chapter 6 Kedepannya Kamu Sudah Punya Keluarga
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Mendengar ucapan Siska, Kakek Qin mengembalikan sertifikat nikah itu dan berkata dengan marah, "Dia mau pergi ke mana kalau nggak pulang di hari sebahagia ini? Bocah ini juga bukannya mengantarmu pulang. Kamu nggak perlu memedulikannya, masak sesuai keinginanmu saja, dia nggak pilih-pilih kok."
Siska sadar kalau Kakek Qin sedang marah, tetapi dia tetap bertanya, "Apa ada yang nggak boleh dia makan?"
"Dia sudah besar, memangnya apa yang nggak bisa dia makan!"
"Oke deh … kalau gitu aku pulang untuk masak dulu."
Kakek Qin buru-buru menghentikan Siska dan berkata, "Kamu masaknya di sini saja. Sekarang kita adalah keluarga, untuk apa sungkan?"
Siska setuju dengan ucapan Kakek Qin. Kaki Kakek Qin kurang sehat, pasti susah baginya untuk terus-menerus ke sana kemari. Siska mengangguk, tersenyum dan berkata, "Oke, aku masak di sini saja."
Semenjak nenek Siska tiada, Siska tidak punya kerabat dekat lagi, jadi dia menganggap Kakek Qin sebagai kakek kandungnya. Tetapi, karena statusnya, jadinya dia hanya bisa memasak dan menjenguk Kakek Qin kadang-kadang.
Sekarang Siska tidak perlu takut dengan masalah itu lagi. Dia juga bisa mengobrol dengan Kakek Qin setiap hari.
Kakek Qin menatap Siska dengan tatapan terharu dan mata yang agak lembab. Siska sudah seperti cucu kandungnya sendiri.
Siska pulang untuk mengambil belanjaan yang dia beli dan pergi ke dapur di rumah Kakek Qin untuk mulai memasak.
Kakek Qin sedang duduk di sofa di luar. Saat melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul enam sore, dia mengeluarkan ponselnya untuk memanggil Chris.
Chris sedang sibuk di kantornya. Dia mengerutkan kening ketika mendapatkan telepon dari kakeknya, tetapi dia tetap mengangkatnya.
Chris meraih ponselnya dan mengangkat tangannya memberi isyarat pada manajer yang sedang berbicara untuk diam dan mengangkat panggilan dari kakeknya, "Halo, Kakek."
"Bocah, kamu lagi ngapain?"
Chris mengerutkan alisnya dan menjawab dengan nada lelah, "Aku lagi rapat di kantor."
"Sekarang sudah jam berapa, tapi kamu masih rapat. Kamu lupa hari ini hari apa, ya?"
"Senin."
"Kamu ini ..." Kakek Qin sangat marah, "Hari ini hari pernikahanmu! Lagi rapat, rapat apanya. Kuberi waktu tiga puluh menit, cepat pulang, kalau nggak pulang, kamu nggak perlu pulang selamanya!"
Kakek Qin mengakhiri telepon dengan marah.
Ruangan rapat sangat sunyi, sedangkan suara Kakek Qin sangatlah keras. Orang-orang yang hadir bisa mendengarnya dengan cukup jelas, apalagi mereka yang duduk di dekat Chris.
Lebih dari separuh petinggi perusahaan yang hadir mengikuti Chris pulang dari luar negeri, jadi mereka lumayan dekat. Mereka semua tampak terkejut.
Semua orang yang hadir sangat kaget, apa Direktur Qin menikah hari ini?
Chris sangat mendedikasikan diri pada pekerjaannya. Menikah saja masih sibuk bekerja.
"Direktur Qin menikah? Kenapa nggak kasih tahu kita?"
Chris menghela napas, dia tidak mau membahas masalah ini dengan mereka. Dia hanya mengibaskan tangannya dan berkata, "Kita berhenti sampai sini dulu hari ini, kita akan melanjutkan rapatnya besok."
Setelah mengatakan itu, Chris bangkit, mengambil mantelnya dan pergi.
Saat Chris sampai di depan perusahaan, Hendra sudah menunggunya di sana.
Chris melirik mobil Maybach miliknya dan mengerutkan keningnya, "Hendra, ambil Mercedes-Benz tadi pagi, terus kamu nggak perlu antar aku lagi."
Hendra membelalakkan matanya ngeri dan berbicara dengan gagap, "Direktur, Direktur Qin, aku salah apa? Jangan pecat aku."
"Kapan aku bilang aku mau memecatmu? Cepat sana!"
Mendengar ucapan Chris, Hendra terkejut dan langsung pergi mengambil mobil Mercedes-Benz e300 yang Chris maksud.
Chris mengambil kunci mobil, masuk, menginjak gas dan langsung pergi.
Saat Chris terjebak macet di perempatan jalan, dia kebetulan melihat sebuah toko perhiasan yang menjual cincin pernikahan di seberang jalan.
Siska sudah selesai memasak makan malam dan menghidangkannya di atas meja. Kakek Qin berjalan ke meja makan dengan tongkatnya dan menghirup bau wangi makanan di sana, "Wah banyak banget."
Siska tampak agak tersipu, "Hari ini hari spesial, 'kan?"
Mendengar ucapan Siska, senyuman Kakek Qin memudar. Dia menatap Siska dengan ekspresi rumit, "Siska, kalian menikah dengan terburu-buru dan nggak menyelenggarakan apa-apa, kamu sedih nggak?"
Siska tertawa dan berkata, "Mana mungkin? Semua itu cuma formalitas yang penting kita bisa hidup dengan bahagia. Lagi pula, aku nggak punya keluarga yang bisa menghadiri acara itu."
Nantinya Siska akan merasa sangat canggung.
Kakek Qin menatap Siska dengan tatapan memilukan dan menepuk-nepuk punggung tangan Siska, "Sekarang kamu sudah punya keluarga. Kedepannya, Kakek dan Chris adalah keluargamu, kamu bisa meluruskan punggungmu di luar sana."
Jejak kehangatan mengalir di hati Siska. Dia mengangguk, "Iya."
Kalau sebelumnya dia mengkhawatirkan pernikahan ini, makan sekarang tidak lagi.Kedepannya tidak peduli apa pun yang terjadi, paling tidak dia punya seorang kakek yang memperlakukannya dengan tulus.
Melihat Kakek Qin, dia teringat dengan perlakuan Yuda orang tuanya.
Pertama kali dia ke rumah Yuda, ibu Yuda memberi Siska kesan yang kurang baik. Dia hanya menghidangkan empat jenis sayuran hijau. Sehabis makan, mereka semua hanya duduk saja untuk melihat apa Siska akan membereskannya.
Saat Siska hendak pulang, mereka memberi Siska amplop merah yang hanya berisi 200 ribu. Setelah itu, mereka diam-diam memberi tahu Yuda kalau mereka memberi Siska dua juta.
Semua itu masih segar di benaknya, ketika memikirkannya, Siska merasa ingin menangis.
Siska dan Kakek Qin sedang berbicara ketika tiba-tiba terdengar suara kunci membuka pintu dari luar pintu.
Orang itu adalah Chris yang baru saja pulang. Dia mengenakan atasan kemeja putih dan bawahan celana panjang hitam serta menggantungkan jasnya di tangannya. Dengan tubuhnya yang gagah dan auranya hebat yang dipancarkannya, dia tampak seperti seorang pria sukses.
Siska bergegas mengambil jas dari tangan Chris, "Pergilah cuci tangan dan makan."
Chris menatap Siska yang tampak sibuk dengan ekspresi bingung. Sedetik kemudian, dia tiba-tiba teringat kalau dia sudah menikah.
Chris tertegun sesaat, kemudian memakai sandal rumah dan masuk ke kamar mandi. Saat dia keluar, Siska sudah mengambilkannya nasi dan meletakkannya di atas meja.
Makanan yang disajikan adalah hidangan rumahan. Hari ini merupakan hari spesial, jadi Siska membeli makanan laut seperti beberapa kepiting besar.
Namun, suasana di meja makan lumayan canggung.
"Chris, gimana pekerjaanmu?" Kakek Qin pura-pura batuk, mencoba mencairkan suasana.
"Masih cari," kata Chris sambil menunduk untuk makan.
Masakan wanita ini rasanya enak. Hari ini Chris sibuk seharian dan sama sekali tidak sempat makan sampai sekarang.
Ekspresi Kakek Qin menjadi muram.
Siska buru-buru berkata, "Kakek, dia baru pulang dari luar negeri, pasti gampang dapat pekerjaan. Dia harus membanding-bandingkan beberapa perusahaan dulu untuk menentukan mau bekerja di mana."
Kakek Qin ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi mengatakannya dan hanya menghela napas. Lupakan saja, lagipula mereka sudah menikah, dia malas memedulikan masalah ini lagi.
Kakek Qin tahu Chris ingin menguji Siska. Bagaimanapun dia memercayai Siska dan tidak takut dengan Chris.
Seusai makan malam, Siska membereskan piring dan pergi ke dapur. Di ruang tamu, Kakek Qin memukul lutut Chris dengan tongkatnya, "Tunggu apa lagi? Cepat pergi bantu Siska."
Tenaga Kakek Qin lumayan besar dan cukup membuat Chris kesaakitan.
"Sana!" ucap Kakek Qin sambil memelototi Chris.
Chris berdiri tanpa daya dan pergi ke dapur.
"Sini aku bantu."
Siska menyusun piring yang sudah selesai dia cuci ke rak dan buru-buru berkata, "Nggak perlu, sebentar lagi juga selesai."
Chris pura-pura tidak mendengar perkataan Siska. Dia meraih piring di wastafel dan mencucinya di wastafel sebelahnya.
Siska menghentikan gerakannya, dia baru saja ingin mengucapkan sesuatu, tetapi terhentikan oleh deringan ponselnya.
Siska menyeka tangannya di celemeknya dan mengeluarkan ponselnya. Saat melihatnya, Siska menemukan kalau itu adalah panggilan dari Yuda.
Siska tanpa sadar melirik ke arah Chris.
Siska sadar kalau Kakek Qin sedang marah, tetapi dia tetap bertanya, "Apa ada yang nggak boleh dia makan?"
"Dia sudah besar, memangnya apa yang nggak bisa dia makan!"
"Oke deh … kalau gitu aku pulang untuk masak dulu."
Kakek Qin buru-buru menghentikan Siska dan berkata, "Kamu masaknya di sini saja. Sekarang kita adalah keluarga, untuk apa sungkan?"
Siska setuju dengan ucapan Kakek Qin. Kaki Kakek Qin kurang sehat, pasti susah baginya untuk terus-menerus ke sana kemari. Siska mengangguk, tersenyum dan berkata, "Oke, aku masak di sini saja."
Semenjak nenek Siska tiada, Siska tidak punya kerabat dekat lagi, jadi dia menganggap Kakek Qin sebagai kakek kandungnya. Tetapi, karena statusnya, jadinya dia hanya bisa memasak dan menjenguk Kakek Qin kadang-kadang.
Sekarang Siska tidak perlu takut dengan masalah itu lagi. Dia juga bisa mengobrol dengan Kakek Qin setiap hari.
Kakek Qin menatap Siska dengan tatapan terharu dan mata yang agak lembab. Siska sudah seperti cucu kandungnya sendiri.
Siska pulang untuk mengambil belanjaan yang dia beli dan pergi ke dapur di rumah Kakek Qin untuk mulai memasak.
Kakek Qin sedang duduk di sofa di luar. Saat melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul enam sore, dia mengeluarkan ponselnya untuk memanggil Chris.
Chris sedang sibuk di kantornya. Dia mengerutkan kening ketika mendapatkan telepon dari kakeknya, tetapi dia tetap mengangkatnya.
Chris meraih ponselnya dan mengangkat tangannya memberi isyarat pada manajer yang sedang berbicara untuk diam dan mengangkat panggilan dari kakeknya, "Halo, Kakek."
"Bocah, kamu lagi ngapain?"
Chris mengerutkan alisnya dan menjawab dengan nada lelah, "Aku lagi rapat di kantor."
"Sekarang sudah jam berapa, tapi kamu masih rapat. Kamu lupa hari ini hari apa, ya?"
"Senin."
"Kamu ini ..." Kakek Qin sangat marah, "Hari ini hari pernikahanmu! Lagi rapat, rapat apanya. Kuberi waktu tiga puluh menit, cepat pulang, kalau nggak pulang, kamu nggak perlu pulang selamanya!"
Kakek Qin mengakhiri telepon dengan marah.
Ruangan rapat sangat sunyi, sedangkan suara Kakek Qin sangatlah keras. Orang-orang yang hadir bisa mendengarnya dengan cukup jelas, apalagi mereka yang duduk di dekat Chris.
Lebih dari separuh petinggi perusahaan yang hadir mengikuti Chris pulang dari luar negeri, jadi mereka lumayan dekat. Mereka semua tampak terkejut.
Semua orang yang hadir sangat kaget, apa Direktur Qin menikah hari ini?
Chris sangat mendedikasikan diri pada pekerjaannya. Menikah saja masih sibuk bekerja.
"Direktur Qin menikah? Kenapa nggak kasih tahu kita?"
Chris menghela napas, dia tidak mau membahas masalah ini dengan mereka. Dia hanya mengibaskan tangannya dan berkata, "Kita berhenti sampai sini dulu hari ini, kita akan melanjutkan rapatnya besok."
Setelah mengatakan itu, Chris bangkit, mengambil mantelnya dan pergi.
Saat Chris sampai di depan perusahaan, Hendra sudah menunggunya di sana.
Chris melirik mobil Maybach miliknya dan mengerutkan keningnya, "Hendra, ambil Mercedes-Benz tadi pagi, terus kamu nggak perlu antar aku lagi."
Hendra membelalakkan matanya ngeri dan berbicara dengan gagap, "Direktur, Direktur Qin, aku salah apa? Jangan pecat aku."
"Kapan aku bilang aku mau memecatmu? Cepat sana!"
Mendengar ucapan Chris, Hendra terkejut dan langsung pergi mengambil mobil Mercedes-Benz e300 yang Chris maksud.
Chris mengambil kunci mobil, masuk, menginjak gas dan langsung pergi.
Saat Chris terjebak macet di perempatan jalan, dia kebetulan melihat sebuah toko perhiasan yang menjual cincin pernikahan di seberang jalan.
Siska sudah selesai memasak makan malam dan menghidangkannya di atas meja. Kakek Qin berjalan ke meja makan dengan tongkatnya dan menghirup bau wangi makanan di sana, "Wah banyak banget."
Siska tampak agak tersipu, "Hari ini hari spesial, 'kan?"
Mendengar ucapan Siska, senyuman Kakek Qin memudar. Dia menatap Siska dengan ekspresi rumit, "Siska, kalian menikah dengan terburu-buru dan nggak menyelenggarakan apa-apa, kamu sedih nggak?"
Siska tertawa dan berkata, "Mana mungkin? Semua itu cuma formalitas yang penting kita bisa hidup dengan bahagia. Lagi pula, aku nggak punya keluarga yang bisa menghadiri acara itu."
Nantinya Siska akan merasa sangat canggung.
Kakek Qin menatap Siska dengan tatapan memilukan dan menepuk-nepuk punggung tangan Siska, "Sekarang kamu sudah punya keluarga. Kedepannya, Kakek dan Chris adalah keluargamu, kamu bisa meluruskan punggungmu di luar sana."
Jejak kehangatan mengalir di hati Siska. Dia mengangguk, "Iya."
Kalau sebelumnya dia mengkhawatirkan pernikahan ini, makan sekarang tidak lagi.Kedepannya tidak peduli apa pun yang terjadi, paling tidak dia punya seorang kakek yang memperlakukannya dengan tulus.
Melihat Kakek Qin, dia teringat dengan perlakuan Yuda orang tuanya.
Pertama kali dia ke rumah Yuda, ibu Yuda memberi Siska kesan yang kurang baik. Dia hanya menghidangkan empat jenis sayuran hijau. Sehabis makan, mereka semua hanya duduk saja untuk melihat apa Siska akan membereskannya.
Saat Siska hendak pulang, mereka memberi Siska amplop merah yang hanya berisi 200 ribu. Setelah itu, mereka diam-diam memberi tahu Yuda kalau mereka memberi Siska dua juta.
Semua itu masih segar di benaknya, ketika memikirkannya, Siska merasa ingin menangis.
Siska dan Kakek Qin sedang berbicara ketika tiba-tiba terdengar suara kunci membuka pintu dari luar pintu.
Orang itu adalah Chris yang baru saja pulang. Dia mengenakan atasan kemeja putih dan bawahan celana panjang hitam serta menggantungkan jasnya di tangannya. Dengan tubuhnya yang gagah dan auranya hebat yang dipancarkannya, dia tampak seperti seorang pria sukses.
Siska bergegas mengambil jas dari tangan Chris, "Pergilah cuci tangan dan makan."
Chris menatap Siska yang tampak sibuk dengan ekspresi bingung. Sedetik kemudian, dia tiba-tiba teringat kalau dia sudah menikah.
Chris tertegun sesaat, kemudian memakai sandal rumah dan masuk ke kamar mandi. Saat dia keluar, Siska sudah mengambilkannya nasi dan meletakkannya di atas meja.
Makanan yang disajikan adalah hidangan rumahan. Hari ini merupakan hari spesial, jadi Siska membeli makanan laut seperti beberapa kepiting besar.
Namun, suasana di meja makan lumayan canggung.
"Chris, gimana pekerjaanmu?" Kakek Qin pura-pura batuk, mencoba mencairkan suasana.
"Masih cari," kata Chris sambil menunduk untuk makan.
Masakan wanita ini rasanya enak. Hari ini Chris sibuk seharian dan sama sekali tidak sempat makan sampai sekarang.
Ekspresi Kakek Qin menjadi muram.
Siska buru-buru berkata, "Kakek, dia baru pulang dari luar negeri, pasti gampang dapat pekerjaan. Dia harus membanding-bandingkan beberapa perusahaan dulu untuk menentukan mau bekerja di mana."
Kakek Qin ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi mengatakannya dan hanya menghela napas. Lupakan saja, lagipula mereka sudah menikah, dia malas memedulikan masalah ini lagi.
Kakek Qin tahu Chris ingin menguji Siska. Bagaimanapun dia memercayai Siska dan tidak takut dengan Chris.
Seusai makan malam, Siska membereskan piring dan pergi ke dapur. Di ruang tamu, Kakek Qin memukul lutut Chris dengan tongkatnya, "Tunggu apa lagi? Cepat pergi bantu Siska."
Tenaga Kakek Qin lumayan besar dan cukup membuat Chris kesaakitan.
"Sana!" ucap Kakek Qin sambil memelototi Chris.
Chris berdiri tanpa daya dan pergi ke dapur.
"Sini aku bantu."
Siska menyusun piring yang sudah selesai dia cuci ke rak dan buru-buru berkata, "Nggak perlu, sebentar lagi juga selesai."
Chris pura-pura tidak mendengar perkataan Siska. Dia meraih piring di wastafel dan mencucinya di wastafel sebelahnya.
Siska menghentikan gerakannya, dia baru saja ingin mengucapkan sesuatu, tetapi terhentikan oleh deringan ponselnya.
Siska menyeka tangannya di celemeknya dan mengeluarkan ponselnya. Saat melihatnya, Siska menemukan kalau itu adalah panggilan dari Yuda.
Siska tanpa sadar melirik ke arah Chris.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved