chapter 11 Sudah Menikah Harusnya Pulang ke Rumah Sendiri
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Siska berlari ke arah Chris sambil membawa sayur yang dia beli, "Chris."
Chris mengeluarkan laptop dan tasnya dari mobil, menutup pintu, menoleh ke arah Siska dan melihat sayuran yang dia bawa.
Kemudian, pandangan Chris mengarah ke kaki jenjang Siska.
Chris mengalihkan pandangannya dari kaki Siska ke wajahnya. Siska sedang tersenyum padanya, dengan dua lesung pipit di kedua pipinya. Cahaya matahari terbenam yang menyinari wajah Siska, membuat matanya terlihat seperti memancarkan cahaya.
Senyuman Siska bahkan bisa mengubah matahari terbenam menjadi gerhana matahari.
Chris baru pertama kali menatap Siska dari sedekat ini. Siska tidak memakai riasan di wajahnya, alisnya tebal dan bulu matanya panjang natural. Kalau tidak diperhatikan dengan baik, alis dan bulu matanya terlihat seperti riasan.
Senyuman Siska sedikit memudar dan ekspresinya sedikit berubah, "Kenapa kamu melihatku kayak gitu?"
Chris pun tersadar kembali dan mengalihkan pandangannya. Lalu, dia berinisiatif mengambil kantong belanjaan yang Siska bawa, "Berikan padaku."
Setelah mengatakan itu, dia berjalan menuju rumah.
Siska mengikuti pria jangkung itu dari belakang, menatap bahunya yang lebar dan bertanya dengan ragu, "Kayaknya aku melihatmu hari ini."
Chris berhenti sejenak dan melanjutkan langkahnya, "Oh ya? Di mana?"
"Di perusahaan kita, apa itu kamu? Bagian belakang kalian sangat mirip. Perusahaan kita bernama Perusahaan Teknologi Widara. Apa kamu sedang mencari pekerjaan?"
"Ya, aku lagi mencari pekerjaan."
"Perusahaan kita cukup bagus dan pendapatannya juga lumayan bagus. Aku cukup akrap dengan departemen SDM, kamu mau melamar posisi apa? Aku bisa membantummu mencari tahu."
Chris tiba-tiba berhenti, Siska yang tidak menyadarinya pun hampir menabraknya.
Hanya saja dia memakai sepatu hak tinggi, tiba-tiba berhenti seperti ini membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung-huyung hingga hampir terjatuh.
Untung saja, Chris cepat tanggap. Dia membuang sayuran di tangannya dan menarik lengan Siska agar bisa kembali berdiri dengan stabil.
"Terima kasih, terima kasih." Siska buru-buru berterima kasih pada Chris. Kalau dirinya jatuh, itu akan sangat memalukan.
Melihat Siska yang langsung menarik kembali tangannya, muncul sebuah kilatan di mata Chris.
"Nggak perlu tanya lagi, nggak lolos."
"Hah?" Siska memandangnya dengan heran, "Kamu nggak lolos ujian pertama? Nggak mungkin, bukannya kamu baru kembali dari luar negeri?"
"Itu bukan kualifikasi profesional. Gagal adalah hal yang normal." Chris membungkuk untuk mengambil sayuran.
"Kamu belajar jurusan apa?"
"Keuangan."
Siska tertegun sejenak, keuangan?
Perusahaan mereka adalah perusahaan perangkat lunak yang tidak ada hubungannya dengan keuangan. Kenapa Chris bisa berpikir untuk melamar di perusahaan mereka?
"Oh … kalau gitu jangan patah semangat. Kamu pasti akan menemukan pekerjaan yang cocok."
Chris tidak menjawab Siska, dia hanya membawa sayuran di tangannya dan naik ke atas, meninggalkan Siska jauh di belakang.
Siska juga tidak memedulikannya dan berlari kecil untuk mengejar langkah Chris.
Sekarang setiap malam Siska akan memasak di rumah Kakek Qin dan pulang ke rumahnya sendiri setelah makan malam, sangat praktis.
Kakek Qin melihat Siska sudah pulang, tetapi Chris masih belum pergi dan mengunci diri di kamarnya, tidak tahu sedang melakukan apa.
Kakek Qin membuka pintu dan masuk tanpa mengatakan apa-apa. Chris sedang mengadakan rapat daring. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat kakeknya masuk.
Chris sedang sibuk rapat dan tidak punya waktu untuk meladeni kakeknya.
Namun, dari video di laptopnya, Chris melihat kakeknya sedang mengeluarkan koper dan membantunya mengemas barang di belakang sana.
Chris mengerutkan dahinya. Dia segers menutup laptopnya, berdiri dan berkata, "Kakek, kamu sedang apa?"
Kakek Qin melemparkan pakaian-pakaian yang ada di lemari secara acak ke dalam koper, "Kamu sudah menikah, kenapa kamu masih tinggal di sini? Pindahkan barang-barangmu ke sana."
"Kakek ..." Chris mengerutkan alisnya agak tidak sabar, "Letakkan saja, nanti aku akan membereskannya sendiri."
Kakek Qin mengabaikannya dan tidak memercayai Chris. Dia tetap sibuk melemparkan pakaian Chris ke dalam koper. Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan melemparkan pasta gigi serta sikat gigi Chris ke dalam koper seperti sedang membuang sampah.
Chris hanya menatap kakeknya tanpa mengatakan apa-apa. Meskipun kaki kakeknya kurang sehat, dia cukup bersemangat untuk mengusirnya.
Kalau tahu begini, untuk apa Chris repot-repot kembali? Awalnya Chris mau menghabiskan masa tuanya bersama kakeknya, tetapi kakeknya malah sibuk mengusirnya.
Kakek Qin dengan cepat mengunci kopernya dan ingin mengangkatnya, tetapi hal itu membuat pinggangnya sakit.
"Ah …"
Kakek Qin memegang pinggangnya dan menjerit kesakitan.
Chris buru-buru berjalan mendekatinya dan bertanya, "Kakek kenapa?"
"Pinggangku sakit. Nggak apa-apa, aku hanya butuh istirahat." Kakek Qin mengambil tongkatnya, berjalan ke kursi dengan gemetar dan duduk, langsung menempati posisi Chris.
"Kakek, aku akan melanjutkannya setelah rapatku selesai. Kenapa kakek begitu terburu-buru?"
Kakek Qin meliriknya, "Aku buru-buru! Kalau mau rapat, pergi ke rumahmu, jangan menggangguku di sini."
"Ini bukan rumahku?"
"Ini rumahku!"
Chris merasa tidak berdaya untuk berkomunikasi dengan kakeknya. Chris benar-benar tidak tahu jenis ekstasi apa yang dituangkan Siska kepada kakeknya. Dia menarik napas dalam-dalam, mengambil laptopnya, mengemas dokumen di atas meja dan mengangkat kopernya.
"Aku akan pergi sekarang juga."
"Bagus," ucap Kakek Qin dengan bangga.
Chris menyeret kopernya keluar. Chris baru saja melangkah keluar, kakeknya langsung menutup pintu rumahnya.
Siska sedang membersihkan diri di kamar mandi. Saat mendengar suara ketukan pintu, dia langsung pergi membuka pintu.
Begitu membuka pintu, Siska menemukan Chris yang berdiri di depan sana. Chris membawa laptop dan banyak barang lainnya serta menarik koper di belakangnya.
"Kamu sedang apa?"
Chris memasuki rumah dengan ekspresi muram. Dia meletakkan kopernya di sudut ruangan, lalu membawa laptopnya ke kamarnya.
Siska terlihat sedikit bingung. Apa ada orang yang menyinggung perasaannya? Ekspresinya muram sekali.
Siska malas memedelikannya. Setelah selesai membersihkan diri, dia pun kembali ke kamarnya.
Siska berbaring di kasur sambil mengobrol dan berkonsultasi tentang masalah peminjaman uang dengan konsultan kreditur yang baru dia kenal tadi pagi.
Karena Siska tidak punya aset tetap, agak sulit baginya untuk mendapatkan pinjaman. Konsultan itu bilang dia akan mengusahakannya, hanya saja peluangnya sangat kecil.
Beberapa hari lagi, bulan akan berganti. Kalau Siska tidak dapat mengumpulkan uang untuk membeli rumah, rumah itu akan dijual kepada orang lain!
Siska melempar ponselnya dan bersembunyi di bawah selimutnya. Dia sangat gelisah sampai tidak bisa terlelap sepanjang malam.
Saat Siska bangun keesokan paginya, kebetulan Chris baru selesai lari pagi lagi. Chris berjalan ke kulkas untuk mengambil sebotol air.
Siska tanpa sadar menatap ke arah dada Chris. Saat Chris minum, baju olahraganya akan mengetat dan otot-otot dadanya terlihat semakin jelas.
Saat Chris menelan air, jakunnya akan bergerak naik turun. Tanpa sadar Siska menelan air liur dan ikut merasa haus.
Saat Chris menoleh melirik Siska, Siska buru-buru menundukkan kepalanya dan mengambil gelas yang berada di atas meja. Dia menuang segelas air dingin dan meneguknya sampai habis.
Siska tersedak karena minum dengan buru-buru. Dia batuk-batuk hingga sesak napas.
Di sisi lain, Chris hanya melihatnya dengan tatapan aneh.
"A ... aku pergi buat sarapan." Siska segera bersembunyi ke dapur dengan wajah yang memerah.
Setelah beberapa saat, Siska keluar dengan sarapan yang dia siapkan. Mereka berdua duduk berhadapan, tetapi Siska menyadari kalau Chris masih terus melihatnya.
Saat Siska tersedak air tadi, pakaiannya juga ikut basah. Bagian atas bajunya basah kuyup hingga garis dada dan warna pakaian dalamnya semuanya terlihat.
Apa wanita ini ... sengaja mau merayunya?
"Kamu lagi lihat apa?"
Siska menyadari rasa jijik di mata Chris. Siska mengerutkan keningnya dan melihat ke bawah mengikuti arah pandang Chris.
Siska, "!"
Chris mengeluarkan laptop dan tasnya dari mobil, menutup pintu, menoleh ke arah Siska dan melihat sayuran yang dia bawa.
Kemudian, pandangan Chris mengarah ke kaki jenjang Siska.
Chris mengalihkan pandangannya dari kaki Siska ke wajahnya. Siska sedang tersenyum padanya, dengan dua lesung pipit di kedua pipinya. Cahaya matahari terbenam yang menyinari wajah Siska, membuat matanya terlihat seperti memancarkan cahaya.
Senyuman Siska bahkan bisa mengubah matahari terbenam menjadi gerhana matahari.
Chris baru pertama kali menatap Siska dari sedekat ini. Siska tidak memakai riasan di wajahnya, alisnya tebal dan bulu matanya panjang natural. Kalau tidak diperhatikan dengan baik, alis dan bulu matanya terlihat seperti riasan.
Senyuman Siska sedikit memudar dan ekspresinya sedikit berubah, "Kenapa kamu melihatku kayak gitu?"
Chris pun tersadar kembali dan mengalihkan pandangannya. Lalu, dia berinisiatif mengambil kantong belanjaan yang Siska bawa, "Berikan padaku."
Setelah mengatakan itu, dia berjalan menuju rumah.
Siska mengikuti pria jangkung itu dari belakang, menatap bahunya yang lebar dan bertanya dengan ragu, "Kayaknya aku melihatmu hari ini."
Chris berhenti sejenak dan melanjutkan langkahnya, "Oh ya? Di mana?"
"Di perusahaan kita, apa itu kamu? Bagian belakang kalian sangat mirip. Perusahaan kita bernama Perusahaan Teknologi Widara. Apa kamu sedang mencari pekerjaan?"
"Ya, aku lagi mencari pekerjaan."
"Perusahaan kita cukup bagus dan pendapatannya juga lumayan bagus. Aku cukup akrap dengan departemen SDM, kamu mau melamar posisi apa? Aku bisa membantummu mencari tahu."
Chris tiba-tiba berhenti, Siska yang tidak menyadarinya pun hampir menabraknya.
Hanya saja dia memakai sepatu hak tinggi, tiba-tiba berhenti seperti ini membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung-huyung hingga hampir terjatuh.
Untung saja, Chris cepat tanggap. Dia membuang sayuran di tangannya dan menarik lengan Siska agar bisa kembali berdiri dengan stabil.
"Terima kasih, terima kasih." Siska buru-buru berterima kasih pada Chris. Kalau dirinya jatuh, itu akan sangat memalukan.
Melihat Siska yang langsung menarik kembali tangannya, muncul sebuah kilatan di mata Chris.
"Nggak perlu tanya lagi, nggak lolos."
"Hah?" Siska memandangnya dengan heran, "Kamu nggak lolos ujian pertama? Nggak mungkin, bukannya kamu baru kembali dari luar negeri?"
"Itu bukan kualifikasi profesional. Gagal adalah hal yang normal." Chris membungkuk untuk mengambil sayuran.
"Kamu belajar jurusan apa?"
"Keuangan."
Siska tertegun sejenak, keuangan?
Perusahaan mereka adalah perusahaan perangkat lunak yang tidak ada hubungannya dengan keuangan. Kenapa Chris bisa berpikir untuk melamar di perusahaan mereka?
"Oh … kalau gitu jangan patah semangat. Kamu pasti akan menemukan pekerjaan yang cocok."
Chris tidak menjawab Siska, dia hanya membawa sayuran di tangannya dan naik ke atas, meninggalkan Siska jauh di belakang.
Siska juga tidak memedulikannya dan berlari kecil untuk mengejar langkah Chris.
Sekarang setiap malam Siska akan memasak di rumah Kakek Qin dan pulang ke rumahnya sendiri setelah makan malam, sangat praktis.
Kakek Qin melihat Siska sudah pulang, tetapi Chris masih belum pergi dan mengunci diri di kamarnya, tidak tahu sedang melakukan apa.
Kakek Qin membuka pintu dan masuk tanpa mengatakan apa-apa. Chris sedang mengadakan rapat daring. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat kakeknya masuk.
Chris sedang sibuk rapat dan tidak punya waktu untuk meladeni kakeknya.
Namun, dari video di laptopnya, Chris melihat kakeknya sedang mengeluarkan koper dan membantunya mengemas barang di belakang sana.
Chris mengerutkan dahinya. Dia segers menutup laptopnya, berdiri dan berkata, "Kakek, kamu sedang apa?"
Kakek Qin melemparkan pakaian-pakaian yang ada di lemari secara acak ke dalam koper, "Kamu sudah menikah, kenapa kamu masih tinggal di sini? Pindahkan barang-barangmu ke sana."
"Kakek ..." Chris mengerutkan alisnya agak tidak sabar, "Letakkan saja, nanti aku akan membereskannya sendiri."
Kakek Qin mengabaikannya dan tidak memercayai Chris. Dia tetap sibuk melemparkan pakaian Chris ke dalam koper. Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan melemparkan pasta gigi serta sikat gigi Chris ke dalam koper seperti sedang membuang sampah.
Chris hanya menatap kakeknya tanpa mengatakan apa-apa. Meskipun kaki kakeknya kurang sehat, dia cukup bersemangat untuk mengusirnya.
Kalau tahu begini, untuk apa Chris repot-repot kembali? Awalnya Chris mau menghabiskan masa tuanya bersama kakeknya, tetapi kakeknya malah sibuk mengusirnya.
Kakek Qin dengan cepat mengunci kopernya dan ingin mengangkatnya, tetapi hal itu membuat pinggangnya sakit.
"Ah …"
Kakek Qin memegang pinggangnya dan menjerit kesakitan.
Chris buru-buru berjalan mendekatinya dan bertanya, "Kakek kenapa?"
"Pinggangku sakit. Nggak apa-apa, aku hanya butuh istirahat." Kakek Qin mengambil tongkatnya, berjalan ke kursi dengan gemetar dan duduk, langsung menempati posisi Chris.
"Kakek, aku akan melanjutkannya setelah rapatku selesai. Kenapa kakek begitu terburu-buru?"
Kakek Qin meliriknya, "Aku buru-buru! Kalau mau rapat, pergi ke rumahmu, jangan menggangguku di sini."
"Ini bukan rumahku?"
"Ini rumahku!"
Chris merasa tidak berdaya untuk berkomunikasi dengan kakeknya. Chris benar-benar tidak tahu jenis ekstasi apa yang dituangkan Siska kepada kakeknya. Dia menarik napas dalam-dalam, mengambil laptopnya, mengemas dokumen di atas meja dan mengangkat kopernya.
"Aku akan pergi sekarang juga."
"Bagus," ucap Kakek Qin dengan bangga.
Chris menyeret kopernya keluar. Chris baru saja melangkah keluar, kakeknya langsung menutup pintu rumahnya.
Siska sedang membersihkan diri di kamar mandi. Saat mendengar suara ketukan pintu, dia langsung pergi membuka pintu.
Begitu membuka pintu, Siska menemukan Chris yang berdiri di depan sana. Chris membawa laptop dan banyak barang lainnya serta menarik koper di belakangnya.
"Kamu sedang apa?"
Chris memasuki rumah dengan ekspresi muram. Dia meletakkan kopernya di sudut ruangan, lalu membawa laptopnya ke kamarnya.
Siska terlihat sedikit bingung. Apa ada orang yang menyinggung perasaannya? Ekspresinya muram sekali.
Siska malas memedelikannya. Setelah selesai membersihkan diri, dia pun kembali ke kamarnya.
Siska berbaring di kasur sambil mengobrol dan berkonsultasi tentang masalah peminjaman uang dengan konsultan kreditur yang baru dia kenal tadi pagi.
Karena Siska tidak punya aset tetap, agak sulit baginya untuk mendapatkan pinjaman. Konsultan itu bilang dia akan mengusahakannya, hanya saja peluangnya sangat kecil.
Beberapa hari lagi, bulan akan berganti. Kalau Siska tidak dapat mengumpulkan uang untuk membeli rumah, rumah itu akan dijual kepada orang lain!
Siska melempar ponselnya dan bersembunyi di bawah selimutnya. Dia sangat gelisah sampai tidak bisa terlelap sepanjang malam.
Saat Siska bangun keesokan paginya, kebetulan Chris baru selesai lari pagi lagi. Chris berjalan ke kulkas untuk mengambil sebotol air.
Siska tanpa sadar menatap ke arah dada Chris. Saat Chris minum, baju olahraganya akan mengetat dan otot-otot dadanya terlihat semakin jelas.
Saat Chris menelan air, jakunnya akan bergerak naik turun. Tanpa sadar Siska menelan air liur dan ikut merasa haus.
Saat Chris menoleh melirik Siska, Siska buru-buru menundukkan kepalanya dan mengambil gelas yang berada di atas meja. Dia menuang segelas air dingin dan meneguknya sampai habis.
Siska tersedak karena minum dengan buru-buru. Dia batuk-batuk hingga sesak napas.
Di sisi lain, Chris hanya melihatnya dengan tatapan aneh.
"A ... aku pergi buat sarapan." Siska segera bersembunyi ke dapur dengan wajah yang memerah.
Setelah beberapa saat, Siska keluar dengan sarapan yang dia siapkan. Mereka berdua duduk berhadapan, tetapi Siska menyadari kalau Chris masih terus melihatnya.
Saat Siska tersedak air tadi, pakaiannya juga ikut basah. Bagian atas bajunya basah kuyup hingga garis dada dan warna pakaian dalamnya semuanya terlihat.
Apa wanita ini ... sengaja mau merayunya?
"Kamu lagi lihat apa?"
Siska menyadari rasa jijik di mata Chris. Siska mengerutkan keningnya dan melihat ke bawah mengikuti arah pandang Chris.
Siska, "!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved