rumah, dia menutup pintu dan membantu kekeknya duduk di sofa. Dia menjelaskan dengan sabar, "Pesta bisa diadakan kapan saja. Kunci dalam pernikahan adalah mendaftarkan sertifikat nikah. Selain itu, beri aku waktu untuk beradaptasi dan mengenalnya."
"Kalau nanti kita nggak cocok dan akhirnya cerai, Siska bakal susah menikah lagi kalau kita sudah mengadakan pesta duluan. Bagaimana menurutmu?"
"Dasar bocah sialan!" Kakek Qin memukulnya dengan marah. Meski sudah mengerahkan banyak kekuatan, pukulan itu tidak membuat Chris kesakitan. "Belum nikah saja sudah pikir tentang masalah cerai!"
Chris berkata, "Apa pun bisa terjadi. Karena kamu menyukainya nggak berarti semua orang harus menyukainya. Lagian aku cuman bilang supaya jaga-jaga, nggak sepenuhnya berpikir seperti itu. Kakek yang kebanyakan pikir."
Setelah mendengar penjelasan Chris, Kakek Qin mulai berpikir lagi.
"Oke, kalau gitu, kamu harus membina hubunganmu dulu, terus mengadakan pesta setelah kamu sudah terbiasa dengannya."
…
Sehabis Chris pulang, Siska langsung meneguk habis air yang tadinya disediakan untuk Chris. Dia tidak tahu keputusannya benar atau tidak, tetapi Chris terlihat lumayan baik.
Tidak sama dengan Yuda yang pintar bersilat lidah, Chris termasuk rendah hati. Kalau Siska bisa mendapatkan 400 juta itu, maka dia bisa menyelamatkan rumah ini.
Sebelum ini, dia bahkan tidak berani memikirkan hal ini. Dia selalu merasa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dihubungkan dengan uang.
Sekarang dia sadar pemikirannya terlalu sederhana. Di kehidupan zaman sekarang uang sangatlah dihargai. Bahkan sepasang kekasih pun bisa saling menghianati, tidak ada lagi yang namanya cinta sejati.
Siska tidak bisa terlelap sepanjang malam. Dia hanya terus berguling ke sana kemari hingga pagi tiba.
Siska menghela napas dan bangun dari tempat tidur seolah-olah pasrah dengan takdirnya. Hari ini adalah hari Senin, jadi dia harus bekerja.
Ketika Siska baru selesai mandi, ponselnya yang berada di atas mejanya berdering. Itu adalah pesan dari Chris yang menanyakan nomor kartu banknya.
Siska langsung mengirim nomor rekeningnya tanpa ragu-ragu.
Saat Siska berada dalam bus, dia menerima pesan yang berisi bukti transfer. Melihat deretan angka nol di layar ponselnya, dia baru sadar kalau dirinya sepertinya sudah membuat keputusan yang buruk.
Chris mengirimkan bukti transfer di WhatsApp dan mengatakan: Jam 2:30 siang, bawalah kartu keluargamu dan bertemu di Biro Urusan Sipil.
Beberapa kata yang singkat dan padat itu langsung menentukan arah masa depan mereka berdua.
Siska menggerakkan jarinya, dia berusaha menahan perasaan rumit dalam hatinya dan membalas: Oke.
Setelah menerima uang itu, Siska langsung menghubungi pamannya, tetapi pamannya tidak mengangkat panggilannya. Mungkin saja pamannya sedang sibuk, jadi Siska tidak menghubunginya lagi.
Pekerjaan Siska hanya sibuk di awal dan akhir bulan, selain itu dia lumayansenggang. Jadi, di waktu senggangnya, dia akan diam-diam menerima pekerjaan paruh waktu daring, seperti menulis beberapa skrip singkat atau copywriting.
Kalau pendapatannya sedang tinggi, dalam satu bulan dia bisa menghasilkan satu juta lebih, terkadang bisa mencapai beberapa juta. Makanya Siska berhasil menabung sampai 200 juta.
Dia sudah menyelesaikan naskah yang dia dapat pekan lalu, dia akan mengumpulkannya sehabis rapat pagi ini.
Saat dia mau pulang kerja, resepsionis menghubunginya dan memberi tahu kalau Yuda datang mencarinya.
Setiap hari Yuda selalu menjemput Siska pulang, jadi dia tahu di mana Siska bekerja. Siska sangat tidak ingin bertemu dengannya, tetapi dia takut Yuda akan memancing keributan di perusahaannya, jadi dia terpaksa harus menemuinya.
Saat mendatangi meja depan perusahaannya, Siska melihat Yuda yang terduduk di sofa kantor sambil memegang sebuket bunga mawar.
Yuda langsung mendekati Siska ketika melihat kedatangannya dengan mawar di tangannya dan berkata, "Siska."
"Kita bicara di luar saja." Siska menarik Yuda ke luar perusahaan. Siska menatapnya dengan tidak peduli, dia juga tidak mengambil bunga itu, "Kalau ada yang mau kamu bilang, bilang saja di sini."
Yuda sedikit malu karena terus-menerus memegang buket itu. Dia memandang keadaan di sekitarnya, melihat tidak ada orang, dia pun meraih tangan Siska Qiao dan membisikkan, "Kamu masih marah, ya? Ayo bicarakan baik-baik."
"Mau membicarakan apa lagi?"
"Kemarin aku sudah bernegosiasi sama ayah dan ibuku, mereka akan berkompromi. Mereka akan mencantumkan namaku di akta rumah, dengan begitu kamu sudah merasa lega, 'kan?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved